Selamat pagi sobat,
Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang Merawat Pohon Puring.
Saya mengenal pohon Puring sejak saya masih balita. Pohon Puring ditanam oleh orang tua sebagai pagar hidup halaman depan rumahnya di Cijantung 2. Saya tidak ingat berapa banyak pohon Puring yang tumbuh di depan halaman rumah sebagai pagar hidup bersama dua pohon lainnya yaitu pohon Kemuning dan pohon Mangkokkan.
Di tahun 1982 saat orang tua mengganti pagar hidup di depan halaman rumah dengan pagar besi, pohon Puring masih ditanam di pojok depan rumah dan ada tiga pohon Puring yang tumbuh di sana.
Sang waktu terus berjalan hingga di tahun 2012 ketika itu saya dan keluarga sudah tinggal di Depok. Pohon Puring di rumah orang tua di Cijantung 2 hanya tinggal datu namun tumbuh subur dan besar. Saya memotong beberapa batang lalu saya tancapkan di halaman depan rumah di Depok. Tiga dari beberapa batang tumbuh dan mulai keluar tunas daun baru sedangkan yang lainnya mengering dan mati.
Di tahun 2015, salah satu pohon Puring yang sudah tumbuh besar tetiba daunnya layu lalu kering dan pohon Puring pun mati. Entah kenapa sebabnya, bisa jadi bawah tanah ada mengandung kapur yang terserap oleh akar dari pohon Puring tersebut.
Di tahun 2017, jelang rumah orang tua diminta kembali oleh Kodam Jaya, saya sempat memotong beberapa batang pohon Puring lalu saya tanam di tanah dan ada yang saya tanam di pot.
Sampai hari ini, pohon Puring yang saya tanam di pot tinggal satu pohon saja sedangkan yang saya tanam di tanah masih ada tiga pohon.
Merawat pohon Puring harus kerap disiram apalagi di saat musim kemarau dan hujan jarang turun. Bila tak disiram dalam beberapa hari maka daun daunnya akan terlihat layu namun setelah disiram maka daun daunnya kembali tegak dan segar.
Saya ingat, ada kejadian menarik tentang keberadaan pohon Puring di halaman depan rumah saya. Ketika itu, kawan sejak mahasiswa di Universitas Indonesia berkunjung ke rumah. Dia melihat pohon Puring yang tumbuh subur di halaman depan rumah lalu berkomentar bahwa pohon Puring yang saya tanam adalah pohon penolak santet. Jika ada orang yang mengirim santet maka santet tersebut bakal tertolak saat bertemu dengan pohon Puring.
Apa yang dikatakan oleh kawan saya memang saya pernah membacanya di sebuah media online. Namun benar tidaknya, hanya Tuhan yang tahu.
Yang pasti, pohon Puring bila kerap mendapat sinar Matahari pagi maka daunnya akan didominasi dengan warna kuning dibanding dengan yang berwarna hijau.
Pohon Puring akan terus saya rawat agar tidak mati karena pohon ini merupakan pohon turunan dari Pohon Puring yang tertanam di halaman rumah orang tua sejak saya masih balita.
Pohon Puring adalah pohon kenangan ..
Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pantun :
Si Upik Gadis Yang Ramah
Dan Sopan Dalam Berkata Kata
Pohon Puring Di Halaman Depan Rumah
Adalah Pohon Kenangan Sejak Masih Balita
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 28 November 2021