Di Brunei, Saya Mendapat Gelar Awang

Terbaru0 Dilihat


Dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandar Seri Begawan dengan Penerbangan  Diraja Brunei ada cukup banyak hal yang saya pelajari dari negri yang nanti nya akan menjadi kampung kedua saya .

Salah satunya adalah penggunaan kata Awda sebagai padanan kata Anda dalam setiap pengumuman yang diucapkan oleh pramugari di dalam pesawat.

 

Pada mulanya saya mengira bahwa kata awda hanyalah bentuk penyesuaian tempatan atau lokal dari kata “anda”  dalam bahasa Indonesia .

 

Konon kata anda sendiri diciptakan sebagai padanan kata bahasa Inggris you yang bebas dari pengaruh tingkatan dan hirarki dalam bahasa -bahasa daerah di Indonesia.

Di Brunei sendiri saya banyak menjumpai banyak contoh poster atau iklan atau pengumuman yang menggunakan kata awda yang memang sangat cocok sebagai padanan kata anda.

 

Namun , setelah mengenal lebih dalam tata kehidupan di Brunei ,akhirnya Sayb tahu bahwa kata awda ternyata merupakan singkatan dari awang dan dayang .

 

Lalu apa itu awang dan dayang dalam kehidupan sosial di Brunei .  Selama ini saya memang mengenal beberapa teman yang di depan namanya ada gelar awang dan dayang.

Ternyata di Brunei sendiri gelar awang atau dayang memang diberikan kepada orang yang tidak memiliki trah kerajaan namun masih berkecimpung di istana sebagai orang biasa .Awang adalah gelar untuk lelaki serta dayang untuk perempuan . Bahkan di kawasan Gadong ada sebuah nama jembatan yang diberi nama seorang Dayang .

 

Mungkin dari sini kita mengenal istilah dayang dayang istana.  Lalu apa hubungannya dengan saya dan teman teman yang hanya pendatang dan bermukim di Brunei untuk sementra waktu.

Lalu ketika Brunei menjadi tuan rumah Sukan SEA atau SEA Games pada 1999 lalu, maskotmu adalah seorang pemuda berbaju kuning dengan destar merah dan namanya adalah Awang Budiman .

 

Ternyata saya dan teman -teman juga pernah diberi gelar Awang di depan nama kita .  Dalam surat pengantar untuk masuk ke kawasan bandar udara , kita mendapat surat pengantar yang ditujukan kepada pejabat yang mengeluarkan pas bandara .

 

Dan di dalam surat itulah tertulis nama kita masing -masing lengkap dengan gelar awang di depannya.

 

Selidik punya selidik ternyata gelar awang memang dipakai untuk menunjukan penghormatan kepada siapa saja .

Kalau  di Indonesia kita biasa menyebutkan istilah Bapak atau Ibu di depan nama atau juga saudara atau  saudari maka di Brunei gelar yang dipakai adalah Awang dan Dayang.

 

Maka jadilah saya bernama Awang Taufik Uieks  .

Bandar Seri Begawan, 1997

Tinggalkan Balasan