Telat Bayar

Humaniora, YPTD89 Dilihat

Telat Bayar

Catatan Thamrin Dahlan

Sudah delapan hari belum juga bayar uang langganan koran. Awak merasa malu. Padahal biasanya paling lambat tanggal 2 setiap awal bulan sudah lunas.

Sebenarnya keterlambatan ini tidak di sengaja. Ada beberapa faktor ketidak bersuaan dengan pengantar koran. Terkadang awak sedang asyik menulis di ruang dalam kantor YPTD sehingga tak terdengar suara didepan rumah.
Terkadang pula hujan dan banyak lagi halangan di 7 hari belakangan ini seperti ketika awak takziah ke Bogor.

Jum’at 24 Djumadil Awwal 1442 H awak bersengaja jaga jaga di serambi rumah. Bada shalat subuh menunggu Mas Agung pengantar Harian Republika. Dana sebesar Rp.150.000 sudah disiapkan untuk pembayaran langganan koran bulan Desember 2020.

Ufh Pukul 05.40 nan ditunggu tunggu belum juga tiba. Sementara menunggu, 8 ekor kucing dan 30 burung gereja sudah mendapatkan haknya makan pagi.

Seorang saudara dhuafa melintas di depan rumah. Bersegera awak himbau, menyampaikan infaq untuk sarapan pagi ke mas pemulung. Bertegur sapa sejenak tentang 2 sahabat yang sama sama kami kenal. Dialah Muazin Muzamil dan Mas Rasimin tukang kayu merangkap pemulung tinggal di belakang praktek dr Abidin Pasar Induk.

Cuaca cerah sang mentari perlahan beranjak naik menerangi perumahan bumi harapan permai dari sebelah kiri. Warga memanfaatkan suasana pagi udara bersih di nanti pepohonan untuk ber olahraga. Beberapa ibu semangat jalan kaki sementara bapak bapak  ada naik sepeda. Kesempatan menikmati cuaca sejuk mumpung tidak hujan.  Terlihat pula satu keluarga berlari bergandengan dengan anjing import iaraan berantai.

Tepat pukul 06.20 Mas Teguh tiba. Transaksi usai hutang lunas disertai permohonan maaf bersebab terlambat membayar koran langganan.

Teguh terpaksa berjalan kaki menuju blok A 23. Tak jauh sekitar 200 meter karena motor tidak bisa masuk, portal belum dibuka. Pengantar koran ini terdiri dari 1 keluarga. Sebelumnya pengantar koran ialah orang tua kandung Teguh.

Kemudian diganti paman kira kira 6 bulan. Pekerjaan yang semakin sepi pelanggan dilanjutkan Agung abangnya Teguh. Baru beberapa pekan ini Teguh menggantikan Agung yang mendapat pekerjaan di kawasan Cileungsi.

Setiap pergantian pengantar koran selalu ada prosesi penyerahan tugas. Paman Agung mengantar keponakannya ke rumah rumah pelanggan sembari memberitahu bahwa ada pergantian petugas.

Awak melengkapi reportase ini dengan foto bersama Teguh. Keabsahan satu liputan yang berpedoman 5 W 1 H wajib disertai dokumentasi foto sebagai alibi agar terhindar dari fitnah hoaks.

“zaman sudah berubah Pak Haji”

Demikian ungkapan si anak muda ini ketika awak bertanya berapa jumlah koran yan diantar setiap pagi.

“sebelum ada ponsel Bapak dan saya berbagi tugas mengantar koran pagi”

Teguh membandingkan masa lalu dengan masa kini ketika berita dapat di akses on line via ponsel.

” dulu saya mengantar 50 koran ke daerah Cijantung, Bapak 100 ke Kampung Dukuh ”

Tampaknya keluarga ini masih mempertahankan jasa mengantar koran walaupun jumlah pelanggan drastis berkurang.

Awak terharu, masygul dan tertegun bercampur baur ketika Teguh sembari bersalaman ‘ala covid mengucapkan

” Syariat- nya kami berusaha, tetap mempertahankan pekerjaan ini, rezeki itu terletak pada ke – berkah – an bukan pada besar atau kecil yang kita terima”

Allah Akbar, Subhanallah awak di pagi Jum’at berkah mendapatkan pengajaran dari alam terkembang tentang kehidupan…

Salam Literasi
BHP, 8 Januari 2021
YPTD

Tinggalkan Balasan

2 komentar