Suharto
Penggiat literasi Madrasah
#Menepis Kesulitan Menulis
Terkadang ada rasa sedikit malu dan sedikit minder bergabung dengan para penulis senior, karena mereka sudah makan asam garam dalam kehidupan tulis-menulis. Andaikan ada perlombaan menulis sudah terbayangkan, pasti tak ada apa-apanya. Jangankan berharap menjadi sang juara, menjadi nominasi saja bagai pungguk merindukan bulan.
Tulisan juga jauh tertinggal dengan penulis lainnya. Tulisan mereka tersusun indah dan renyah. Terkadang suka mengintip tulisan mereka, mengambil yang dianggap bagus dan penting untuk memperkaya tulisan. Mereka tidak tahu kalau tulisannya diambil, maklum kalau tidak mengambil penulis pemula akan kehabisan kata-kata. Pernah mendengar seorang berkata: “Pada dasarnya orang berbicara itu hanya mengambil kata-kata orang sebelumnya”. Begitu juga dengan menulis pada dasarnya hanya memindahkan kata-kata orang lain ke dalam tulisannya. Yang terpenting kalau ngambilnya utuh tulis sumbernya dari mana, agar tidak dikata plagiat.
“Emangnya gua pikirin” kata orang Betawi. Kenapa harus malu untuk menulis? Yang terpenting tulis saja. Seiring berjalannya waktu dan berubahnya musim, pasti tulisan semakin renyah dan enak dibaca.
Menulis itu keterampilan, untuk menjadi trampil butuh proses, tidak tetiba bisa. Orang-orang yang berhasil dalam hidupnya, juga tidak tetiba langsung berhasil, butuh proses yang panjang. Begitu juga dengan menulis, berawal dari ketidak tahuan, lalu belajar dan terus mendawamkan diri hingga menjadi trampil dalam menulis. Maka itu, menulis saja dahulu, tidak perlu takut tulisan jelek. Mereka yang pandai menulis juga dahulunya kebingungan dalam menulis.
Sadar akan kekurangan, bukan berarti tidak berbuat. Berbuat saja sebatas kemampuan, jangan bandingkan tulisan kita dengan tulisan penulis lain. Karena setiap kita berbeda dalam gaya kepenulisan. Tentunya wawasan dan pengalaman yang menjadi sebab perbedaan. Jika kita bertambah wawasan dan pengalaman, pasti kita bisa setara dengannya, bahkan mungkin lebih baik darinya. Maka itu, teruslah belajar agar mampu memantaskan diri menjadi yang terbaik.
Pelangi menjadi indah gegara berbeda warna, jika satu warna saja hilang keindahannya dan bosan orang akan melihatnya. Anggap saja kita salah satu warna dalam sebuah pelangi. Sebagai penulis yunior atau pemula setidaknya kita ikut andil dalam mewarnai gerakan literasi dan menjadi generasi berikutnya