Mengajar Menari di Negeri Seberang
Keberadaanku di England, tepatnya di Kettering, kota kecil nan cantik, 1 jam perjalanan dari London jika naik Kereta Api. Saya mendapat tugas untuk belajar memperdalam Bahasa Inggris. Waktu itu kami masih punya komunitas biara SND ( Sisters of Notre Dame ) “, nama komunitas kami Our Lady, letaknya diatas perbukitan, dengan halaman yang sangat luas.
Tugas itu kuterima setelah lulus dari UNWIRA KUPANG ( Universitas Widya Mandira) di Kupang. Di komunitas saya sebagai suster yang termuda. Jarak usia jika dibandingkan dengan para suster yang lain ya seperti nenek dan cucu. Meski demikian saya mudah beradaptasi.
Nah untuk belajar Bahasa Inggris ada seorang guru yang datang dari Oxford College. 7 bulan kemudian saya dapat teman, suster SND dari Korea dan seorang karyawan yang kerja di Biara kami di Roma, dan mau studi Bahasa Inggris dia asli Brazilia.
Suasana komunitas tentu jadi ramai dan tambah ceria. Di England, kami belajar mulai jam 08.00 – 13.00, selebihnya kami mesti kreatif belajar dari TV, ada kanal khusus untuk belajar, yang memang programnya dikemas untuk pelajaran mulai dari ilmu pengetahuan, sejarah, seni dll.
Bahkan para suster tuapun menyarankan kalau kami mau paham betul Bahasa Ingris mesti melihat Sinetron atau film pendek yang diputar setiap malam, supaya kami mengenal, mengetahui dialek Bahasa Inggris. Sebagaimana di Indonesia ada banyak dialek, seperti egal, Banyumasan, Pekalongan, Semarang, Solo, Surabaya dll. Di Englandpun demikian.
Maka kami juga noton Program TV, film Coronation Street ( yang di produksi sejak tahun 1961) jadi seusia lahirnya Lady Diana Spencer, konon hingga saat ini masih disiarkan, lalu Heart Beet, Mrs Lisley dll yang mempunyai dialek berbeda.
Manakala kami latihan koor di gereja malam hari Sr Gregora yang sudah berusia 80 tahun, rajin untuk merekamnya agar kami bisa melihatnya dilain waktu.
Masing-masing dari kami selain belajar juga mendapat tugas. Nah tugasku mendampigi anak TK, supaya berlatih berbicara setiap hari. Karena para suster tahu saya bisa menari, maka saya diminta untuk mengajar tari anak anak TK dan SD.
Gayung bersambut, saya senang untuk mengajar menari, dan menyanyi lagu anak-anak dalam Bahasa Inggris, ternyata mereka belum bisa lho, lagu yang mungkin sangat popular di Indonesia.
Biara kami mengelola 2 sekolah Sint Thomas More School, dari SD dan SMP serta Our Lady School ( TK dan SD) yang kusebutkan terakhir ini letaknya satu komplek dengan biara.
Apa yang kuajarkan? tari Kelinci, tari Lilin, tari Merak, Tari Kijang. Berbekal Kaset yang masih pakai pita itu, saya menjadi guru Tari, senang juga sih apalagi anak-anak sangat bersemangat dan atusias. Jujur saya tidak membawa pakaian tari yang lengkap. Tiada rotan akarpun jadi.
Apa yang biasa dipakai yang mirip dengan kostum aslinya saya gunakan dan memodivikasi sendiri. Mereka sangat tertib dan cermat mengikuti gerakan. Dari kecil mereka sudah terbiasa disiplin dan tertib menggunakan waktu dengan baik. Ini kekagumanku pada anak-anak England.
Saya sendiri heran mengapa bisa demikian? Jarang yang ribut sendiri atau berteriak-teriak. Jika guru mulai mengajar, mereka langsung tertib, antusias, cerdas bertanya dan sangat menghargai budaya lain. Sepertinya yang saya ajarkan sungguh membekas, sehingga tahun berikutnyapun mereka minta untuk diajari lagi.
Justru ditengah kelucuan dan kepolosan anak-anak ini saya banyak belajar. Waktu itu ada anak konsulat yang kembali dari Indonesia, karena kerusuhan th 1998. Anak itu kelas 3 di sekolah kami.
Dia sangat bangga berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia, dan temannya terheran-heran. Beberapa temannya minta diajari Bahasa Indonesia supaya bisa bicara dengan saya. Begitulah mereka saling belajar.
Kekagumanku yang lain ketika mereka makan siang, mereka berbaris menuju Hall biara kira-kira 300m jauhnya, berjalan dan makan siang dengan tertib. Juga saat ada pertunjukan drama dari anak-anak SD, mereka duduk dilantai menonton dengan tertib.
Tatacara Pendidikan di England, yang membangun kesadaran & rasa tanggung jawab akhirnya kupraktikan sewaktu jadi Kepala sekolah setiba saya di Indonesia dan berhasil.
Betapa pentingnya untuk melatih kesadaran agar sungguh fokus pada apa yang kita lakukan dan apa tujuan kita melakukannya. Yang jelas, dengan terjun di sekolah dan mengajar menari, Saya juga banyak belajar bagaimana mengelola Pendidikan ketika saya bertugas sebagai Kepala sekolah di SD dan SMP Notre Dame di Indonesia ***
Oleh Sr. Maria Monika SND
Artikel YPTD ke : 8