Senyum kecut terbit di bibirku, setelah mengingat bagaimana tadi pagi hatiku berkali – kali hancur tak berbentuk.

“Masakanmu semakin tak karuan rasanya, biarkan Nia memasak saja.” Ucap suamiku

Belum juga berucap satu kata pembelaan dari mulutku dengan mudahnya suamiku berkata

“Ini baru kopi Kaw, nikmat.” Terima kasih Nia sudah membuatkan Abang kopi.

“Kak Salmah yang buat kopi Bang, nasi lemak baru Nia yang masak. Maaf tak enak ye nasi lemak Nia.” Ucap Nia sepupu Bang Ruslan yang sudah 2 bulan ini menumpang tinggal di rumah kami.

Aku berjalan tak menghiraukan percakapan yang pasti menyakitkan hati, bagaimana tidak sudah sebulan ini selalu saja apa yang aku buat salah di mata Bang Ruslan suamiku.

“Makan siang nanti biar Nia yang masak.” Aku mengenggam erat handphoneku membaca chat suamiku

Tak tahukah Bang Ruslan dah dari sebelum subuh aku mengkutat di dapur memasak ikan asam pedas kesukaannya.

Nia hanya tinggal memanaskannya saja, entah apa yang terjadi dengan suamiku saat ini, batinku geram.

Aku sengaja pulang ke rumah di sela jam mengajar yang kosong, memasukkan semua masakanku dalam rantang dan membawanya ke sekolah lebih baik aku berbagi makanan dengan orang yang ingin memakan masakkanku.

Nia hari ini ada tes kerja yang tidak memungkinkan dirinya memasak, ah rasanya sejak 2 bulan menumpang di rumah kami belum pernah Nia masak. Entah siapa yang membisikkan kepada Bang Ruslan masakanku dikatakan masakan Nia.

***

Setelah sholat dan menyantap makanan yang aku bawa dari rumah bersama beberapa teman di majelis guru aku melirik sebentar ke arah handphoneku yang sejak tadi bergetar.

Sengaja aku membuat mode getar karena malas untuk menjawab panggilan masuk dari Bang Ruslan yang sudah dari seperempat jam tadi memanggil.

Ah paling menanyakan kenapa tidak ada makanan di rumah tak ada lain, kebiasan makan di rumah yang tidak bisa ditinggal Bang Ruslan walaupun hanya makan sendiri di rumah.

Sengaja aku meninggalkan handponeku di laci mejaku, berjalan melangkah menuju kelas setelah bunyi lonceng tanda kami harus mengajar kembali.

***

Alhamdulillah aku sampai di rumah setelah memasukkan motor maticku ke dalam garasi rumah, mobil Bang Ruslan sudah terpakir nyaman di sana.

Hari ini aku sengaja pulang lambat, melihat ekskul tari untuk menenangkan hatiku yang rusak karena perkataan bang Ruslan tadi pagi.

“Tak ingat balek, bagus tak usah balek langsung.” Sambutah hangat Bang Ruslan buatku

Aku tak menanggapi ocehan Bang Ruslan langusng melangkahkan kakiku ke dalam kamar.

Membersihkan diri setelah itu aku membuka alat perangku membuka aplikasi Canva untuk membuat media pembelajaran.

Dentuman pintu kamar tidak mengalihkan pandanganku dari laptop yang terpampang manis di depanku.

“Salma Abang bukan bercakap dengan tembok.” Mengelegar suara Bang Ruslan memenuhi kamar kami.

“Abang bercakap dengan Sal.” Ucapku tidak memandang Bang Ruslan masih sibuk dengan mengedit apa yang aku kerjakan di aplikasi canva.

“Tentu Abang bercakap dengan Sal, siapa lagi di rumah ini hanya kita yang ada.” ucap kasar Bang Ruslan dengan napas memburu.

“Mana Nia.” Ucapku singkat

“Mana Abang tahu, dan satu jam Abang sendiri di rumah.” Ucapnya masih dengan nada kesal dengan kasar duduk di Rajang kami. (Bersambung)

Tinggalkan Balasan