Delapan Buku Ambu Guru Lahir dari Grup Menulis

Literasi60 Dilihat

Program Belajar Menulis Bersama Omjay dan PGRI Gelombang 17 masih berlangsung. Ternyata yang “diminta” belajar dan menikmati sajian tidak hanya anggota grup whatsapp tersebut, tetapi juga grup 1 hingga 16 juga. Hal ini saya ketahui setelah digabungkan menjadi anggota Tim Omjay sebagai salah satu di antara petugas yang “membagikan” atau share materi kepada maksimal lima grup.

Biasanya saya menyimak dan membagikan pemaparan narasumber kepada grup menulis yang menjadi tanggung jawab saya. Namun pada malam itu, kerinduan untuk menuliskan resume materi dari narasumber tiba-tiba menggebu. Tidak saja karena yang memberikan materi adalah pribadi yang sedikit telah saya kenal di dunia maya, tetapi saya juga mengikuti haru biru perjalanannya sebagai kepala sekolah. Itu diceritakan secara teratur sejak tanggal 1 Februari 2021 hingga 28 Februari 2021 dalam blog pribadi maupun website YPTD. Tulisan Ambu Guru, Tini Sumartini, yang dipublikasikan pada blog pribadi maupun blog Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan (YPTD) itu akan dibukukan serta diterbitkan oleh Yayasan tersebut. Sebuah penghormatan, sebelum naik cetak saya diberi kesempatan untuk menjadi editornya.

Ketika flyer pelatihan belajar menulis yang didesain oleh Bung Bryan Prasetyawan beredar pada berbagai grup yang saya ikuti, saya pun bersiap membagikan ke grup 6, 7, 8, 9, dan 10. Mr. Bams yang bertindak sebagai moderator pun memberi isyarat bahwa “pasukan lengkap” dan pada pukul 19.00, kulwap pun dimulai.

Ambu Guru, ibu empat orang puteri ini, adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris yang sejak tahun 2016 berkarir sebagai kepala sekolah. Beliau adalah alumnus grup menulis gelombang 16. Pada pertemuan ke-28 grup menulis gelombang 17 didaulat Omjay untuk menjadi narasumber. Tentu bukan tanpa alasan. Sejak bulan Oktober 2020, pertama kali ia bergabung di grup 16 sudah menghasilkan empat buah buku karya tunggal dan empat buah buku karya keroyokan atau antologi.

Buku solo yang sudah terbit: Catatan Ambu Guru Ngeblog (Desember 2020), Cara Sukses Belajar Bahasa Inggris dengan Pendekatan CTL (Januari 2021), Melejitkan Kompetensi Menulis Teks Recount (Maret 2021, Proses terbit), dan Haru Biru Perjalannku (Maret 2021, proses terbit. Sedangkan buku antologi bersama pegiat literasi nusantara adalah: Jejak Digital Motivator (Oktober 2020), Patidusa Pujangga Wiyata (Januari 2021), Prahara di Tengah Corona (Januari 2021), dan Jejak Langkah Mengukir Prestasi (Pebruari 2021).

Dalam menulis, wanita karir jebolan S2 Unindra PGRI Jakarta ini memiliki prinsip never too old to learn. Memulai menulis pada usia di atas lima puluh tahun dengan delapan karya selama lima bulan adalah buktinya.

“Saya benar-benar pemula dalam menulis. Namun motivasi dan ekspektasi saya yang tinggi ingin menulis dua judul buku yang bisa diajukan untuk kenaikan pangkat. memacu diri untuk mewujudkannya,” demikian tuturnya.

“Kuncinya tiada lain adalah disiplin diri. Memang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dijalankan. Terlebih bila pekerjaan sesuai tupoksi sedang menumpuk. Sehingga badan lelah dan tak ada mood untuk menulis,” imbuhnya.

Menarik sekali, bukan? Guru dan kepala sekolah hebat ini memulai menulis di usia ”lolita” (lolos lima puluh tahun) namun berprestasi menerbitkan buku dalam waktu lima bulan. Bukan main! Berikut motivasi menulis yang dibagikan Ambu Tini, begitu ia biasa disapa, dalam mendisiplinkan diri untuk konsisten menulis.

Bergabung dengan WAG Blogger

Selain grup pelatihan, mulailah mengikuti komunitas blogger. Tujuannya agar rutinitas menulis terjaga. Karena dalam suatu komunitas bloger ada tantangan-tantangan menulis yang harus diikuti anggotanya. Selain itu, ilmu tentang menulis dan juga tentang nge-blog bis akita dapatkan. Dengan demikian, kita akan terus mengembangkan diri.

Luangkan Waktu untuk Menulis

Adalah sikap bijak jika meluangkan waktu untuk menulis dan bukan hanya menulis di waktu luang. Memang benar, setiap kita memiliki beragam tupoksi, tugas pokok dan fungsi berkaitan dengan pekerjaan kita. Pasti sulit sekali mencari waktu luang. Oleh karena itu ciptakan waktu luang. Sebelum tidur atau sesudah bangun di pagi hari adalah investasikan waktu demi mewujudkan impian kita, menulis dan menerbitkan buku. Jadi, paling tidak 1 jam saja dalam sehari, harus menulis.

Kala suntuk datang, jangan menulis yang “berat-berat”. Salurkan rasa suntuk itu dengan menulis puisi atau pentigraf. Dengan begitu, suntuk hilang, “mumet” pun menjadi plong. Menulis pusi atau pentigraf ternyata bisa menjadi penghibur dan penhilang rasa suntuk.

Tetapkan Target

Target ini adalah trik paling jitu membunuh malas. Misalnya, target harus menulis dua buku. Ternyata dalam perjalanannya muncul target-target yang lain. Misalnya, mengikuti lomba menulis di blog menjadi buku dalam 28 hari. Nikmati saja, sekali mendayung niscaya dua tiga pulau terlampaui.

Tantangan dari luar juga memacu diri untuk terus konsisten menulis. Target diri untuk kenaikan pangkat, misalnya menuntut menambah porsi waktu untuk menulis.

Perbanyak Membaca

Banyak manfaat didapat dari membaca. Bertambah pengetahuan sebagai bahan untuk tulisan kita, menambah diksi dan kosa kata, dan memunculkan ide untuk menulis. Writer block yang sering dialami penulis, kebuntuan akan ide tulisan dapat diatasi dengan membaca dan membaca. Sumber bacaan bisa saja dari tulisan teman atau sumber lainnya.

Seringlah Melakukan Blog Walking

Blog walking, selain menambah wawasan pengetahuan dari postingan teman kita, juga menjalin silaturahmi dengan sesama blogger. Kita menuliskan komentar untuk penulis tersebut, menumbuhkan rasa dihargai pada dirinya sehingga mereka akan terus berkarya. Seagai penulis pun, suatu saat kita akan mengalami rasa senang ketika ada orang lain yang mengapresiasi karya kita.

Itulah tips dan trik Ambu Guru. Sangat menginspirasi dan memotivasi siapa saja yang berminat dalam dunia tulis-menulis.

 

Salam blogger sehat
PakDSus
Guru blogger Musi Rawas
https://blogsusanto.com/

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar