Seminggu setelah ke dokter syaraf, mual dan muntah hilang. Reaksi obat yang membuat suami tidur lelap juga turut menghilang. Hal tersebut menyebabkan suami kembali gelisah dan susah tidur. Kepala makin nyeri, mata makin tak sinkron, pipi makin mati rasa, ditambah ngilu dan nyeri gigi. Kondisi seperti ini membuat beliau makin susah makan dan istirahat, sehingga keadaan beliau semakin lemah.
Yang dikonsumsi tiap hari hanya makanan menyerupai cairan seperti aneka bubur, oat, susu, aneka ragam jus, energen, buah-buahan, dan makanan lain yang bisa dihaluskan serta makanan atau minuman yang bermanfaat bagi kesempatan beliau seperti madu, kurma, minyak zaitun, dan sebagainya. Sementara itu, asupan cairan lain seperti rebusan kayu bajakah dan daun sirsak juga ikut serta dikonsumsi. Tapi sampai hari ini belum ada perubahan sama sekali.
Walaupun demikian, kami tetap terus berusaha. Jika berjodoh maka akan sembuh. Rasa sedih sering muncul ketika melihat cara beliau makan. Karena area pipi mati rasa jadi makanan yang dimakan tidak berasa di mulut kiri menyebabkan makanan kadang-kadang tinggal dan tersisa di sana. Seringkali saya melihat sisa makanan atau cairan menetes dengan sendirinya sedangkan beliau baru tahu setelah makanan tersebut jatuh dan menyentuh permukaan. Bagi mereka yang jijikan, mereka akan marah dan merasa jijik melihat hal seperti itu.
Syaraf pipi mati disebabkan efek dari penyebaran kanker beliau sehingga makanan atau minuman yang dimakan atau diminum tidak berasa sama sekali. Entah sampai kapan kondisi seperti ini berlangsung. Apakah Kanker Nasofaring / Karsinoma Nasofaring (KNF) benar-benar akan memberikan hikmah atau maut? Entahlah Tuhan yang tahu jawabannya, karena penyakit ini muncul atas izinNya. Sebagai manusia, kami hanya bisa berusaha dan bertahan melawan sakit tersebut.
Adakalanya rasa putus asa muncul, tapi bisa ditepis dengan kekuatan iman. Adakalanya pula rasa sedih menghantui tatkala sehat tak kunjung datang. Inilah sifat yang sering hadir, Jikalau kita tidak mampu membentengi nya dengan keimanan, seseorang akan mudah tergoda melakukan dosa besar karena rasa keputusasaan.
Kami harus bersyukur karena bisa saling menguatkan dan mengingatkan satu sama lain. Lihatlah anak-anak yang masih kecil dan lucu, lihatlah Kepolosanku mereka, senyuman yang dihadirkan untuk kita, membuat kami semangat untuk terus bertahan apapun kondisi nya. Memang benar suami yang merasa sakit dan menderita tapi aku bisa melihat kesedihan nya melalui tatapannya. Meskipun dia tidak bicara, sakit itu terlihat dari tiap ringisan nya.
Tidak perlu kutunjukkan kesedihan dan keputusasaaanku di hadapannya apalagi di hadapan banyak orang. Aku harus menjadi perempuan yang kuat dan optimis untuk menemani beliau menuju kesembuhan nya. Dengan berdiri dan mendampingi nya sudah bisa membuat nya semangat untuk bertahan, apalagi sampai mengurus segala keperluan nya. Tidak perlu ucapan, gombalan, dan kata-kata manis. Yang terpenting adalah kehadiran kita di samping nya saat-saat dia dalam kesulitan itu lebih penting karena aksi lebih ampuh dari omongan.
Masalah utama perjuangan ini juga berasal dari diriku sebagai seorang isteri. Jika aku iklas, sabar, dan kuat menjalani takdir ini, maka dia pun akan bertahan dan berjuang dengan segenap raga dan jiwanya. Bagi nya support dan keiklasan seorang istri menjadi kekuatan nya untuk melawan rasa sakit.
Ketika lelah dan sakit menghampiri, dengan kekuatan genggaman tangan atau sekedar memegang tangannya saja sudah mampu meredakan rasa nyeri karena sentuhan seperti itu ibarat penyaluran tenaga dan kekuatan untuk beliau tetap bertahan.
Semoga harapan hari esok yang cerah dan bahagia berkumpul bersama anak-anak bisa terwujud dan nyata hingga lahir lah lembaran baru dalam kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang.