Konsultasi Part 2

Senin, 9 Agustus 2021. Kami kembali ke rumah sakit untuk konsultasi dengan dokter sekaligus menyerahkan semua hasil rekam medis. Kami tidak perlu mengantri lama karena kami memanfaatkan daftar secara online tiga hari sebelumnya.

Seharusnya kami tidak perlu mengantri lama, karena ada kesalahan teknis dari kami terutama saya, maka antrian pun terjadi. Untung saja belum terlalu siang sehingga masih sempat konsultasi dengan dokter.

Di hadapan dokter, suami menyebutkan semua keluhan nya, sementara saya hanya menambahkan hal yang tidak disebutkan suami. Saya juga menanyakan beberapa pertanyaan terkait kondisi suami. Alhamdulillah dokter memberikan pelayanan dengan sangat baik. Beliau sangat ramah dan tenang menjawab segala keluhan ataupun pertanyaan kami.

Setelah bercerita panjang lebar, dokter akhir nya berkata InsyaAllah minggu ini bapak bisa melakukan kemoterapi. Nanti akan saya hubungi langsung untuk memberitahukan kapan jadwal kemoterapi nya. Saya akan memastikan stadium berapa kankernya, kata dokter.

Sebelum meninggalkan ruangan, dokter sempat memberitahukan efek dari kemoterapi secara mendetail. Apa saja efek yang ditimbulkan setelah kemoterapi? Berikut beberapa efek samping yang disebutkan dokter:
1. Mual dan muntah sehingga kehilangan nafsu makan. Setiap muntah, maka harus memasukkan cairan kembali ke dalam tubuh, Meskipun sedikit-sedikit.
2. Terjadinya penurunan berat badan.
3. Kulit kering
4. Susah tidur
5. Rasa lelah dan lemah sepanjang hari.
6. Sariawan dan bibir pecah-pecah
7. Diare.

Namun efek kemoterapi tiap orang berbeda-beda, tergantung dari reaksi dan kekebalan tubuhnya. Yang penting saya sudah menjelaskan efek nya seperti apa sehingga tidak ada keluhan ataupun kaget terhadap reaksi tubuh setelah kemoterapi lanjut dokter.

Sebagai masyarakat awam, saya mencoba menyimak dan memperhatikan setiap omongan dokter biar saya tidak lupa. Saya pun punya catatan-catatan penting sebagai pengingat apa yang mesti dilakukan nantinya.
Kami sangat berterima kasih dengan semua pelayanan yang diberikan. Karena keramahtamahan dan baik nya pelayanan membuat kami tidak merasa ragu dan takut bertanya.

Kami juga menyampaikan bahwa suami tidak bisa mengunyah makanan dikarenakan pipi nya kebas, dokter pun menyarankan makan apa saja selagi nyaman. Usahakan mengkonsumsi susu yang mengandung nutrisi. Meskipun tidak makan ada asupan nutrisi yang masuk. Yang perlu dihindari adalah Mie instan, makanan yang mengandung pengawet dan MSG, serta makanan hasil bakar.

Di hari yang sama dokter juga menjelaskan jarak antara kemoterapi pertama dengan kedua dan seterusnya. Tidak lupa beliau juga menjelaskan kapan harus cek darah untuk keperluan kemoterapi. Meskipun penjelasan dokter sangat jelas, yang saya takutkan adalah kemampuan penalaran dan penerimaan informasi yang telah disampaikan. Untuk memastikan kembali, dokter menanyakan saya, Apakah ibu mengerti dengan semua penjelasan tadi?” “Sejauh ini, mengerti, dokter” saya berkata.

Dokter juga meresep obat untuk keperluan dan kebutuhan suami sesuai dengan keluhannya. Setelah tidak ada lagi yang ditanyakan, kami pun pamit. Sebelum meninggalkan ruangan, tidak lupa dokter mengingatkan saya untuk mengesahkan berkas yang saya bawa.

Akhirnya kami pun pamit. Tidak lupa kami pun mengucapkan terima kasih. Kami sangat bersyukur bertemu dengan dokter yang ramah dan baik. Bukan hanya dokter tapi hampir semua yang kami temui juga sama. Ada beberapa yang tegas tapi tetap baik. Baik atau tidak nya staff rumah sakit dikembalikan kepada pasiennya. Kami beranggapan mereka baik, tidak tahu dengan pengalaman orang lain. Yang jelas apa yang dirasa, itu yang diceritakan.

Kamipun pulang dengan membawa senyuman. Setelah dokter mengatakan minggu ini suami bisa kemoterapi. Kami tak sabar menantikan telpon atau pesan dari dokter.

Sehari, dua hari bahkan tiga hari belum ada kabar dari dokter. Saya mulai merasa galau dan gelisah. Jangan sampai senyuman ketika pulang senin kemaren hanya senyuman sesaat. Saya akhirnya bertekad menelpon dokter Kamis pagi karena kondisi sudah semakin mendesak. Saya tidak bisa menyalahkan dokter secara sepihak akan keterlambatan pemberian informasi karena saya sadar beliau sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Saya akhirnya menelpon beliau tapi tidak diangkat. Keadaan itu tidak membuat saya putus asa, saya pun melakukan planning B yaitu mengirimkan pesan kepada beliau. Harapan saya respon dokter tetap seramah tatap muka. Berikut contoh pesan yang saya kirimkan:

Assalamualaikum, Dr…. Maaf mengganggu kesibukannya.

Saya istrinya … pasien kanker nasofaring, Senin kemaren sudah konsul dengan dokter. Sesuai dengan arahan dokter, kami menunggu informasi jadwal kemoterapi dari dokter.
Kira2 jadwal kemo sudah ada atau belum dokter?
Mohon arahan dan informasi tahapan berikutnya.

Terima kasih banyak atas perhatian dokter.

Saya sangat menunggu jawaban dokter. Sebentar-sebentar mengecek pesan, sudah ada balasan atau belum. Setelah beberapa waktu, saya pun kembali membuka pesan dan terlihatlah checklist biru dua. Hati Ku senang bukan main. Tidak lama kemudian dokter menelpon langsung dan memberikan kami agar datang Jumat pagi. Alhamdulillah kata pertama yang terlontar. Sebelum menutup telpon, saya pun mengucapkan terima kasih.

Akhirnya Penantian kami berujung dan akan berbuah manis. Saya pun menceritakan semua yang dikatakan dokter. Suami tentu saja sangat senang, meskipun tidak diucapkan. Telpon dokter sebagai puncak dari akhir rekam medis.

Semoga kesenangan dan kebahagiaan yang baru didapatkan benar-benar berita dan fakta nyata sehingga terhindar dari kekecewaan yang lebih mendalam. Semoga kemoterapi segera dimulai sehingga bisa mengurangi beban dan rasa sakit suami.

Tinggalkan Balasan