Anak-anak Matahari

Anak-anak matahari, Berlari bertelanjang dada Di padang sabana tak bernama Menggembala Atau sekedar bergulingan bercanda Terjun ke lubuk larangan Berenang bersama ikan Membasuh keringat bercucuran Mencari belut berkubang di sawah

Larik-larik Kesepian

Dingin menembus pori-pori Seperti telanjang tak berbaju Padahal kain berlapis membebat diri Angin kesepian sedang berburu Gemetar tangan mulai menulisi Berlarik-larik puisi tentang hujan Namun tak berujung pelangi Wahai jiwa,

Pohon Tua yang Mengharap

Pohon tua termangu tanpa kawan Akar menyembul, tak lagi dengan bumi berdekapan Angin topan akan melahap hingga terjungkal Rebah dan menemui ajal Pohon tua merindu Pada benih yang tumbuh menjadi

Maharani Aksara

Aksara terucap dari hati Yang mengalir deras di denyut nadi Seperti jantung kehidupan yang dijalani Bisakah engkau mengerti? Bahwasanya aku tegak atas nama mata nurani Aksara jangan dikebat Sempit dalam

Matinya Sang Penyair

Aksara di lorong sunyi bertangisan Banjir air mata perpisahan Takada yang memunguti Merangkai dalam kalimat indah tali temali Berpisah dengan sang penyair Puisi indah tak lagi mengalir Diksi ingin menari

Pada Senja Dirimu Terkenang

Senja, dengan penuh cinta aku pandang Pesona memerah indah membentang Namun, dirimu muncul dalam  kelebat bayang Ah senja, indahmu ternoda oleh air mata berlinang Pada senja, kembali terkenang Bahwa hati

Bangsa Pemulung

Bila musim hujan tiba Tolong jangan lebat dan deras, kami semua berdoa Atap rumah bukan sekedar tiris tapi menganga Selebar mulut goa Apakah ini layak disebut rumah? Tanpa pintu, tanpa

Malaikat Kecil dari Sebuah Panti

Pipi tembem bergayut manjaDia malaikat kecil yang membuat jatuh sayangIbu, aku ingin berkerudung sepertimu, sambil melilitkan sebuah selendangTingkah lucunya hilangkan penat raga Dia kuambil dari sebuah pantiBayi kurus yang dirawat

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.