Fushi dan Coco adalah dua sahabat yang sangat akrab. Setiap hari Fushi bermain di tepi sungai tempat Coco kelapa tumbuh. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan bermain, bercerita dan tertawa bahagia. Namun akhir-akhir ini, Fushi tidak lagi datang untuk bermain bersama Coco. Ia jadi murung karena sedih bercampur khawatir. Sedih karena rindu bertemu dengan Fushi dan khawatir tentang kabar sahabatnya itu. Apakah sedang sakit atau sudah ditangkap oleh nelayan.
“Coco, kamu kenapa? masih memikirkan Fushi ya?” Ibu Coco jadi cemas melihat anaknya yang selalu bermuram durja.
“Iya Bu. Tidak biasanya Fushi tidak bermain ke sini Bu. Aku cemas dia kenapa-napa.” Jawab Coco lemah.
“Jangan berfikiran macam-macam Coco. Kita doakan Fushi baik-baik saja. Mungkin dia sekarang sedang sibuk sehingga tidak sempat bermain denganmu.”
“Iya Bu. Semoga Fushi baik-baik saja ya Bu,” ujar Coco penuh harap.
Besoknya, Fushi datang menemui Coco. Dengan tubuh yang tidak bersemangat dia menghampiri sahabatnya itu.
“Sore Coco, bagaimana kabarmu sobat?” sapa Fushi lemah.
“Hei kaukah itu Fushi. Aku rindu padamu. Kenapa kau tidak datang lagi bermain ke sini? Apakah kamu sakit?” Coco senang dengan kedatangan Fushi sekaligus penasaran kenapa Fushi tidak seriang biasanya.
“Bukan aku yang sakit Coco. Namun keluarga dan teman-temanku banyak yang sakit bahkan mati. Mereka termakan sampah plastik dan limbah berbahaya yang dibuang manusia ke sungai. Makin lama, rumah kami semakin kotor dan penuh sampah. Setiap hari ada saja sampah plastik yang datang ke rumahku. Padahal sampah plastik mereka dari ratusan tahun yang lalu masih ada di rumahku. Sampah-sampah itu tidak bisa terurai. Sehingga lingkungan kami tercemar.” Jelas Fushi panjang lebar.
“Aku turut prihatin tentang kondisimu dan keluargamu Fushi. Kalau bicara tentang manusia, nasib kita tidak jauh berbeda. Teman-temanku juga banyak yang ditebang untuk diambil kayunya menjadi rumah atau toko. Padahal kami lah yang akan menyerap air jika hujan turun lebat sehingga manusia terhindar dari banjir,” terang Coco.
“Kenapa mereka begitu ya Co. Aku takut kalau sampah-sampah itu menyumbat aliran sungai menuju laut. Air akan meluap dan membanjiri pemukiman manusia. Mereka bisa kehilangan harta, tempat tinggal bahkan nyawa. Kasihan bukan?” ujar Fushi.
“Iya Fushi, mudah-mudahan mereka berhenti membuang sampah sembarangan. Semoga mereka bisa mengolah sampah mereka dengan baik sehingga tidak merusak alam semesta,” ujar Coco.
“Tidak terasa sudah mau malam Co. Aku pulang dulu ya. Jika tidak ada halangan besok aku akan datang lagi. Sampai jumpa sobat!” ujar Fushi sambil berbalik dan berenang menuju rumahnya.
“Sampai jumpa juga Fushi. Hati-hati ya. Jangan makan sampah plastik.” Coco melambai-lambaikan daunnya.
“Iya Co. Sampai jumpa juga.” Mereka pun berpisah. Coco sekarang lega karena sudah bertemu sahabatnya.
Malam pun datang menjelang. Di langit yang pekat, terlihat kilat menyambar-nyambar. Suara petir menggelegar. Ombak di lautan berdebur keras seolah mengamuk. Angin kencang disertai hujan lebat menimpa bumi malam itu. Coco dan keluarganya terguncang-guncang. Daun mereka melambai-lambai dengan cepat dihantam angin yang begitu kuat. Karena banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi, akarnya tidak mampu lagi menyerap air hujan. Anggota keluarganya pun sudah semakin sedikit.
Dari kejauhan, Coco melihat sampah manusia yang begitu banyak tersangkut di sungai. Aliran air tersumbat dan meluap ke daratan. Air merayap cepat menggenangi pemukiman penduduk. Alirannya yang kuat menyeret orang-orang dan harta benda mereka. Manusia berteriak ketakutan. Mereka berusaha menyelamatkan diri. Ada yang selamat, ada juga yang tidak. Coco hanya bisa menatap bencana itu dengan hati yang sedih. Dia mencari-cari sahabatnya Fushi. Khawatir, Fushi terbawa arus sampai jauh ke lautan.
Esoknya hujan badai perlahan mereda. Air lambat laun surut kembali. Namun kekacauan terjadi dimana-mana. Banyak harta benda manusia yang tidak bisa diselamatkan karena terbawa banjir. Rumah-rumah beserta isinya mengalami kerusakan. Manusia tampak berusaha keras membersihkan rumahnya yang kotor berlumpur.
Coco memanggil-manggil Fushi. Setiap ikan yang lewat dia tanyai. Namun tidak satupun yang mengetahui keberadaan Fushi. Coco pun menunggu selalu kehadiran sahabatnya itu. Namun Fushi tak pernah menemuinya lagi.