Mengenalmu Sebagai Sosok yang Rendah Hati
Tak kenal maka tak sayang. Itulah ungkapan yang sering kita dengar. Empat tahun silam tepatnya bulan Maret tahun 2020, bangsa Indonesia bahkan seluruh penjuru dunia terkena virus corona. Dampak dari musibah ini ternyata banyak memberikan perubahan di segala lini kehidupan. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pada era itu kita mulai mengenal pembelajaran secara daring atau online.
Dari keadaan itu maka sebagai seorang guru kita di tuntut untuk melek TI. Mau tidak mau kita harus bisa menguasainya. Banyak cara kita untuk mempelajari dan menguasai. Dalam grub-grub Whatshap kita jumpai banyak penawaran pelatihan-pelatihan. Jika kita mau dan bersungguh-sungguh maka kita akan banyak mendapatkan ilmu. Semua bisa kita pelajari melalui maya. Ahamdulilah dalam suatu kesempatan saya mendaftar untuk mengikuti pelatihan menulis dari PGRI.
Di prakarsai oleh Bapak Wijaya Kusuma atau sering di kenal dengan Ohm Jay saya mengikuti pelatihan menulis tersebut. Ternyata sudah masuk di gelombang delapan. Nha di grub menulis gelombang delapan inilah saya mengenal seseorang yang begitu luar biasa. Betapa tidak beliau adalah seorang Mayor berada di grub menulis. Saya pikir di grub menulis hanya ada guru-guru. Tapi di sini saya menemukan sosok yang saya aggap lain dari yang lain. Beliau adalah Mayor Nani Kusmiyati. Dia memulai karirnya sebagai sersan TNI AL, karena memiliki kemampuan Bahasa Inggris beliau pengajar Bahasa Inggris di Pusdiklat Bahasa. Beliau membantu mempersiapkan prajurit yang akan mengikuti kursus di luar negeri. Beliau begitu aktif mengikuti berbagai pelatihan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Begitu banyak pengalaman yang beliau dapatkan.
Pada awalnya saya begitu canggung melihat profil beliau, namun setelah berjalannya waktu di komunitas menulis saya merasa beliau sosok yang supel, ramah, bijaksana dan juga dermawan. Beliau berteman dengan siapa saja termasuk dengan saya yang merasa tidak pantas untuk berteman dengan orang hebat seperti Mayor Nani. Tak jarang secara tidak langsung beliau mampu memberi suport pada saya untuk semangat menulis dan berkarya. Setiap ada even menulis beliau selalu mengajak saya untuk bisa ikut. Berkat ajakan beliaulah saya sudah memiliki 4 buku solo dan sekitar 35 buku antalogi. Tak jarang dari buku antalogi saya terutama cerpen, ada Mayor Nani juga sebagai penulis disana. Kami senang untuk bertukar buku ketika buku kami selesai cetak. Saya juga senang ketika Mayor Nani menulis tentang perjalannanya keluar negeri. Saya selalu membaca dan seolah saya juga ikut serta. Tidak hanya itu beliau setiap ada tugas ke daerah lain suka membawakan oleh-oleh. MasyaAllah beliau benar-benar sosok yang patut di contoh.
Beliau benar-benar seorang motivator dengan karya-karya beliau yang mampu menginspirasi orang lain. Melalui beliaulah juga saya diperkenalkan dengan YPTD (Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan). Alhamdulilah di YPTD saya bisa mencetak satu buku dengan judul 9 langkah menulis cerpen bersamaan dengan buku beliau yang berjudul Jejak warna Penguat Rasa.
Dalam buku karya beliau inilah di sajikan memori kehidupan Mayor Nani. Terlihat hal yang sederhana namun di balik itu ada kisah yang sangat luar biasa yang mampu memberikan energi positif untuk bisa di contoh. Kesabaran beliau keiklasan beliau dalam menerima segala yang Allah tetapkan dan juga semangat beliau dalam menjalani episode-episode kehidupan yang terkadang tak sesuai yang di inginkan tidak membuatnya lemah. Justru malah membuatnya bangkit dan semakin semangat untuk bisa mencapai yang beliau inginkan.
Setelah pelatihan menulis di KBBM PGRI selesai kami masih tetap menjalin komunikasi. Bahkan tak jarang kami Video Call . waktu membawa kami semakin akrab sampai-sampai saya memanggil Mayor Nani dengan sebutan Mbak Nani karena usia kami yang terpaut beberapa tahun sehingga beliau mengatakan jika saya lebih pantas menjadi adik beliau. Mayor Nani sering bercerita saat perjalanan ke kantor hingga pulang kembali dengan keadaan macet hujan dan lain sebagainya. Saya hanya bisa mendoakan semoga beliau selalu dalam lindungan Allah Swt di berikan kemudahan kelancaran keselamatan dalam bertugas. Tak jarang ketika sampai di tempat tugas beliau mengirimkan foto saat sarapan pagi kopi dan kue. Saling ucapkan selamat menikmati dan memberi support untuk semangat dalam beraktivitas.
Kini pertemanan itu menjadi sebuah persahabatan. Tidak cukup hanya bertemu dan bersua melalui maya. Pada satu kesempatan Mbak Nani begitu penulis menyebutnya untuk bisa kopdar. Ketika niat tulus itu tersemai dalam hati maka Allah pun mengabulkan. Pada suatu kesempatan beliau mudik ke Kediri dan alhamdulilah akhirnya bisa datang ke rumah. Walau sebentar namun kami merasakan indahnya pertemuan. Kami bisa menikmati senja di Pantai Mesra Gunungkidul. Sekedar makan nasi goreng di pinggir dengan di temani hembusan angin pantai dan sedikit kerlip bintang di langit Gunungkidul. Tak di sangka sahabat maya bisa bertemu dan menikmati kebersamaan. MasyaAllah saya makin kagum sama beliau. Beliau tinggalkan jabatan dan apapun yang melekat pada dirinya. Sahabat memang tidaklah memandang asal usul pangkat jabatan. Sahabat adalah seseorang yang bisa menerima kita apa adanya, saling membantu saling support dan selalu ada ketika susah dan senang.
Tak hanya bertemu sekali saat saya ada acara di tempat saudara di Bogor beliau juga meluangkan waktunya untuk bisa bertemu saya dan juga keluarga. Besar harapan silaturahmi ini masih tetap terjaga sampai nanti. Semoga kami dipertemukan kembali dalam keadan baik dan suasana yang bahagia. Terimakasih Mayor Nani untuk persahabatan ini. Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan.
Tiga puluh delapan tahun mengabdi untuk bangsa dan negara insyaAllah tugas mulia yang beliau emban adalah ladang jariah untuk beliau. Sampai saat ini memasuki masa purna beliau tidak pernah berhenti untuk terus berkarya berbagi dan menginspirasi. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada beliau dan putra tercintanya.
Salam sehat salam literasi tetap semanagat dan terus berkarya. Kenangan pertemuan pertama saya bersama Mayor Nani saya abadikan dalam Blog pribadi berikut,
http://81-atik.blogspot.com/2023/05/pertenuan-pertama-di-pantai-mesra.html
Gunungkidul, 15 Desember 2024
Luar biasa Bu Atik. Keren ulasannya, saya sampai treyuh membaca tulisannya Bu Atik yg mengupas mulai perkenalan hingga persahabatan yang begitu dekat antara Bu Atik bersama Bu Nani. Beda dg saya, yang belum mendapatkan kesempatan untuk berjumpa dg Bu Nani atau pun Bu Atik.
Semoga suatu saat, Tuhan memberikan kesempatan utk berjumpa dengan orang-orang hebat namun tetap rendah hati, seperti Bu Nani, Bu Atik, Ayah Thamrin, Om Jay, Bunda Kanjeng, pak Katedra, dan semua penulis hebat YPTD lainnya.