sumber ilustrasi: stemeet.com
Embun Pagi yang selalu menetes sejuk, mak clesss di hatiku, sejatinya merupakan kiriman hasanah dari Gusti Allah.
Pada suatu ketika saya sedang duduk-duduk di masjid, terinspirasi tulisan seorang kawan, katanya kita ini seperti pensil. Kok bisa?
Pensil selalu mengingatkan kita, kalau kita bisa berbuat yang terbaik dan hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kita jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah-langkah kita dalam hidup ini. Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya.
Hanya satu alinea, tapi mengena, menginspirasi, menggerakkan kita menangkap fakta. Bahwa kalau kita pagi-pagi bisa berjalan ke Masjid, ketika kita memasukkan uang infak ke kotak amal selepas subuh sambil berdoa, ya Allah aku memohon kepadMu , dengan wasilah sedekah subuh ini lindungilah aku dari panasnya api neraka. Kita bisa begitu karena ada yang menggerakkan, yaitu Allah.
Ketika hati kita damai, senang, bahagia , ketika hati kita jernih tertetes sejuknya embun pagi, membaca tulisan sahabat yang menginjeksi energi positif, siapa yang memberi? Allah.
Maka kita pantas bersyukur, harus bersyukur, karena kita telah diberi itu semua Yang harganya melebihi dunia seisinya.
Kalau kita bisa di posisi yang sekarang , itu karena ada yang menaruh kita (mernahne) , kita disiapkan untuk 10 tahun yang akan datang, atau 20 tahun yang akan datang, atau untuk hidup kekal yang bahagia, yang gak usah sengsara, nggak usah pake kerja.
Mangan enak jibar jibur, turu kasur .
Ya yang penting sabar, bersyukur. Kata orang bijak bahagia itu di apit 2 kesedihan, kesedihan itu diapit oleh 2 kebahagiaan.
Jadilah seperti embun yang selalu membasahi bumi. Meski jatuh di tanah yang berlumpur, ia tetap bening dan utuh. Tiada hancur, apalagi melebur.”
Semoga kamu bahagia di dunia dan di akherat. Dipertemukan dengan orang-orang baik yang selalu meneteskan embun pagi yang sejuk dihatimu.
Selamat pagi semangat beraktivitas 🙏🌹
Takeran, 16 Januari 2021