Hanya Masyarakat yang Bisa Putus Mata Rantai Penularan Virus Corona

Edukasi22 Dilihat

Penanggulangan pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia hanya bisa berhasil dengan partisipasi masyarakat, masalah kian sulit karena virus ini dibumbui dengan moral dan agama.

Kalau saja WN Jepang yang berkunjung ke Indonesia tidak mengabari Pasien 01 dan Pasien 02 bahwa dia terdeteksi positif tertular virus corona (Covid-19) yang terdeteksi di Malaysia, bisa jadi penyebaran Covid-19 di Indonesia tidak akan bisa ditanggulangi lagi. Berkat kabar buruk itu justru berguna bagi Indonesia untuk menanggulangi penyebaran virus corona.

Kalangan medis mendeteksi virus corona pada Pasien 01 dan 02 ketika mereka dirawat di rumah sakit dengan keluhan batuk dan demam. Pihak terkait, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan dinas-dinas kesehatan di provinsi, kabupaten dan kota melakukan contact tracing terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan Pasien 01 dan 02 dan seterusnya (Gambar 1).

Penyebaran virus corona melalui kasus pertama yang dilaporkan pemerintah. (Foto: Tagar/Syaiful W. Harahap).

Persoalan besar akan terjadi jika orang-orang yang pernah kontak dengan Pasien 01 dan 02 tidak bersedia menjalani isolasi diri selama 14 hari setelah terdeteksi. Persoalan lain jika kontak selanjutnya buntu karena tidak ditemukan nama dan alamat. Maka, dalam kaitan ini diperlukan peran serta masyarakat secara aktif dengan mendatangi fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas atau Dinas Kesehatan di provinsi, kabupaten dan kota agar bisa ditangani secara medis.

  1. Penyebaran Virus Corona Lebih Cepat dari Tracing

Begitu juga dengan kondisi ketika seorang warga terdeteksi positif Covid-19 atau diklasifikasi sebagai ODP (Orang dalam Pemantauan) yaitu orang-orang yang pernah kontak dengan pasien positif corona, baru kembali dari daerah atau negara dengan wabah corona, serta suhu badannya di atas 38 derajat Celcius. ODP tidak otomatis positif corona, tapi jika ODP kelak terdeteksi positif corona maka di masa yang seharusnya isolasi tapi tidak diisolasi maka ODP itu jadi penyebar virus corona.

Hasil tes pertama pada ODP negatif, dalam hal ini bisa negatif palsu karena yang dicari melalui tes dengan reagen bukan virus corona tapi antibodi (terhadap virus corona). Setiap kuman, bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh sistem imunitas tubuh akan memproduksi antibodi terhadap kuman, bakteri atau virus tsb. Terhadap virus corona antibodi terdeteksi antara 5-14 hari setelah tertular.

Nah, kalau ODP yang tidak melakukan isolasi atau karantina mandiri yaitu dengan menjaga jarak dengan anggota keluarga dan orang lain, tidak meningkatkan imunitas diri serta tidak menerapkan hidup bersih maka ada risiko ODP ini menularkan virus corona ke orang lain. Pada awalnya ODP ini menularkan virus corona ke anggota keluarga. Pada tahap selanjutnya anggota keluarga ada yang bekerja, kuliah dan mempunyai komunitas. Jika anggota keluarga tertular virus corona maka mereka pun berisiko pula menularkan ke orang lain di tempat kerja, kampus dan komunitasnya (Gambar 2).

Penyebaran virus corona melalui warga pengidap Covid-19 yang terdeteksi pernah kontak dengan pasien positif Covid-19. (Foto: Tagar/Syaiful W. Harahap).

Lagi pula penyebaran virus corona setelah anggota keluarga ada di masyarakat. Tracing yang dilakukan dinas kesehatan setempat tentu saja terbatas sehingga penyebaran virus corona jauh lebih cepat daripada tracing. Itu artinya terjadi penyebaran virus corona yang melibatkan masyarakat. Maka, lagi-lagi peran serta masyarakat diperlukan yaitu informasi dari keluarga ODP terkait dengan kontak yang sudah pernah mereka lakukan. Warga yang pernah kontak dengan keluarga ODP diharapkan segera mendatangi fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, rumah sakit atau dinas kesehatan setempat.

  1. Mitos Jadi Penyulit Penanggulangan Covid-19 di Indonesia

Yang jadi persoalan lain adalah Orang Tanpa Gejala (OTG). Warga yang sudah mengidap Covid-19 tapi tidak menunjukkan gejala, seperti batuk atau demam. Tapi, OTG sudah bisa menularkan virus corona ke orang lain melalui droplet yang terlempar ke orang lain ketika OTG berbicara, batuk atau bersin. Seperti di Gambar 3 bisa dilihat penyebaran virus corona ke masyarakat melalui seorang OTG. Jika kelak OTG terdeteksi, maka peran anggota keluarga, kerabat dan sahabat yang pernah kontak dengan OTG sangat membantu untuk mendeteksi warga yang tertular virus corona dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Penyebaran virus corona melalui warga yang OTG (Orang tanpa Gejala). (Foto: Tagar/Syaiful W. Harahap).

Itulah sebabnya agar tidak mengaitkan pandemi virus corona (Covid-19) dengan norma, moral dan agama. Celakanya, di awal pandemi media massa, media online tentu saja media sosial sudah mengait-ngaitkan penularan virus corona Pasien 01 dan 02 dengan moral yaitu mengaitkan penularan dengan kegiatan dansa.

Inilah awal buruk penanganan pandemi virus corona di Indonesia yang akan berbuntut panjang pada stigmatisasi (pemberian cap buruk atau negatif) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) serta mitos. Sumber pertama yang mengaitkan penularan Covid-19 dengan dansa merupakan penyebar mitos yang merupakan kontra produktif penanggulangan virus corona di Indonesia (tagar.id, 29 Maret 2020). *