Sejak kecil Aisyah ingin sekali menjadi guru atau dosen, berbagi ilmu dengan siswa atau mahasiswa sambil berdiskusi, itu hal yang mengasyikkan baginya. Dia bisa tahan berjam-jam berdiskusi dengan teman-temannya di kampus kalau sudah membahas tentang ilmu pengetahuan apalagi tentang perilaku manusia yang begitu unik dengan segala permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Tentu saja kabar baik ini tidak ingin dinikmati sendiri oleh Aisyah dan keluarganya. Dia ingin membaginya dengan kekasih hatinya Umam yang jauh di negeri seberang. Diambilnya ponsel pemberian pak Arif dulu saat dia menjadi asisten dosen. Benda kecil itu sempat dikembalikan oleh Aisyah saat dirinya berhenti menjadi co as pak arif. Namun lelaki yang berwajah cool itu malah memberikan ponsel itu kepada Aisyah dengan cuma-cuma.
Aisyah tidak memiliki banyak pulsa untuk melakukan video call. Dia mengirim pesan singkat lewat telegram kepada Umam.
“Assalamualaikum, semoga abang Umam tetap sehat dan selalu diberikan kemudahan dalam menjalani studynya di sana,” ucap Aisyah mengawali pesan singkatnya.
“Alhamdulillah, Aisyah mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan S2 di kampus yang sama. Jurusan Psikologi Klinis. Abang, tolong doakan Aisyah juga , biar Lancar Aamiin…,” Ungkap Aisyah dan langsung mengirim pesan tersebut.
Menjelang isya, terdengar deringan ponsel. Tangan lembut Aisyah langsung mengambil barang kecil yang terselip di tas dan menempelkannya di telinganya.
“Assalamualaikum Ais, bagaimana keadaanmu dan keluarga?”
“Alhamdulillah baik bang,’ ucap Aisyah.
Tidak lupa lelaki yang sekarang berada di negeri timur tengah itu memberikan apresiasi kepada Aisyah karena lulus S2 jalur beasiswa serta dia mengabarkan kepulangannya minggu depan.
Gadis itu merasa ada hal yang berbeda dengan kepulangan Umam kali ini. Karena saat ini bukan waktu libur sementara orang tuanya memaksanya harus pulang.
“Ada apa sebenarnya?” Batin Aisyah.
Sejak menerima telepon dari Umam, Aisyah selalu mengamati kalender kecil yang terpajang manis di atas meja sambil menghitung hari sang pujaan hati akan pulang liburan. Tapi sampai 10 hari berlalu. Umam belum juga menelponnya mengabarkan apakah dia sudah pulang atau belum. Dia berusaha mengirim pesan, namun tidak ada tanggapan sama sekali.
Hasrat hati ingin sekali menelepon Umam tapi dia dilema harus membeli voucher minimal seratus ribu untuk bisa video call. Diraihnya selembar uang seratus ribu yang masih tersisa di dompet yang akan digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Dipandanginya uang tersebut sambil mempertimbangkan apakah akan membeli voucher atau keluarganya akan kelaparan. Dengan berat hati Aisyah mengurungkan niatnya untuk membeli voucher handphone. Untuk kedua kalinya dia mengirim pesan singkat lewat whatshapp.
Namun sampai dua hari, tidak ada balasan dari Umam. Justru pesan sahabatnya May yang masuk memintanya untuk bertemu karena ada titipan surat dari Umam. Pesan itu langsung dibalas oleh Aisyah, dia tidak sabar untuk menerima surat dari Umam yang sudah di tunggunya hampir dua minggu.
Kedua wanita yang bersahabat sejak SMA itu berjanji bertemu di kediaman May karena hari ini mereka tidak ada jadwal kuliah. Aisyah memacu laju sepedanya agar lebih cepat sampai di rumah sahabatnya itu. Ia tidak sabar untuk mengetahui kabar Umam.
May sudah menunggunya di teras depan rumah sembari duduk membolak balik majalah Kartini yang menjadi bacaan favoritnya saat tidak ada kuliah.
“Assalamualaikum,” ucap Aisyah sambil meletakkan sepedanya di dinding teras.
“Waalaikumsalam,” kamu duduk dulu nggih, sebentar saya ambilkan suratnya. Mau minum apa?,” Ucap May sambil menawarkan minuman.
“Apa saja boleh, asal tidak racun.” Jawab Aisyah sambil bercanda.
May berlalu meninggalkan Aisyah duduk sendiri di teras. Perasaan Aisyah tidak karuan. Rasa senang, gembira bercampur penasaran berkecamuk di hati dan pikirannya. Akhirnya dia bisa tahu apa yang menyebabkan Umam tidak memberinya kabar apapun setelah dia pulang dari timur tengah.
Tidak berapa lama May keluar membawa dua gelas es Syrup dan langsung menyodorkannya pada Aisyah. Dia tahu temannya sangat haus setelah bersepeda. Aisyah langsung mengambil dan menenggak es syrup sampai tak tersisa sedikit pun.
Lalu May menyodorkan amplop yang berisi surat yang dititip Umam. Buru-buru diraihnya amplop tersebut dan langsung dibuka. (Bersambung)