UGAHARI KESEDERHANAAN DALAM KECUKUPAN

Terbaru278 Dilihat

Ugahari punya arti mendalam. Meski mungkin jarang digunakan, tapi kata yang dalam bahasa sansekerta ini punya beberapa makna seperti kesederhanaan, berkecukupan atau secukupnya, tidak berkekurangan. Padanan katanya dalam bahasa Yunani “Sophrosune” dan dalam bahasa Jawa “sak madyo”.

Suatu sikap yang mungkin dewasa ini mulai tersamar oleh gaya hidup “Hedonisme”. Yang menurut bangsa Yunani itu merupakan gaya hidup yang lebih mengutamakan kesenangan dan kepuasan. Kesenangan, serta hal-hal yang menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan selalu jadi hal terpenting yang dipantangkan hadir dalam hidup dan selalu dikejar habis-habisan.

Berkecukupan itu dalam berbagai aspek kehidupan mencakup materi, perilaku, maupun pengetahuan itu memang jadi kerinduan banyak orang. Namun tentu saja dalam batas secukupnya. Ini adalah konsep yang menekankan pada hidup yang bijaksana dan sadar. Tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan dasar tetapi juga dalam pemeliharaan dan penggunaan sumber daya dengan sikap bersahabat dan kecintaan tulus terhadap dunia di sekitar.

Tersamarnya ugahari dewasa ini nampaknya banyak dipengaruhi berbagai faktor. Pengaruh gaya hidup konsumtif itu semakin pasti dan nyata. Perubahan nilai sosial, dan perubahan ekonomi terus nerebak merangkak naik.  Gaya hidup modern cenderung menekankan keharisan kepemilikan barang dan prestise sosial. Kesemuanya bertentangan dengan prinsip keugaharian.

Manusia tak lagi akrab dengan alam sekitar. Masihkah mereka yang hidup disekitar hutan hidup bersahabat dengan berbagai tumbuhan di dalamnya dan mendapat manfaatnya. Berapa banyakkah para nelayan berbangga dengan hasil tangkapan biota laut mereka. Masihkah masyarakat di kota dapat menghirup udara segar dan bersih menyehatkan. Masih adakah sesuap nasi yang tersedia untuk disantap secukupnya agar dapat bertahan dan melanjutkan kehidupan di hari esok. Semua masalah itu akan semakin marak bermunculan melilit kehidupan ketika ugahari tidak lagi hadir dalam prinsip hidup manusia masa kini. Kesederhanaan lambat dan senyap mulai sirna tenggelam, digantikan oleh gaya hedonisme yang semakin merambah di berbagai kalangan masyarakat.

Sebagaimana makna “sak madyo” Makan secukupnya, gembira secukupnya, bersedih secukupnya, berpakaian secukupnya, sama rata sama rasa. Mungkinkah jadi pola dan gaya hidup anak negeri ini?

Semoga ugahari tetap merekah menyelinap di celah-celah sanubari setiap insan di bumi pertiwi ini. Ugahari adalah kesempatan untuk memperluas toleransi dan saling hormat menghormati. Mari jadikan ugahari sebagai sesuatu untuk belajar saling memahami dan menghargai di negeri Pancasila tercinta ini. Seperti Socrates mengingatkan: “Jangan kejar apa yang diinginkan orang banyak; kejar apa yang benar bagi jiwa Anda.”

(Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom)

Tinggalkan Balasan