- Kejutan telpon
Hari ini dapat pesan WA dari alumni angkatan jadul, kang Imam, begitu saya memanggil namanya. Kang Imam cari informasi tentang percetakan yang murah. Seingatnya dulu kami pernah mendiskusikan perihal penerbitan buku. Jadi dia mikir jika saya masih ada link dengan urusan penerbitan dan percetakan. Sayangnya saya tidak ada link percetakan, karena memang waktu itu draft buku yang saya sususn belum sampai dicetak sampai saat ini karena kendala biaya.
Saya tanya, mau cetak buku apa ? Jadinya malah menejelaskan tentang komunitas menulis buku. Di akhir beliau malah tanya saya, “ibu berminat ?” , saya jawab saja, “iya berminat”
Setelah selesai bertelepon saya jadi merenung. Saya dengan kang Imam itu sudah lama sekali tidak ketemu. Terakhir kami berjumpa itu sekitar enam tahun yang lalu ketika saya mengikuti sebuah pelatihan yang beliau selenggarakan. Tapi ada satu dua kali berkomunikasi baik lewat telpon maupun lewat tukar tanggapan di sosial media.
Yang membuat saya masygul adalah, bagaimana murid saya ini mengingat saya ketika ada urusan penerbitan dan percetakan ? Bagaimana dia berpikir bahwa saya ada link dengan penerbit dan percetakan ? Bagaimana dia berpikir bahwa saya berminat gabung di komunitasnya ?
Kalau diingat-ingat, komunikasi kami setelah dia lulus belasan tahun lewat itu adalah karena saya menyatakan berminat ikut pelatihan bisnis Islami yang dia tawarkan. Kemudian, di lain kesempatan saya pernah ngontak dia waktu mencoba memintanya untuk menjualkan buku saya, yang padahal waktu itu belum selesai ditulis.
Jadi, kang Imam ini mengingat diri saya sebagai orang yang suka menulis, sehingga dia menawari saya untuk gabung dalam komunitasnya saat ini.
Lantas saya terhenyak sendiri. Inikah personal branding saya ? Apakah saya sudah punya brand sebagai orang yang berminat menulis ? Setidaknya agak dekat dengan predikat sebagi penulis.
Subhanallah….apa yang selama ini saya baca dari artikel-artikel yang berserak di internet dan buku-buku mengenai personal branding, terbukti adanya.
Kemudian, sambil masih mengagumi kebesaran Allah melalui rejeki kesempatan ini, saya berbisik-bisik sendiri.
Personal branding itu bukan sesuatu yang mengawang di angkasa, bukan sesuatu yang mustahil. Personal branding adalah bagaimana orang mengenal kita. Hal apa yang paling diingat oleh orang lain yang melekat pada diri kita. Atau, saat seseorang sedang membicarakan sesuatu, siapakah yang dia ingat yang ada kaitannya dengan sesuatu itu !
Siapa saja yang memiliki personal branding ?
Kita !
Kita semua pemilik personal branding sendiri, yang sudah terbangun hampair selama hidup kita. Atau setidaknya selama usia dewasa kita. Itu sederhananya.
Seperti, yang kang Imam ingat dari sekian banyak gurunya adalah saya, ketika berbicara tentang menulis. ( Padahal belum ada tulisan saya yang tercetak jadi buku solo ). Seperti juga saya yang akan mengingat kang Imam jika sedang berpikir mengenai bisnis, bisnis online atau bisnis islami dan juga kepenulisan. Karena semua itulah yang paling sering saya lihat di postingan-postingannya di sosial media.
Atau, jika saya sedang ingin membuat bahan tayangan untuk memotivasi siswa di kelas agar menjadi lebih semangat, maka yang saya ingat adalah orang-orang yang dari siapa saya sering mendapatkan motivasi. Lain halnya ketika saya ingin merenovasi dapur saya, maka yang saya ingat adalah seorang tukang yang ahli dan cerdas menterjemahkan ide-ide saya.
Karena yang saya sampaikan di atas adalah hanya mengenai hal-hal kecil yang melekat pada diri seseorang, maka saya menyebutnya itu sebagai personal branding yang mini. Atau miniatur personal branding.