Jum’at pekan lalu Haji Norman berkendara menumpang angkot dari Cililitan ke arah Pasar Rebo Jakarta Timur. .Maksud hati ingin shalat Jumat di Masjid Jami An Nur yang berlokasi di sebelah Polsek Ciracas. Masjid ini favorit jamaah karena luar biasa indah dengan menara seperti Masjid Nabawi Madinah dan ada tiang tiang Raudhah didalamnya.
Seperti biasa Pak Haji duduk di depan samping Pak Sopir. Ketika melewati Pasar Kramat Jati terdengar suara penumpang, ternyata dia seorang ibu ibu yang berkata ke pak sopir.
” pak ada kembalian uang seratus ribu ndak, saya mau turun di jalan RS Polri.”
Si Ibu nampaknya wanti wanti sebelum turun, dia kuatir diomelin sopir angkot kalau bayar pakai duit pecahan besar. Pak sopir menoleh sembari berucap
“ngak ada buk, saya baru narik neh”
kemudian si ibu lanjut berkata
“maaf pak sopir duit saya cuma ada dua ribu, gimana ya?” (padahal ongkos angkot jauh dekat 5000 perak)
” Oh ngak apa apa bu silahkan saja ”
Itulah jawaban pak sopir lulusan Perguruan Tinggi (S1) yang sangat baik hati. Sarjana ini sementara narik angkot milik keluarga mengantikan ayah yang sudah mulai sepuh. Melakukan apa saja dari pada nganggur sembari menunggu panggilan lamaran kerja. Ini dia sarjana pengangguran terselubung kata pakar ketenaga kerjaan.
Haji Norman tertegun mendengar pembicaraan. Tadinya Beliau mau nimbrung
“ibuk, tenang saja nanti ongkos saya bayarin, ”
Namun apa daya dan juga apa boleh buat, niat Pak Haji masih di angan angan belum juga sempat terucapkan. Kesimpulan sementara pahala berbuat baik sudah keduluan di ambli pak sopir sarjana. Padahal guru ngaji Habib Umar bin Ahmad Al Hamid mengingatkan umat agar gemar bersedekah berdasarkan Surat Al Imran ayat 92 yang berbunyi : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelumkamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Tak lama terlintas dalam pikiran Haji Norman
“wah gagal neh, gue mau beramal soleh sedekah di hari Jum’at nan penuh berkah sudah keduluan bang sopir.”
Lebih lanjut Pak Haji yang sudah menunaikan ibada ke Tanah Suci 3 kali berpikir keras. Bagaimana caranya agar niat baik ini bisa tetap terwujud. Tiba tiba terlintas inspirasi bisikan malaikat. Lintasan pikiran berupa jalan keluar untuk memuluskan niat Haji Norman yaitu berbunyi :
“Pahala pak sopir angkot harus di rebut ”
Caranya sederhana; Segera saja sebelum sampai di tujuan Haji Norman mengambil uang pecahan duapuluh ribu an dari dompet kulit disaku celana. Duit itu dia genggam erat erat. Ketika turun di depan Masjid di kawasan Asrama Polisi Komseko. Pak Haji membayar sewa angkot dengan duit di genggaman sebesar Rp.20.000,-
Pak sopir mau mengembalikan uang sebesar 15.000 tetapi Haji Norman menolak sembari ber ujar
” udah, duit itu untuk abang semua”
Sang sopir tertegu, heran seribu heran,
” Alhamdulillah terima kasih banyak Pak. ”
Pasti si sopir angkot mendapat kejutan bernuansa surprise sambil tercengang cengang sendiri. Tidak biasanya penumpang bayar ongkos berlebih seperti ini. Ada juga pengalaman penumpang bayar kurang malah duit pakai dilempar lagi.
Haji Norman sang dermawan versi dirinya sendiri merasa lega. Beliau berhasil merebut pahala pak sopir. Ongkos angkot si ibu itu sudah dilunasi, artinya pahala yang tadinya untuk di sopir beralih untuk Haji Norman. Disamping itu kelebihan uang sepuluh ribu perak di niatkan sebagai hadiah (sedekah) untuk sang sopir.
Haji Norman sangat paham akhir akhir ini penumpang angkot semakin sepi dan berkurang. Dalam satu rit perjalanan angkot hanya terisi 1- 4 penumpang saja dari 10 tempat duduk tersedia. Para penumpamg langganan kini berpindah ke moda transportasi berbasis aplikasi online sejenis gojek, uber dan grab serta gocar.
Tidak bisa juga disalahkan ketika konsumen lebih memilih transportasi yang murah, cepat dengan bonus penumpang di jemput di depan rumah serta diantar sampai pintu gerbang tempat bekerja. Inilah satu keniscayaan, inilah suatu perubahan yang tidak bisa dielakkan. Siapapun dia yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maka dia akan tergerus oleh zaman dan resiko tertinggal baik dalam soal rezeki maupun peluang serta kesempatan hidup yang lebih baik.
That is True Story Today