Ramadhan Rindu Akan Dirimu

“Pada pulang kampung tidak.” Suara Bu Aini salah satu guru senior.

Bu Aini selalu heboh jika mau ramadhan, asli orang padang setiap tahun tidak absen pulang kampung, alasanya klise ada uang THR yang sayang jika tidak dipergunakan untuk pulang kampung.

Sepertinya pulang kampung menjadi keharusan setelah 2 tahun seperti terkurung karena covid datang tanpa diundang dan masih menetap walaupun sudah terkawal dengan vaksin.

Helaan napasku berat, ada yang menyesakkan dada jika ramadhan menjelang.

Menatap fotomu mungkin menjadi kebiasan baru sejak kau meninggalkanku, ada rasa sebak yang memenuhi rongga dada ketika mengingat belum sempat aku membahagiakanmu.

“Sudah tak payah beli baju koko lagi, dah penuh lemari Ayah asik dibelikan baju.” Celoteh Ayah waktu itu.

Selalu seperti itu jika aku pulang ke Karimun dengan membawakan baju koko yang menjadi baju kebesaran Ayah setelah pesiun dari mengabdiannya kepada Negara.

“Bekerjalah dengan Ikhlas, jangan pikirkan kaya karena bekerja dengan Negara jauh dari kata kaya. Nak kaya jadi pedagang.” Mengingat kalimat itu aku menjadi tersenyum itulah Ayah yang selalu dengan petuah hidup sederhananya.

Kemarin aku sudah singgah disalah satu mall terbesar di Batam tempat aku mengabdi sebagai abdi Negara untuk memajukan anak bangsa, ya aku menjadi guru disalah satu sekolah negeri setelah lulus tes sebagai ASN.

Lima tahun sudah mengajar di Batam hanya beberapa kali saja aku pulang ke Karimun, walaupun jarak ke Karimun tidak jauh kata orang tapi Aku tidak diajarkan Ayah untuk selalu pulang kampung.

Ayah selalu mengingatkan diri untuk belajar hemat, tidak jauh dari materi yang aku ajarkan kepada anak didikku.

“Kalian harus ingat setiap pendapatan yang kita terima disitu ada untuk konsumsi dan tabungan.” Kalimatku jika sedang mengajar materi pendapat di depan kelas.

Pulang kampung hanya 2 kali satu tahun pas tahun pelajaran dan menyambut lebaran, tapi karena covid melanda sudah dua tahun aku tidak pulang.

***

Melihat baju koko dengan berbagai design dan motif membuat netraku memanas, sekuat hati aku menahan jangan sampai menitiskan airmata dikeramaian ini.

Akhirnya aku mengambil 2 potong gamis terbaru untuk Emak, ya hanya Emak yang menjadi tempat rindu untuk pulang kampung.

“Pulangnya pas lebaran saja.” Itu pesan terakhir  Emak setelah dua jam kami berbicara lewat Hp.

Ucapan yang membuat hatiku bertambah rindu dengan kampung, Mak bagaikan cerminan Ayah selalu mengajarkan kami untuk hidup sederhana, walaupun aku tahu rindu Emak sudah segunung sama dengan rinduku saat ini.

***

Karimun sudah terlihat dari jendela kapal yang aku tumpangi, ya aku senggaja duduk di kursi dekat jendela.

“Emak Salmah pulang.” Batinku  merindu.

Sungguh perasaan rindu tak lagi dapatku bendung, mataku memanas secepat kilat aku menghapus air yang sudah mengenang di pelupuk mata.

Tahun ini ramadhan tanpa Ayah terasa berat, kakiku menginjak ponton sebentar lagi aku sampai di rumah.

Begitu banya cerita jika menjelang ramadahan dengan ayah, bagaimana ado kata mengenai apa yang akan disiapkan untuk buka sore harinya, walaupun sering adu kata tapi Ayah adalah cinta pertamaku.

Sore ini tidak ada lagi adu kata, aku akan menyambangi pusara untuk mengirim doa dan lepas rindu dengan melihat pusara yang hampir dua tahun ini tidak dapat aku datangi.***

 

 

 

Tinggalkan Balasan