Aku masih belum ingin menyudahi tulisanku tentang Madura. Kali ini aku akan membahas tentang makanan selain sate dan soto, yang juga dikenal sebagai makanan khas Madura.
Mereka adalah nasi buk Madura dan bubur campur Madura. Dua kuliner ini populer di kota Malang. Bahkan jumlah penjualnya lebih banyak bila dibandingkan dengan penjual di daerah asalnya.
Aku baru tahu tentang nasi buk Madura ketika banyak wisatawan yang mengasosiasikan kota Malang dengan nasi buk. Eh ternyata gara-gara nasi buk di dekat stasiun kota Malang menjadi incaran wisatawan lokal karena rasanya yang lezat dan harganya yang terjangkau.
Ehm memang sih masakan buk ini sedap. Ia sejenis nasi campur dengan lauk-pauk berupa jerohan seperti limpa dan babat dengan aneka lauk-pauk lainnya. Lalu untuk sayurannya ada sayur rebung dan sayur nangka.
Sarannku untuk sementara hilangkan rasa bersalah karena menyantap jerohan karena memang nasi buk identik dengan jerohan dan sayur rebung.
Kok disebut nasi buk? Ini dikarenakan ibu-ibu Madura kerap disapa buk.
Jika membaca sejarah nasi buk, ia berasal dari Bangkalan. Di Madura sebagian tanahnya gersang sehingga mereka banyak mengolah ternak seperti sapi, kambing, dan ayam. Oleh karenanya Madura dikenal dengan sate dan sotonya yang sedap.
Dulu nasi buk dijajakan berkeliling. Kini ada cukup banyak penjual nasi buk di Malang. Yang terkenal di dekat stasiun, tapi ada juga yang sedap di kawasan Tumenggung Suryo, Malang. Jumlah penjual nasi buk di Malang dan Surabaya kini lebih banyak daripada di Bangkalan sendiri.
Penjual bubur campur juga sama, biasa disapa dengan buk. Jaman aku kecil buk menyunggi dagangannya yang berat.
Ia bakal batal berhenti jika melihat pembelinya hanya anak-anak kecil. Oleh karena ia perlu tenaga orang dewasa untuk membantu menaikkan dan menurunkan dagangannya yang berat di atas kepalanya.
Jangan ditanya seperti apa rasanya? Wah sedap. Juara. Untuk urusan bubur, bubur campur Madura menurutku juaranya.
Apa saja sih isinya? Ehm antara penjual satu dan lainnya mungkin berbeda. Tapi hiasanya ada bubur sumsum yang gurih, candil atau grendul yang kecokelatan manis, ketan hitam, dan pacar cina. Kadang-kadang juga ada ketan putih.
Wuih rasanya nikmat. Kadang-kadang aku hanya memilih bubur sumsum dan bubur candil. Perpaduan keduanya kontras dan cantik. Gurih dan manis. Bubur sumsum dari tepung beras, sedangkan bubur candil biasanya dibuat dari tepung dan umbi.
Itulah kedua masakan Madura yang kukenal dari kampung halamanku. Kini makin sulit dijumpai penjual bubur campur keliling, baik yang menyunggi ataupun membawanya dengan gerobak.
Wah waktu nulis ini aku jadi berasa lapar.
Sumber gambar: Merdeka dan Kompas