Pada Kurikulum 2013 penjurusan untuk para peserta didik yang duduk di bangku SMA/MA dilakukan di kelas X, atau pada awal mereka masuk SMA/MA.
Sebuah satuan pendidikan (sekolah) dapat menentukan kriteria penjurusan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA.
Di dalam Permendikbud tersebut diatur mengenai pemilihan kelompok peminatan (penjurusan) didasarkan pada nilai rapor SMP/MTs, nilai Ujian Nasional (UN) SMP/MTs, rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes penempatan ketika mendaftar di SMA, dan hasil tes bakat minat oleh Psikolog.
Selain itu penjurusan juga mempertimbangkan aspek proporsionalitas jumlah siswa per rombongan belajar pada tiap jurusan dan kecenderungan minat siswa.
Salah satu yang menjadi permasalahan di sebuah sekolah adalah tidak proporsionalnya antara jumlah peminat MIPA dan IPS. Banyak orang tua yang menginginkan anaknya masuk ke jurusan MIPA, dan berusaha pindah jurusan ketika tahu bahwa anaknya ditempatkan di IPS.
Tidak jarang orang tua memaksakan kehendaknya kepada sekolah bahkan kepada anaknya sendiri agar anaknya bisa masuk di jurusan MIPA. Hal ini disebabkan oleh masih adanya anggapan yang kurang tepat terkait jurusan MIPA dan IPS.
Beberapa anggapan yang kurang tepat terkait jurusan MIPA dan IPS di antaranya:
1. Anak MIPA lebih pandai dari IPS
Anggapan ini tidak benar. Kalau anak MIPA itu lebih pandai dari IPS parameternya apa? Tidak semua anak MIPA memperoleh nilai tuntas pada tiap bidang studi, sebaliknya banyak anak IPS yang memiliki nilai ketuntasan pada seluruh bidang studi.
Berbicara pandai alat ukurnya bukan saja skala nilai Intelligence Quotient (IQ), namun juga harus mempertimbangkan nilai kecerdasan lainnya termasuk Emotional Quotient (EQ).
2. Jurusan kuliah yang bisa dimasuki anak MIPA lebih banyak dari anak IPS
Sebenarnya jurusan khusus anak MIPA jumlahnya tidak lebih banyak dari jurusan yang bisa dimasuki anak IPS.
Anak MIPA memang umumnya “menyeberang” ke Jurusan IPS (humaniora) lewat program IPC, tapi bukan berarti pilihan jurusan kuliah anak IPS itu sempit. Justru jurusan-jurusan IPS adalah jurusan yang menarik, hingga anak MIPA ingin turut bersaing mendapatkannya.
Perlu diketahui, saat ini di jurusan IPS dipelajari mata pelajaran lintas minat, sehingga anak IPS dapat juga mempelajari mata pelajaran MIPA seperti Biologi, Kimia, atau bahkan Fisika.
Hal ini menjadi bekal bagi mereka manakala nanti mereka “menyeberang” ke jurusan MIPA (saintek) ketika mendaftar di perguruan tinggi.
3. Jurusan IPS itu pelajarannya mudah
Beban pelajaran MIPA dan IPS sebenarnya sama. Yang membedakan adalah fokus belajarnya. Anak MIPA mempelajari ilmu-ilmu eksakta yang melibatkan banyak hitungan dan mengandalkan nalar dan logika, sedangkan anak IPS diajarkan untuk mengembangkan kemampuan analisa dan kepekaan terhadap fenomena sosial. Tidak ada yang lebih “mudah” dari semua jurusan yang tersedia.
Mudah atau sulit sifatnya relatif, tergantung penyikapan setiap orang. Buat anak MIPA, belajar Sejarah dan Geografi bisa membuat mereka pusing.
Bagi anak MIPA lebih mudah menghitung Debit air mengalir dalam pipa dan menghapal Tabel Periodik Unsur. Untuk anak IPS, pelajaran MIPA memang terlihat memusingkan, tapi ini karena mereka memang tidak diajarkan menghitung kelembaman relatif ataupun optika fisis.
4. Pelajaran IPS bisa dipelajari Sendiri.
Banyak orang menyangka pelajaran IPS bisa dipelajari sendiri, tak perlu menghabiskan waktu 3 tahun untuk mendalaminya. Sekilas pelajaran di Jurusan IPS memang bisa dipelajari tanpa harus bergelut dengannya setiap hari.
Namun, anak-anak yang berasal dari MIPA baru akan merasakannya nanti tatkala sudah kuliah di jurusan IPS. Anak-anak MIPA yang kuliah di Jurusan IPS sering canggung saat harus membuat analisa dan mengemukakan pendapat.
Berbeda dengan anak IPS yang memang sudah punya bekal pengetahuan sejarah dunia, teori demokrasi dan tata negara, sampai bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
5. Peluang sukses anak MIPA lebih besar dari anak IPS.
Kesuksesan seorang anak bukan ditentukan oleh jurusannya MIPA atau IPS. Namun lebih ditentukan oleh seberapa besar anak tersebut memliki semangat yang tinggi dan komitmen selama belajar di SMA/MA.
Segala keputusan pada akhirnya kita kembalikan kepada aturan yang berlaku. Satu yang pasti, tidak semua mitos yang kita dengar tentang jurusan MIPA atau IPS itu sesuai kenyataan.
Para orang tua tidak sepatutnya memaksakan kehendaknya kepada sekolah atau bahkan anaknya sendiri. Karena keputusan sekolah melakukan penempatan kelas (MIPA/IPS/Bahasa) sudah berdasarkan pertimbangan yang matang dan demi masa depan siswa yang bersangkutan. ***