Fajar shadiq belum juga menampakkan batang hidungnya, tapi guyuran hujan membuat cemas hati bagaimana tidak hujan akan memporak-perandakan semua angan untuk sholat Id di masjis yang dalam renovasi. Ruang utama beratapkan langit biru bukan rencana semula, pengurus serta panita sholat tentunya tidak berharap hujan akan turun di pagi lebaran, tapi tak ada yang bisa menentukankan kapan turunnya hujan.
Berharap cemas, yang pasti semua jamah merasakan hal yang sama berdoa semoga hujan tidak sampaikan kepagi, Alhamdulillah berkat doa yang dipanjatkan hujan lebat berhent. sebelum azan subuh berkumandang, dengan semangat fitri mengerjakan salah satu rukun islam setelahnya mulai mempersiapkan hidangan untuk keluarga sebelum berangkat menuju masjid untuk sholat Id.
Sehinggakan pulang sholat Id, cuaca sangat bersahabat, janji bersama saudara yang lain selepas sholat langsung menuju rumah orangtua menjadi tujuan utama. Untunglah kami tinggal pada daerah yang sama sehingga untuk berkunjung ke rumah orangtua tidak menjadi salah satu alasan yang membuat lebaran bersedih hati karena tidak bisa pulang mengunjungi keluarga apalagi orangtua.
Setelah berkumpul tradisi meminta maaf dari anak yang paling tua kepada orangtua mulai dilaksanakan. Semua mendapatkan giliran sampai ke anak dan cucu. Tradisi meminta maaf dilanjutkan dengan makan bersama, yang selalu menjadi menu favorit adalah memakan ketupat ketan dengan rendang bukan ketupat beras dan tak lupa juadah kue yang sudah disiapkan oleh orangtua.
Puas menjamu selera di rumah orangtua, selanjutnya kami berkeliling kerumah kakak – adik karena hanya ini yang dapat kami lakukan karena keterbatasan serta menjaga kesehatan jadi hanya bersilaturahmi dirumah saudara sendiri saja.
Rumah pertama setelah rumah orangtua tentunya rumah kakak tertua, sebanyak 15 anggota terdiri dari adik dan anak – anakknya. Entah sengaja atau tidak yang pasti dirumah adik beradik tidak ada lauk yang sama sehingga kami seakan menuntaskan hasrat selama puasa saja, walaupun hanya 4 rumah yang dikunjungi lumayan perut ini penuh rasanya. Ada lontong opor, bakso daging, sate serta kue – mue yang mengisi perut ini.
Bukan makanan yang menjadi topik utama tapi berkumpul dan mengabiskan waktu bersama itu yang penting tidak setiap waktu dapat berkumpul. Masing – masing punya kesibukan yang tidak sama, sehingga moment lebaran yang menjadi pengikat silaturahmi. 4 rumah tapi sampaikan azan ashar kami baru pulang kerumah masing – masing dengan membawa perut yang kenyang serta cerita selama berkumpul pindah dari satu rumah kerumah lainya. Yang paling bahagia tentunya keponakan dan cucu yang mendapatkan THR serta makan coklat yang tersedia. Terdengar tawa dan canda mereka, inilah lebaran ala kami adik – beradik tahun ini semoga tahun depan orangtua dapat ikut seperti tahun kemaren. Tahun ini karena keadaan Ayahnda yang kurang sehat sehingga hanya kami saja yang bersilaturahmi dari rumah adik beradi. Salam Aidil Fitri mohon maaf lahir dan bathin buat kita semua.