Saya semakin larut dengan tulisan yang saya tulis. Kadang-kadang saya meneteskan air mata mengingat anak-anak yang harus ditinggalkan. Tidak ada pilihan lain untuk saat ini sehingga melepaskan mereka dari pantauan. Sesekali saya melirik suami memastikan apakah beliau benar-benar tertidur atau hanya sekedar memejamkan mata.

Semenjak sakit, tidur beliau tidak nyenyak. Tengah malam pasti terjaga karena rasa sakit dan nyeri sehingga beliau selalu berada dalam kegelisahan. Melihat kondisi beliau pun saya sering meneteskan air mata. Betapa berat cobaan yang harus dijalani. Penyakit yang didera suami secara otomatis menghilangkan senyuman dan kebahagiaan beliau. Beliau lebih banyak menghabiskan waktu beristirahat untuk meringankan sakit dan nyeri yang diderita.

Ketika mata mulai perih, Ku berhenti menulis. Ku memandangi biru nya lautan lepas. Lihatlah, betapa indahnya ciptaan Tuhan yang dihadirkan untuk manusia. Langit biru berbalut awan putih terbentang bak hamparan salju. Cuaca sangat cerah dan terik hari ini hingga menampakkan semua isi nya. Sesekali saya melihat seekor ikan meloncat ke udara. Pemandangan seperti itu memang langka bagi saya, di lautan Lepas, ikan sekecil itu pun mampu hidup dan bertahan, entah bahaya apa yang siap mengintainya.

Ketika mulai bosan, aku pun kembali membuka HP dan mengecek pesan yang masuk. Ternyata sinyal sudah tenggelam hingga aku kembali menenggelamkan pikiran dalam tulisan. Entah berapa lama saya tenggelam dalam tulisan, saya berhenti ketika suami terbangun dan meminta dibuatkan susu. Saya pun meninggalkan hp dan bergegas membuat susu karena suami sudah sangat lapar. Susu inilah penyelamat saat ini karena kesusahan dalam membuka mulut membuat makan beliau pun tidak normal.

Setelah menghabiskan segelas susu, beliau pun kembali beristirahat. Untuk menghilangkan rasa bosan, saya ikut menyaksikan film yang diputar, tapi hanya berlangsung sesaat karena film yang diputar tidak menarik.

Semakin lama udara di kapal semakin dingin, untung saya memakai jaket sehingga terhindar dari kedinginan. Berbicara tentang kedinginan mengingatkan saya ketika study tour ke Bali. Selama berada di pesawat saya kedinginan. Saya sudah tidak sabar ingin mendarat sehingga bisa merasakan cuaca panas di luar sana.

Untung nya saya memakai Kaos panjang dan lebar ditambah si jaket sehingga terhindar dari udara dingin yang bisa merasuk di kalbu.

Kapal terus berlayar membawa penumpang. Suasana di dalam kapal sunyi. Mungkin semua orang tertidur atau asik dengan smartphone nya. Yang terdengar hanya suara film yang diputar. Sesekali petugas lewat memastikan apakah semua baik-baik saja.

Beberapa saat kemudian beberapa petugas lewat dan menawarkan popmi. Tawaran tersebut membuat saya ngiler dan memesannya. Saya tahu jikalau Mie tidak bagus untuk kesehatan tapi tetap saja peringatan seperti itu diabaikan.

Tidak berapa lama, pesanan kami datang. Saya mulai membuka tutupnya. Karena masih panas, saya pun membiar kannya. Ketika mulai dingin, saya pun menyantap nya. Mmm, lezatnya. Inilah keunikan selama berada di kapal.

Bau sedap pop Mie memenuhi ruang kami hingga membuat rada lapar. Saya pun mulai menikmati pop mi pesanan saya. Rasanya yang lezat menumbuhkan selera ingin makan. Santapan demi santapan membuat rasa Mie nagih.

Menjelang jam 16 sore, baru saya melihat isi pesan, Saya mengecek pesan satu persatu. Saya sangat senang karena salah satu pesan yang masuk dari
Sang adik, saya pun membuka nya. Alhamdulillah, akhirnya surat pengantar selesai.

Saya pun langsung mengirimkan pesan memberitahukan bu Anggita. Alhamdulillah, akhirnya kami punya tempat tujuan ketika tiba di Palembang. Tidak lama kemudian, kapal akan merapat. Saya mencoba membuka aplikasi Grab, kemudian saya mencari rumah singgah Bangka Belitung.

Setelah melakukan nya berkali-kali, tetap saya tidak bertemu dengan rumah singgah tersebut. Saya pun mencoba mengetik kata lain, muncul lah rumah singgah Pangkalpinang. Karena sinyal tidak begitu baik, saya menutup HP dan kembali memandangi air sungai yang mengeruh.

Saya juga melihat banyak nya nelayan mencari ikan. Tidakkah mereka takut muncul nya buaya? Saya sempat mendengar cerita jikalau di sungai musi banyak buaya.

Tak terasa, kapal mulai merapat. Kami masih diam di tempat menunggu suasana agak sepi. Maklum kondisi suami tidak normal jadi cepat lelah kalau lama berdiri.

Kami pun akhirnya turun dan mengikuti arah pintu keluar. Kami mencari tempat duduk di samping pos satpam menghindari keramaian. Saya pun mulai membuka aplikasi Grab dan mencari titik lokasi tujuan kami.

Saya terus mencoba, akhirnya ketemu lah titik rumah singgah Pangkalpinang. Saya pun memesan aplikasi mobil karena kami berdua jadi lebih leluasa menggunakan Mobil. Dalam perjalanan ke rumah singgah, bu Anggita pun sempat share lokasi rumah singgah. Saya pun menunjukkan nya pada suami agar memastikan alamat yang kami tuju benar.
Alhamdulillah, akhirnya kami sampai di rumah singgah. Semoga perjalanan kami berobat selalu dimudahkan. Aamiin.

Tinggalkan Balasan