Sumber gambar : wartasulsel.net
Selamat pagi sobat,
Di era Reformasi terutama saat pemilu dilakukan secara langsung atau memilih calon yang maju sebagai Anggota Legislatif atau sebagai Kepala Daerah maupun sebagai Presiden. Kita bisa melihat begitu banyak muncul politisi yang mendadak jadi Caleg (Calon Legislatif) atau mendadaj jadi Calon Kepala Daerah. Politisi yang demikian ini, banyak kalangan menyebutnya sebagai politisi instan.
Hal tersebut pernah disampaikan oleh Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Maarif atau yang lebih dikenal dengan panggilan Buya Syafi’i Maarif.
Beliau mengatakan bahwa banyaknya politisi yang muncul pasca reformasi merupakan politisi instan.
Buya Syafi’i Maarif menilai saat ini banyak politisi yang muncul secara instan itu tidak disertai persiapan yang matang.
“Kebayakan Politisi yang muncul pasca reformasi adalah politisi instan karena kurang ilmu dan minim persiapan yang nantinya akan berpengaruh terhadap moral bangsa Indonesia” jelasnya.
(umy.co.ud, 13/05/2013).
Selanjutnya Buya Syafi’i Maarif mengatakan :
“Indonesia minim negarawan dan berjibun politisi instan. Mental mereka korup dan itu mental dhuafa,” kata Buya Syafi’i Maarif.
Buya Syafi’i Maarif juga mengkritik keras anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang malas membaca sejarah Indonesia dan bermental korup. Minimnya literasi itu menghasilkan politisi instan.
Mental korup yang dimaksud Buya Syafi’i Maarif adalah politisi menjadikan politik sebagai mata pencaharian.
Menurut Buya Syafi’i Maarif, Ihwal politisi instan miskin literasi itu, muncul buah dari nilai-nilai demokrasi yang mati suri.
(tempo.co, 20/01/2018)
Banyak sebab kenapa begitu banyak muncul politisi instan. Salah satunya tidak adanya pengkaderan yang berjenjang dan berkesinambungan di Partai Politik sehingga Partai Politik minim kader dan asal comot orang saja saat ada Pemilihan Legislatif.
Sebab lain bisa terjadi karena Partai Politik butuh banyak suara rakyat sehingga Partai Politik tersebut merekrut orang orang seperti artis, penyanyi atau pengusaha terkenal untuk mendulang suara. Mereka yang direkrur pun mendadak jadi kader Partai Politik yang bersangkutan tanpa melewati proses pengkaderan yang seharusnya.
Dan bisa jadi mereka tak paham sama sekali platform Partai Politik yang merekrutnya.
Sehingga apa yang disampaikan oleh Buya Syafi’i Maarif adalah benar adanya. Menjadi politisi tanpa persiapan yang matang dan miskin literasi.
Saya teringat apa yang saya alami sendiri sampai akhirnya menjadi seorang politisi yang duduk menjadi Anggota Legislatif di tahun 1997. Perlu waktu sekitar 10 tahun. Melewati berbagai kegiatan dan pengkaderan. Kemudian ditempa di Organisasi Kepemudaan secara berjenjang dan mengikuti berbagai penataran, seminar dan kegiatan politik lainnya seperti di Lemhanas dan BP-7.
Organusasi Kepemudaan yang saya ikuti di masa itu yaitu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) merupakan kawah candradimukanya para pemuda untuk ditempa sebagai kader bangsa.
Politisi muda yang menjadi Anggota Legislatif saat itu baik di pusat maupun daerag, sebagian besar muncul dari pengurus KNPI baik dari Partai Politik PPP, PDI maupun dari Golkar. Di masa itu, sangat jarang yang muncul mendadak jadi Caleg atau sebagai politisi instan. Kalaupun ada jumlahnya terbilang sangat kecil bila dibandingkan dengan sekarang ini yang menurut Buya Syafi’i Maarif, berjibun politisi instan.
Sepanjang demokrasi yang diterapkan di Indonesia masih seperti sekarang ini maka munculnya banyak politisi instan masih akan terus berlangsung ..
Sobat, saatnya saya undur diri ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 7 September 2021
Terima kasih artikelnya Pak Nurswendo
Sama sama ibu .. salam literasi .m