Hari ini media masih ramai memberitakan kabar pertempuran antara Palestina melawan Israel.
Meski konflik Palestina-Israel telah berlangsung puluhan tahun, agaknya peristiwa kali ini disebut sebagai peperangan yang cukup mengemuka.
Realitas Palestina dan Israel
Dalam konflik perang yang terjadi berpuluh tahun, sejatinya Palestina sedang berupaya merebut wilayah mereka, setelah diduduki secara paksa oleh Yahudi Israel. Israel telah merampas wilayah Palestina sejak awal kedatangan mereka pada 1948. Mereka berduyun-duyun datang ke wilayah Palestina hingga mengeklaim tanah tersebut sebagai milik mereka.
Adalah salah besar bila ada yang berpendapat bahwa penduduk Palestina lantas mengemis perhatian dunia, usai Hamas menyerang Israel lebih dulu. Padahal serangan itu ditujukan untuk mengambil tanah mereka dari tangan Israel.
Dunia menyaksikan berapa kejamnya perlakuan tentara Israel terhadap rakyat Palestina. Sepak terjang tentara Israel memang di luar batas kemanusiaan. Anehnya, dunia seakan sengaja bungkam. Negara yang kerap meneriakkan slogan HAM senyata hanya bingung sembari mengamankan kedudukan.
Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) melalui PBB seakan menggulirkan narasi tentang Hamas itu teroris. Pafahal Israel benar benar telah merampas tanah Palestina lalu mengeklaim itu sebagai tanah milik mereka. Lantas siapa yang teroris?
Sejarah Heroik Palestina
Sejarah Palestina bertaburkan kisah heroik perjuangan kaum muslimin kala itu. Tatkala Khalifah Umar bin Khaththab bersama kaum muslim berjuang menaklukkan tanah Palestina. Pernah pula perjuangan di bawah komando Sultan Salahuddin al-Ayyubi dimana mereka mampu mengusir Pasukan Salib hingga meninggalkan Baitulmaqdis dengan kondisi terhinakan.
Dengan kemenangan kaum muslim dibawah pimpinan Sang kholifah, mereka bisa mengembalikan Yerusalem ke pangkuan umat Islam, usai dikuasai oleh umat Nasrani selama 88 tahun. Beliau dan pasukannya mencabut salib-salib yang terdapat di Masjidil Aqsa dan mengembalikan kehormatan rumah Allah tersebut.
Mulianya, meski kedua pemimpin hebat itu berhasil mengalahkan musuh-musuh Islam, keduanya tetap memperlakukan Yahudi dan Nasrani dengan baik. Mereka dilindungi sebagai warga negara, sejauh mereka membayar jizyah sebagai bentuk ketundukan mereka terhadap negara khilafah.
Bandingkan dengan perlakuan Israel terhadap penduduk Palestina hari ini. Invasi Israel terhadap wilayah Palestina telah mengikis wilayah Palestina. Israel terus merangsek masuk ke wilayah Palestina dan membuat blokade. Tentara Israel dengan arogan terus mempersempit ruang gerak rakyat Palestina. Mereka tak segan-segan menembakkan peluru secara membabi-buta jika merasa terusik.
Solusi Damai Yang Tak Masul Akal
Di atas tanah yang notabene milik rakyat Palestina, Amerila Serikat lewat PBB memberi solusi yang tak logis yakni solusi damai antar dua negara yang berkonflik tersebut. Sayangnya, mereka berhadapan dengan rakyat Palestina yang mewarisi semangat heroik kaum muslim yang akidahnya kokoh. Semangat juang mereka seolah tidak pernah padam.
Anak-anak Palestina adalah pemberani. Mereka mewarisi sikap mulia para pejuang Islam di bumi para Nabi. Mereka dengan gagah berani melawan tentara Israel sembari memekikkan takbir. Mereka melempari tank-tank pasukan Israel dengan batu. Kadang sebagian remaja juga menggunakan ketapel agar lemparan batunya bisa mencapai sasaran. Sementara itu, para tentara Israel merasa ketakutan dan mengarahkan moncong senjata mereka demi melindungi diri.
Semangat juang ini tidak lahir dengan sendirinya, namun karena keimanan yang mendorong untuk terus bergerak. Tak jarang, tentara Israel pusing sendiri menghadapi muslim Palestina yang mendamba syahid.
Mengapa Membebaskan Palestina?
Jika melihat sejarah kelam pendudukan Yahudi di tanah Palestina, selayaknya kaum muslimin berani mengambil sikap. Konflik ini jelas bukan sebatas masalah muslim Palestina semata. Hal itu karena sejarah Palestina melekat erat dengan sejarah kaum muslimin.
Adalah tidak benar hanyut dalam narasi yang menyebutkan bahwa konflik Palestina-Israel adalah konflik kemanusiaan. Hal iti mengingat Yahudi sendiri menduduki Palestina dengan semangat agama. Bagi kaum muslim, sejarah panjang penaklukan tanah Palestina menunjukkan bahwa tanah suci Palestina adalah milik kaum muslim.
Itulah mengapa dari dulu hingga hari ini, rakyat Palestina gigih mempertahankan tanahnya. Rakyat Palestina sangat memahami kemuliaan wilayah mereka, karenanya upaya mempertahankan merupakan pengabdian di hadapan Allah. Sebuah kekuatan ruhiyah yang tak bisa dibandingkan dengan kekuatan apapun.
Setidaknya ada tiga alasan, mengapa kaum muslim harus membela Palestina. Pertama, Palestina adalah kiblat pertama umat Islam. Kedua, Palestina adalah tempat di mana Rasulullah saw. melakukan Isra’ dan Mikraj. Ketiga, tanah Palestina adalah tanah yang ditaklukkan pasukan kaum muslim pada masa Khalifah Umar bin Khaththab hingga menjadi milik umat Islam.
Bagi umat islam, mendukung jihad di Palestina meripakan perkara wajib. Sayangnya, hari ini kaum muslim tidak dapat berbuat banyak saat “terkurung” dalam nasional states. Mereka terisolasi oleh batas-batas geografis dan nasionalisme meski agama mereka sama. Karena pengkotakan ini, masalah di Palestina dianggap sebagai masalah internal mereka sementara muslim lainnya tak boleh turut campur. Inilah masalah mendasarnya.
Israel tidak akan berhenti membombardir rakyat Palestina meski sejuta kali bertemu di meja perundingan yang difasilitasi oleh PBB. Negara yahudi itu tidak takut selama umat Islam tidak bersatu di bawah satu komando seorang imam. Mereka tidak takut meski dunia mengutuk mereka. Israel akan tetap melanjutkan penindasannya karena mendapat dukungan dari negara-negara Barat, utamanya AS. Sementara AS memang sengaja membiarkan konflik dua negara ini terus berlanjut, karena menguntungkan negara adidaya itu.
Butuh Kepemimpinan Khilafah
Musuh-musuh Islam mereka saling membantu. Maka umat Islam pun harus bahu-membahu menyusun kekuatan. Kekuatan islam itu ada pada institusi khilafah yang Allah telah mewajibkan bagi kaum muslim untuk memperjuangkannya. Selain memberi dukungan kepada rakyat Palestina, kita juga wajib berjuang agar umat Islam dapat bersatu dalam kepemimpinan dunia sehingga tidak ada pada diri musuh-musuh Islam kecuali ketakutan.
Sejarah kaum muslim penuh dengan perjuangan mempertahankan Palestina. Ketika perisai khilafah masih ada, kaum Yahudi takut menghadapi umat Islam. Sebagaimana mereka gentar menghadapi Sultan Abdul Hamid II yang kala itu menjadi Khalifah.
Sultan Abdul Hamid II mengusir utusan Yahudi, Theodorl Hertzl yang kala itu meminta sejengkal tanah Palestina untuk Yahudi dengan memberi kompensasi membayar utang kekhalifahan saat itu. Dengan tegas beliau mengatakan, “Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Selama masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiah.”
Sungguh ucapan tegas dari seorang pemimpin yang perkataannya tidak kita temukan pada para pemimpin umat Islam hari ini. Tidak ada jalan lain selain menyeru kaum muslim untuk bersatu dan menggentarkan musuh-musuh Islam di bawah komando seorang pemimpin. Karenanya tak ada jalan lain bila ingin mengakhiri konfik Israel-Palestina, haruslah ada kekuatan hingga tataran mengentarkan penjajah israel, yaitu negara khilafah islamiyah.