Mengajar  Menari  di  Negeri  Seberang

Terbaru160 Dilihat

Mengajar  Menari  di  Negeri  Seberang

Keberadaanku  di  England, tepatnya  di  Kettering, kota  kecil nan  cantik, 1  jam  perjalanan  dari  London jika  naik  Kereta Api. Saya  mendapat  tugas  untuk  belajar  memperdalam  Bahasa  Inggris. Waktu  itu  kami  masih  punya  komunitas  biara SND ( Sisters of  Notre  Dame ) “, nama  komunitas  kami  Our  Lady, letaknya  diatas  perbukitan, dengan  halaman  yang  sangat  luas.

Mengajar  menari  Anak-anak  TK

 

Tugas itu  kuterima  setelah  lulus  dari  UNWIRA  KUPANG (  Universitas  Widya  Mandira) di Kupang. Di komunitas  saya sebagai  suster  yang  termuda. Jarak  usia  jika  dibandingkan  dengan  para  suster yang  lain  ya  seperti  nenek  dan  cucu.  Meski  demikian  saya  mudah  beradaptasi.

Nah  untuk  belajar  Bahasa  Inggris  ada  seorang  guru  yang  datang  dari  Oxford College.  7  bulan  kemudian  saya  dapat  teman, suster SND  dari  Korea  dan  seorang  karyawan yang  kerja  di Biara  kami  di  Roma, dan  mau  studi  Bahasa  Inggris  dia asli  Brazilia.

Suasana  komunitas  tentu  jadi  ramai dan  tambah  ceria. Di  England, kami  belajar  mulai  jam  08.00 – 13.00, selebihnya  kami  mesti  kreatif belajar  dari  TV, ada  kanal  khusus  untuk  belajar, yang  memang  programnya  dikemas  untuk  pelajaran  mulai  dari  ilmu  pengetahuan, sejarah, seni dll.

Bahkan  para  suster  tuapun  menyarankan  kalau  kami  mau  paham  betul  Bahasa  Ingris  mesti  melihat  Sinetron atau  film  pendek  yang  diputar  setiap  malam, supaya  kami  mengenal, mengetahui  dialek Bahasa  Inggris. Sebagaimana   di  Indonesia ada banyak  dialek, seperti egal, Banyumasan, Pekalongan, Semarang, Solo, Surabaya dll. Di Englandpun  demikian.

Maka kami  juga  noton Program  TV,  film  Coronation  Street (  yang  di produksi  sejak tahun 1961) jadi  seusia  lahirnya  Lady  Diana Spencer, konon  hingga  saat  ini  masih disiarkan, lalu  Heart  Beet, Mrs  Lisley dll  yang  mempunyai  dialek berbeda.

Manakala kami  latihan  koor  di  gereja  malam  hari  Sr Gregora  yang  sudah  berusia  80  tahun, rajin  untuk  merekamnya  agar  kami  bisa  melihatnya  dilain  waktu.

Masing-masing  dari  kami  selain  belajar  juga  mendapat  tugas. Nah  tugasku mendampigi  anak  TK, supaya  berlatih berbicara  setiap  hari. Karena  para  suster  tahu  saya  bisa  menari, maka  saya  diminta  untuk  mengajar  tari anak  anak  TK  dan  SD.

Gayung  bersambut, saya  senang  untuk  mengajar  menari, dan  menyanyi  lagu  anak-anak  dalam  Bahasa  Inggris, ternyata mereka belum  bisa  lho, lagu  yang  mungkin  sangat  popular di  Indonesia.

Biara  kami  mengelola  2  sekolah Sint  Thomas  More School, dari  SD  dan  SMP serta  Our  Lady  School (  TK dan  SD)  yang  kusebutkan  terakhir  ini  letaknya  satu  komplek  dengan  biara.

Apa  yang  kuajarkan? tari  Kelinci, tari  Lilin, tari  Merak, Tari  Kijang. Berbekal  Kaset yang  masih  pakai  pita  itu, saya  menjadi  guru  Tari, senang  juga  sih  apalagi  anak-anak  sangat  bersemangat  dan  atusias. Jujur  saya  tidak membawa  pakaian  tari yang  lengkap. Tiada  rotan  akarpun  jadi.

Apa  yang  biasa  dipakai yang  mirip dengan  kostum  aslinya  saya  gunakan  dan  memodivikasi  sendiri. Mereka sangat  tertib  dan cermat  mengikuti  gerakan.   Dari  kecil mereka  sudah terbiasa  disiplin  dan tertib  menggunakan  waktu dengan  baik. Ini  kekagumanku  pada  anak-anak  England.

Saya  sendiri  heran mengapa  bisa  demikian?  Jarang  yang  ribut  sendiri  atau  berteriak-teriak. Jika  guru  mulai  mengajar, mereka langsung  tertib, antusias, cerdas  bertanya  dan  sangat  menghargai  budaya  lain. Sepertinya  yang  saya  ajarkan  sungguh  membekas, sehingga  tahun  berikutnyapun  mereka  minta  untuk  diajari  lagi.

 

Mengajar  menari  Anak-anak  TK

Justru  ditengah  kelucuan  dan  kepolosan  anak-anak  ini  saya  banyak  belajar. Waktu  itu  ada  anak konsulat  yang  kembali  dari  Indonesia, karena  kerusuhan  th 1998. Anak  itu  kelas  3  di sekolah  kami.

Dia  sangat  bangga  berkomunikasi  dengan  Bahasa  Indonesia, dan  temannya  terheran-heran. Beberapa  temannya  minta  diajari  Bahasa  Indonesia supaya  bisa  bicara  dengan  saya.  Begitulah  mereka  saling  belajar.

Kekagumanku  yang  lain ketika  mereka  makan  siang, mereka  berbaris  menuju Hall  biara  kira-kira  300m jauhnya, berjalan dan  makan  siang  dengan  tertib. Juga  saat  ada  pertunjukan  drama dari  anak-anak  SD, mereka  duduk  dilantai  menonton  dengan  tertib.

Tatacara Pendidikan  di  England, yang  membangun  kesadaran &  rasa  tanggung  jawab akhirnya  kupraktikan sewaktu  jadi  Kepala  sekolah setiba  saya  di  Indonesia dan  berhasil.

Betapa pentingnya  untuk  melatih  kesadaran  agar  sungguh  fokus pada  apa  yang  kita  lakukan  dan  apa  tujuan  kita  melakukannya. Yang  jelas, dengan  terjun  di  sekolah dan  mengajar  menari, Saya  juga  banyak  belajar bagaimana  mengelola Pendidikan ketika  saya  bertugas  sebagai  Kepala  sekolah di  SD dan  SMP  Notre  Dame  di Indonesia ***

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

Artikel  YPTD ke : 8

 

Tinggalkan Balasan