Matahari lenyap di peraduan, menandakan malam beranjak. Semakin malam, suara binatang malam saling bersahutan menambah kesahduan. Mukenah masih terpasang rapi di badan Aisyah.
Sembari duduk di bangku kayu kedua kakinya dinaikkan, tangan mendekap kedua lutut. Dagunya di topang di atas lutut. Senyum mulai mengembang di susut bibirnya. Semburat wajahnya menandakan ia sedang bahagia. Dia teringat kebersamaannya dengan Umam tadi siang.
Suasana hatinya yang bahagia membuat gadis itu mengabaikan tumpukan buku di atas mejanya. Tidak satu pun buku yang dibaca dan disentuh seperti yang biasa dia lakukan. Dia asyik dengan lamunannya sampai dia terbuai dengan mimpi indahnya.
***
Pagi-pagi gadis itu sudah bangun dan menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang menjadi kebiasaan runtinnya. Hari ini dia akan mengunjungi alamat yang diperolehnya dari Saufi kemarin.
Kebetulan hari ini Aisyah tidak ada jadwal kuliah. dan dia bisa mengisinya dengan menjadi guru les untuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Sebagai tambahan uang untuk biaya kuliahnya dan sekolah adiknya yang masih di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Dia langsung menarik handuk yang tergantung di tali dan bergegas menuju kamar mandi. Tidak berapa lama dia sudah rapi dengan pakaian gamis biru tua dengan jilbab bunga-bunga. Wajahnya terlihat cantik walaupun hanya dipoles dengan bedak seadanya.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 08.50 menit saat Aisyah mengayuh sepeda ontel yang selalu setia mengantarnya kesana kemari. Karena hanya itu kendaraan yang dimilikinya.
Keringat menetes dari pelipis, kayuhannya di perlambat saat Aisyah memasuki komplek real estate. Di kanan kiri jalan berdiri bangunan megah dengan tembok tinggi . Tidak begitu banyak kendaraan yang lalu lalang di sana. Nampak beberapa kendaraan mewah terparkir di pinggir jalan.
Matanya dengan cermat mengamati jalan dan nomer rumah yang dilalui, berharap alamat yang dicari bisa di temukan. Blok demi blok dilalui, namun alamat yang tertera di kertas belum juga di temukan.
“Apa mungkin alamat yang diberikan salah,” gumam Aisyah.
Ia berencana memutar balik sepedanya sat seorang satpam perumahan tiba-tiba melintas. Aisyah memberanikan diri untuk menanyakan alamat yang dicari.
“Terima kasih pak,” Sahut Aisyah sembari menganggukkan kepala.
Berkali-kali dia mengamati kertas di tangannya memastikan rumah yang ada di depan adalah alamat yang sama dengan yang dipegangnya.
Setelah nyakin, Aisyah menekan tombol bell yang berada di pojok gerbang. Gadis itu mengintip dari celah pintu gerbang berharap ada orang yang di dalam, dan membuka pintu. Seorang laki-laki setengah berlari langsung membuka pintu.
“Neng mencari siapa?”
“Apa betul ini Jalan Anggrek No.29 Komplek Permata Kota, Pak?”
“Betul Neng,” jawab lelaki paruh baya sambil mengamati gadis di depannya.
“Maaf pak, saya di minta datang kesini untuk bertemu pemilik rumah,” jawab Aisyah salah tingkah melihat tatapan bapak tersebut dengan penuh selidik. (Bersambung)