Celoteh Nyakbaye, Cerpen “Sang Waktu (2)”

Cerpen, Fiksiana, KMAB245 Dilihat

Ku gelar sejadah di pantai lepas, azan magrib menjemput kala mobilku sampai di bibir pantai. Untung saja tadi aku masih dalam wudhuku, perlengkapan sholat selalu ada di mobil. Dalam luasnya pandangan aku berdoa semoga aku diberikan jalan untuk sekelumit masalah yang selalu datang dalam rumah tanggaku.

Tapi aku tidak pernah marah kepada sang pencipta, sedari kecil semua kemauanku selalu dituruti. Anak semata wayang dengan limpahan harta, tapi semenjak berkenalan dan jatuh cinta pada pemuda sederhana yang mengajarkan aku arti hidup sederhana dan berbagi aku menikmati hidup, ya dia suamiku Rian.

Dari awal pernikahan kami sudah di tentang orang tuaku, Papa dan Mama tidak berkenan dengan Bang Rian yang menurut mereka hanya memanfaatkan kepolosanku. Tapi aku mantap dengan pilihanku, berjalannya waktu masalah baru datang. Setelah lima tahun menikah aku belum juga hamil, sementara orangtua Bang Rian meminta cucu karena Bang Rian satu – satunya anak lelaki mereka.

Dengan berat hati, aku memilih surga yang konon katanya jika istri mengizinkan suaminya untuk menikah lagi. Semua aku lakukan atas nama cinta, cinta yang menurut Papa Mama membuatku seperti orang gila, apalagi hasil dari pemeriksaan dokter tidak ada yang salah dengan diriku. Sehingga aku merasa ini juga satu tanda yang maha kuasa dengan menguji keikhlasanku, aku tidak mau berpisah dengan Bang Rian.

Tahun ke sepuluh pernikahan kami mestikah aku mengalah dengan membawa maduku ke dalam rumahku, bukankah aku sudah membagi suami, membagi waktu dan membagi rumah untuk mereka tempati, pikiranku sudah melayang – layang  dengan bermacam argumentasi.

***

Bersambung

Tinggalkan Balasan