Cerita Anak | Berbeda itu Seru!

Fiksiana67 Dilihat

“Ayo, Iqbal!”

Mendengar teriakan temannya, Iqbal bergegas keluar. Di depan rumahnya telah berdiri Alexander dan Made. Mereka sudah menunggu dari tadi.

Iqbal berkata, “Tunggu sebentar, ya.”

Alex dan Made menganggukkan kepala. Tak lama kemudian ketiganya siap berangkat. Mereka bertiga berjalan kaki.

Di sepanjang jalan mereka bercerita. Mereka ceritakan hobi masing-masing. Hobi mereka berbeda-beda.

Iqbal menyukai pembuatan video. Alex sangat suka menulis. Sementara Made lebih suka menyanyi.

Tujuan mereka sore ini adalah rumah Ayu. Mereka sepakat mengerjakan tugas bersama-sama. Tugasnya adalah melakukan pengamatan lingkungan rumah.

Tidak lama kemudian mereka tiba. Di depan rumah bercat biru, Made mengucapkan salam. Mereka pun akhirnya masuk.

Rumah Ayu memiliki halaman yang luas. Terutama halaman belakang. Banyak yang bisa diamati di sana.

Iqbal mengamati pohon mangga. Alex memilih mengamati capung yang beterbangan. Made memutuskan mengamati kupu-kupu yang beterbangan.

Saat mereka sibuk mengamati, Ayu datang. Dia langsung ikut mengamati. Dia memilih mengamati bunga warna-warni.

Setelah selesai mereka berkumpul. Selanjutnya mereka berdiskusi. Banyak masukan untuk penyempurnaan.

Di teras belakang mereka melihat lukisan. Mereka kagum dengan keindahannya. Banyak lukisan di sana.

“Siapa yang melukis itu, Ayu?” tanya Made.

Ayu menjawab, “Aku, dong!”

Mereka bertepuk tangan mendengar jawaban Ayu. Mereka sebenarnya sudah tahu itu. Sahabat mereka itu memang terkenal pandai melukis.

Setelah itu mereka kembali fokus. Mereka mengerjakan tugas dengan baik. Kerjasama terlihat di antara mereka.

Alex terlihat sangat senang saat menulis hasil pengamatan. Namun, berbeda dengan Iqbal, Made, dan Ayu. Mereka terlihat kurang bahagia.

“Kalian kenapa, sih?” tanya Alex sambil meletakkan pulpennya.

Iqbal dan yang lain menggelengkan kepala. Mereka bertiga masih membisu. Tidak ada satu pun yang menjawab.

Alex kembali bertanya, “Kalian sebenarnya kenapa? Kan, tinggal menulis saja.”

Mereka bertiga menggelengkan kepala. Tetap tidak mau bersuara. Hal ini membuat Alex bingung.

Akhirnya Alex menemukan jawabannya. Dia tahu alasan ketiganya. Mereka tidak suka menulis.

“Terus apa mau kalian?” tanya Alex kemudian.

Kali ini Iqbal menjawab, “Alex… Bisa minta tolong telepon papamu?”

Kali ini Alex terkejut. Dia tidak menyangka teman-temannya bersikap demikian. Dia berpikir pasti teman-temannya ada maunya.

“Memang kenapa dengan papaku? Kalian mau dikasih nilai tinggi sama papaku, ya? Ayo ngaku. He he he,” kata Alex sambil bercanda

“Enak saja!”

Kali ini Ayu menyanggah dengan keras. Dia tahu kalau Alex cuma bercanda. Akhirnya dia pun mengakuinya.

“Eh… Sebenarnya tidak seperti itu, Alex. Kami mau minta tolong saja, sih,” kata Ayu menjelaskan maksudnya.

Alex menganggukkan kepala. Dia merogoh saku celananya. Sebuah handphone seri terbaru dikeluarkannya.

Dia mulai menyentuh layar handphone-nya. Terdengar samar suara tersambung. Itu adalah suara papa Alex, guru kelas mereka.

Alex menyodorkan handphone-nya kepada Iqbal. Iqbal menggelengkan kepala. Dia menyodorkan handphone pada Ayu.

Ayu juga menggelengkan kepala. Dia menoleh ke arah Made. Made melambaikan tangan.

Akhirnya, Iqbal mengalah. Dia mengambil handphone dari tangan Alex. Selanjutnya dia mulai berbicara.

Iqbal pun memberi salam dengan hormat. Setelah itu dia menyampaikan maksudnya.

“Pak Guru… Boleh tidak kami mengumpulkan tugasnya tidak ditulis?” tanya Iqbal.

“…. ”

“Iya, Pak Guru. Soalnya tidak semua dari kami suka menulis,” kata Iqbal kemudian sambil menoleh ke arah Made dan Ayu.

“…. ”

“Boleh, ya, kami mengumpulkan tugas sesuai minat kami?” tanya Iqbal sambil berdiri.

“…. ”

“Maksudnya, saya mengumpulkan tugas dalam bentuk video. Terus Made dalam bentuk lagu. Sementara Ayu dalam bentuk lukisan,” jawab Iqbal sambil tersenyum.

“…. ”

“Siap, Pak Guru! Terima kasih,” kata Iqbal sambil menyerahkan handphone kepada Alex.

Wajah Iqbal, Made, dan Ayu mendadak berubah. Terlihat kebahagiaan di wajah mereka. Senyum tak pernah lepas dari bibir mereka.

Made akhirnya berkata, “Terima kasih, Alex. Akhirnya kami bisa mengerjakan tugas dengan bahagia.”

Ketiganya pun akhirnya mengerjakan tugas sesuai minat. Mereka mulai menyiapkan diri. Kecuali Alex yang asyik melanjutkan tulisannya.

Selanjutnya Iqbal terlihat asyik mengambil video. Made khusyuk menciptakan lirik. Ayu sibuk menyiapkan peralatan melukis.

Hari telah sore ketika mereka menyelesaikan tugasnya masing-masing. Iqbal, Alex, dan Made berpamitan. Mereka pun pulang berjalan kaki ke rumah masing-masing.

mo

Cerita Anak

Tinggalkan Balasan