Hari Jum’at Spesial Bapakku H. Raden Dahlan Bin Affan
Bagian dari Tulisan ini sudah di abadikan dalam Buku KASIDAH
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS: Al-Jumu’ah:9]
Hari Jum’at bagi Bapak-ku adalah hari sangat istimewa. Semua kegiatan keseharian nya di hari istimewa dihentikan, kecuali ibadah dan ibadah. Bapakku tidak pergi menyiangi ladang, Bapak tidak membersihkan kolam, Bapak tidak keliling kebunnya memetik hasil, dan Bapak tidak pergi kepasar.
Kegiatan Beliau konsentrasi full ibadah. Sebenarnya ibadah menyambut hari Jum’at sudah dimulai pada shalat maghrib Kamis malam. Menurut Bapak ;
“Pergantian hari di tahun Hijriah dimulai ketika azan maghrib dikumandangkan, artinya kamis malam sudah termasuk hari Jum’at.”
Berbeda dengan hitungan kalender Masehi, dimana pergantian hari dimulai pada pukul 00.00. tengah malam buta.
Shalat berjamaah selalu Bapak tegakkan di masjid kampongku, Letaknya agak ke-arah timur, kira kira 200 meter dari rumah. Mengambil Wudhu dilakukan bapak sebelum berangkat ke Masjid, niat nilai ibadahnya sudah mulai dicatat malaikat.
Wudhu selalu dilakukan Bapak di kolam bawah rumah. Mengenakan sarung berwarna putih dan baju koko potongan cina kesukaannya serta kopiah hitam agak kecoklatan saking tuanya. Itulah seragam harian Bapak untuk shalat berjamaah di masjid. Walaupun sudah menunaikan ibadah haji, kopiah putih jarang Bapak kenakan dikepalanya.
Sampai sekarang aku tidak tahu alasan Bapak, tapi kata adikku si bungsu M. Yahya bin Dahlan, dia tahu kenapa sebabnya. Ketika kutanya adikku, si pengkor ini mengatakan, bahwa itu adalah rahasia aku dan Bapak berdua, katanya.
“Nanti akan aku ceritakan suatu waktu.”
Berjalan kaki menggunakan terompah kulit,. Bapak menuju Masjid melewati jalan setapak yang dipenuhi rerumputan sepanjang kebunnya nan luas, jalanan miring agak mendaki sedikit .
Bapak datang selalu lebih awal, artinya ketika muazin belum mengumandangkan azan maghrib. Bapakku sudah masuk di ruang dalam masjid setelah terlebih dulu mengiinfaq-kan sebagian rezeki di kotak amal . Selanjutnya Beliau menunaikan shalat sunah tahyatul masjid dan kemudian duduk tenang berdzikir di-syaf terdepan, menunggu waktu shalat.
Masjid Al Ikhlas setiap malam Jum’at selepas shalat maghrib menjelang Shalat Isya berdurasi sekitar 45 menit, di isi dengan kegiatan taklim berupa membaca Surah Yasin. Taklim ini dipimpin oleh Pak Pakih Sutan Bandaro, kemudian ada tauziah singkat dan diakhiri dengan doa doa.
Selepas shalat isya, tradisi di masjid jamaah ber sapa – salam-salaman secara berkeliling. Sebelum pulang dua rakaat lagi shalat bada’ isya. Bapak meninggalkan masjid bersama jamaah lainnya beranjak pulang kerumah ketika alam beranjak kelam. Melewati jalan dengan route yang lain dari jalan ketika berangkat.
Jalan pulang ini melewati perumahan bagus milik perusahaan minyak Pertamina. Jalanannya bukan dari aspal tetapi dari tanah yang berwarna merah kecoklatan karena selalu disiram minyak mentah
Inilah salah satu kebiasaan Bapak, dengan melalui route jalan pulang pergi berbeda-beda ketika ke Masjid, kata Beliau
“Laporan pencatatan amal kebaikan datang dari 2 malaikat yaitu satu malaikat mencatat di waktu berangkat dan satu malaikat lainnya mencatat ketika pulang dari masjid”.
Tentunya catatan ke dua malaikat itu dilaporkan ke komputer trliyunan mega bite di lauh mahfuz. Cerdas juga Bapakku, dan pola route ke masjid ini oleh anak dan cucu2 nya terus ditiru agar pahala kebaikan untuk Bapak / Datuk terus mengalir.
Diusianya yang hampir meranjak 70 tahun, penglihatan bapak masih terang. Beliau tidak pernah membawa senter ketika ke masjid seperti yang dilakukan bapak2 lain yang selalu menggenggam lampu baterai itu sebagai suatu kelengkapan orang kampong ketika berjalan malam hari.
Dari jauh mamak sudah mendengar terompah Bapak. Jalan agak menurun menuju rumahku melewati pepohon durian , pohon jambu, pepohonan kelapa dan pohon-pohon rambutan.
Bapak mengatakan kepada kami
“Sebelum memasuki rumah dan mengucapkan Assalamualaikum, sebaiknya bacalah terlebih dulu ayat kursi 7 kali”
Mengapa tujuh kali ?. Bapak mengajari kami bahwa bentuk bangunan rumah itu ada enam sisi, yaitu atas – bawah, (atap dan pondasi); kiri — kanan (dinding dan dinding) dan depan – belakang,(teras dan dapur) serta bagian dari isi rumah : satu (harta benda).
Dengan se izin Allah SWT, Ayat Kursi itu akan melidungi rumahmu dan rumah tetanggamu disekitarnya dari mara bahaya yang datang dari atas, (reruntuhan), dari bawah (longsor, gempa), dari kiri dan kanan ( kebakaran, banjir ) dan dari depan –belakang ( kemalingan dan perampokan) dan isinya terjamin aman. dan terlindungi dari mala petaka lainnya…..
Allah Akbar. Alhamdulillah InshaAllah sampai saat ini rumah di kampongku Insya Allah memang terjaga dari marabahaya dan malapetaka. Amin Ya Rabbal Alamiin
(bersambung)
- Salam Literasi
- BHP, Jum’at 10 Juni 2022
- YPTD
Aamin ya Robbal alamin