Bangkitlah Anakku Hari Telah Senja (Hari ke-4)

Terbaru135 Dilihat
  1. 4.​​​​BUANG JIN, LAKUKANPENELUSURAN

Sementara menunggu pengumuman ujian SMP dan mencari sekolah yang pas atau cocok dengan kondisinya sekarang dan selanjutnya, Kahfi di rumah ditunggui oleh seorang keluarga yang dipercaya yang sewaktu-waktu dapat mengontakku. Aku sudah mulai bekerja lagi sambil terus melalukan penelusuran, pencaharian tentang apa yang terjadi pada anakku. Jiwa penelitiku terus berkobar, ingin mengetahui sendiri secara langsung, tanpa perantara. Informasi dari Kahfi sangat tertutup, penuh kebingungan, ketakutan, dia berusaha menghindari pertanyaan atau pancingan. Sepertinya sudah ada komitment bahwa dia tidak boleh bercerita banyak. Ada sedikit yang keluar dari ceritanya bahwa dia tidak tahu dibawa kemana karena mata ditutup dengan kain hitam, naik mobil cukup lama. Ada 3-4 orang suara laki-laki dalam mobil tapi tidak mengerti apa yang dibicarakan, dan kahfi tertidur dalam mobil tersebut. Dia dibangunkan di depan rumah kayu tinggi, dibuka penutup mata dan disuruh masuk. Banyak orang-orang di dalam, ada laki-laki dan juga perempuan, ada yang tidur, duduk, berdiri, berjalan, bicara dan sebagainya. Selanjutnya katanya dia tertidur lagi. Selanjutnya dia tutup mulut.

Langkah pertama dengan tetangga sebelah bercerita bahwa Kahfi. Dikatakannya dihinggap jin-jin terutama jin cewek. Dia memberi contoh ada seseorang yang seperti Kahfi yang ditempeli jin, dan solusinya ada orang pintar yang bisa membuang jin-jin tersebut dan dia tidak menentuka bayarannya, sukarela. Sebetulnya aku selama ini kurang percaya dengan cara-cara seperti itu. Namun kupikir mungkin saja banyak hal yang belum kuketahui selama ini meski sudah sekolah tinggi-tinggi, dimana orang yang tidak bersekolahpun bisa tahu. Akuditemani tetangga pergi ke rumah orang pintar tersebut. Kahfi tidak wajib didatangkan tapi dibawakan fotonya yang full body serta nama yang jelas. Orang pintar tersebut bersemedi merenung lalu mengambil ranting-ranting pohon di depan rumahnya, dikibas-kibaskannya ke dekat foto sambil mengeluarkan suara seperti marah. lalu segenggam ranting itu diberikan kepada saya.

“Ibu, nanti ibu pulang lewat sungai pertama kali ketemu yang airnya deras, lalu ranting ini dibuang ke air sungai sambil berkata: “Bismillah.. pergilah kalian!!” 3 x.

“In Sya Allah jin-jin tersebut akan cepat pergi, dan anak ibu sperti biasa lagi”. Katanya.

Sangat tidak masuk logikaku, tapi mungkin saja banyak hal-hal gaib didunia ini yang tidak perlu dilogikakan. Senang hatiku dengan harapan kalau bisa secepat dan segampang itu, sehingga tidak segan-segan aku salam tempel dengan 3 lembar uang merah. Namun sekian hari belum terlihat ada perubahan pada Kahfi.

Langkah kedua aku terus menelpon si ustadz, tapi nampaknya No Hpnya sudah dimatikan atau dibuang. Ketua RT pun bilang dia tidak pernah kembali lagi. Pupuslah sudah pencarian lewat si ustadz.

Langka ke tiga, aku terus hubungi satu nomor telpon yang tadinya ada dalam tas anakku. Belum pernah diangkatnyatelponku, dan smsku tidak pernah dibalas, namun aku tak putus asa. Nah kali ini dia balas smsku yang tertulis:

“Mas atau mba, Tolong diangkat dong telponnya atau dibalas smsnya. Aku mau baik-baik saja kok”.

“ Iya, boleh”.

Langsung kutelpon sambil menahan tangis karena berharap sekali ada titik terang. Aku bicara dengan menahan tanganku yang tiba-tiba bergetar. Suara laki-laki masih muda.

Mas, mas kenal dengan Kahfi ya, katanya dia ikut mas tempohari menginap”. Suaraku kuceria-ceriakan, tidak terdengar nada sedih”.

“Ya terus gimana”. Suaranya seperti begitu berwibawa, entah karena aku takut telpon diputuskan, sehingga aku berusaha bersandiwara.

“iya begini mas, Kahfi katanya senang ikut mas tempo hari. Mas ditelpon-telpon gak angkat sih. Padahal saya juga ingin kenalan dan tertarik untuk ikut kelompoknya”.

“Memang dia cerita apa, kelompok apa?”

“Nggak, Kahfi ga cerita apa-apa, Cuma katanya senang ikut mas waktu kesana dulu itu. Makanya saya telpon karena saya juga tertarik”.

“Ibu sehari-hari kerja atau apa?

“Iya mas kerja Pegawai Negeri”

“Dimana?”

“Di Kesehatan”.

“Ibu ada keluarga polisi atau tentara?”

“…... Kenapa mas? Ya ada saja, keluarga jauh, perlu bantuan?”.

“ Ibu mau ketemu saya?”

“ Iya mas, tolong mas”.

“ datang sama siapa?”

“sama suami, mas kalau boleh”

“Suami kerja di mana?.

“ di Swasta mas, yaa dagang-dagang gitu”

“Nama ibu siapa?

“ Saya ibu Halimah mas, bu Lim”

“Ok, besok ibu saya tunggu di Jalan Warakas Raya no 32, nama saya Rudi (bukan nama sebenarnya)”.

“Jam berapa mas?”

“Sekitar pk 2 gitu”.

“Baik mas, terima kasih banyak ya mas?”.

Telpon ditutupnya.

Duuhhh….. Ya Allah…

Tinggalkan Balasan