Tanganku mengusap muka, setelah berdoa dipusara Bang Faisal sudah sepekan kepergian Bang Faisal tapi aku masih merasa kehadirannya. Tidak sedikitpun aku merasa dirinya telah meninggalkanku, seakan dirinya selalu menemaniku.
Pusara yang baru saja aku taburi bunga membuat hatiku pilu, ada kekosongan yang mendalam tapi aku tidak merasa kehilangan dirinya.
Senyumnya selalu terbayang, petuah dirinya selalu membuatku kuat.
“Sayang, pada akhirnya kita hanya tinggal sendiri seperti saat kita lahir juga sendiri. Jadi jangan sedih jika nanti Abang pergi.” Masih terngiang ucapanya yang selalu mengingatku ketika dirinya merasa sakit.
Dan kenyataannya sekarang aku selalu merasa kehadiran Bang Faisal menemani diriku walaupun dirinya telah pergi meninggalkanku.***