Kisah-Kisah Perjalanan: Deg-Degan Menuju Curug Nyelempet

Wisata0 Dilihat

curug nyelempet

“Sebenarnya di sana ada lagi mbak curug yang jarang orang ketahui,” ujar bapak pemilik warung sekaligus penjaga curug yang bernama Curug Dogdog.

“Dekat, Pak?” Aku penasaran.

“Mari saya antar,” Ia pun berdiri dan melangkah. Aku mengikuti langkahnya. Rupanya jalan Pak Faroek, demikian nama bapak tersebut, begitu cepat meski nampak santai. Aku kesulitan mengikuti ritme langkahnya.

Rupanya jalan menuju curug yang disebut-sebut bu Nining, istri Pak Faroek yang terbagus nomor dua di daerah ini, tersebut menurun. Kami menyeberang dari posisi semula, kemudian menerabas jalan kecil di antara semak-semak, kemudian melewati sungai.

Medan kemudian berubah menjadi mendebarkan ketika di depan adalah bebatuan besar. Aku mulai melambatkan langkahku. Lebih waspada. Sementara Pak Faroek sudah jauh di depan. Aku memanggilnya, meminta tolong agar ia melambatkan langkahnya.

Untungnya hari itu kering. Jika musim hujan tentu aku tak berani menuju ke curug ini. Jalannya curam dan batu itu pasti licin jika musim hujan.

Kami menapaki bebatuan besar itu. Jalan semakin menurun. Aku mengatur nafasku dan menguatkan nyaliku. Aku deg-degan, takut tergelincir.

Untungnya memang tak jauh posisi air terjun tersebut. Tapi ketika melihat ke bawah, nyaliku merosot. Aku pun mengambil foto selekasnya dan secukupnya. Aku was-was.

melihat ke bawah

jalannya cepat

Hanya ada aku dan Pak Faroek. Pasangan enggan untuk ikut karena lelah menyetir. Ia ingin beristirahat saja karena lelah dengan perjalanan yang berkelok-kelok dan menuntutnya ekstra fokus dan waspada.

Untungnya sepi. Kalau pengunjungnya sedang ramai pasti bakal makin susah mengambil gambarnya dan menikmati air terjunnya.

Kata Pak Faroek curug ini tak banyak diketahui pengunjung dan jarang yang ke sini. Biasanya pengunjung yang ke sini ia antar karena medannya juga lumayan curam. Kalau sedang musim hujan, pengunjung harus ekstra waspada karena batu-batu tersebut menjadi licin dan sungai pun airnya cukup tinggi.

Air terjun tersebut diberi nama Curug Nyelempet atau curug dengan airan sungai yang sempit. Jika musim hujan, curugnya akan lebih berair deras. Ia berada di aliran sungai Cimarinjung.

Dari air terjun, Pak Faroek mengajakku ke atas, mengintip Teluk Ciletuh yang membentang. Dari lokasi kami menuju ke sana sekitar 10-15 menit lagi dengan kendaraan. Sejenak aku mengagumi keindahan panorama tersebut, kemudian kami melakukan perjalanan kembali. Medan yang menanjak dan curam membuat nafasku ngos-ngosan.

teluk ciletuh

Setiba di warung, aku kemudian mereguk air kelapa muda hingga tak bersisa. Duh segarnya.

Tinggalkan Balasan