Pagi buta,
kabut masih menyelimuti bumi
Segelintir jangkrik mengikrik di depan pintu
Hendak masuk menarik selimut.
Suara nyaringnya memecah gemericik hujan yang tiada henti sedari petang.
Sudah lepek daun daun tanaman ku di halaman
Biasanya hujan menghantarkan sampah ke halaman rumah orang,
begitu juga sampah orang menumpuk di halaman rumah ku
Mungkin begitu cara hujan mengirimkan peringatan
Namun kubiarkan
Karena semua orang juga anggap biasa.
Dengan mata sayu kakiku mengayun mengiringi gemericik menghantarkan diri ke dapur.
Serbuk kopi hitam di tuang kedalam gelas kaca
Dengan sedikit gula
Untuk memanjakan lidah
Tring.. tring..
putaran sendok stainles membentur dinding gelas
Seduhan air panas
membungkam dinginnya pagi buta
Aroma wanginya menyeruak keseluruh penjuru rumah
Duduk di belakang meja dapur menghadap jendela kaca
Tatapan mata hanya tertuju pada rintik hujan disekitaran cahaya kuning lampu jalan
Sepi senyap hilang saat hirupan aroma kopi hitam menyerap kedalam tubuh
Rasanya hilang peduli dinginnya malam dan hujan diluar
Yang ada dan terasa
Kehangatan segelas air keruh hitam manis dari sajian praktis.
Karya : Purwa Nur Alam