Belajar Ilmu Kehidupan Dari Pak Adityawarman

Pantun Rabu Belajar

Tentara rapih baris berjajar
Baris depan upacara tergelar

Kita masih terus belajar
Ilmu kehidupan tak pernah kelar

Sehabis mengantar Istri 3 awak bersilaturahim ke kediaman Bapak Ketua RW 06 Kelurahan Dukuh. Rabu, 26 Agustus 2020 merupakan hari libur para pensiunan.  Maksud awak libur berkepanjangan. Bersilaturahmi merupakan salah satu kegiatan rutin untuk menghibur diri bersama kawan kawan yang bertempat tinggal di Perumahan Bumi Harapan Permai (BHP).

Rutin dalam artian berkeliling sambil berolahraga dilingkungan BHP.  Terkadang mampir di Pujasera mencari teman ngobrol sambil ngopi.   Kebetulan hari itu Pak Adit ada dirumah.  “Assalamualaikum” Walaikum Salam  disambut senyum renyah.  Mantan Direktur Utama Jasa Marga ini sedang rehat setelah olahraga, santai duduk ngobrol diteras rumah bersama anak cucu.

Biasanya diteras ini banyak Pengurus RW 06 hadir, namun kenapa hari itu hanya awak saja  bertamu.  Bisa jadi Om Titus, Uda Khaidir, Bli Dewa, Mas Narto Mas Robby dan Mas Bagus sedang sibuk dengan pekerjaan masing masing. Jadilah kami ngobrol dalam bahaso wong kito galo.

Ada beberapa hal yang menurut awak kebetulan yang bukan kebetulan.  Pagi tadi menulis Pantun tentang belajar kehidupan tak pernah kelar seperti tertera di awal tulisan ini.  Entah mengapa kog cocok banget dengan isi obrolan terkait kehidupan terutama ketika membandingkan pekerjaan Pak Adit sebagai Dirut PT Jasa Marga dengan sekarang sebagai Ketua RW.

Pertama tentang Prasasti Gapura. Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke – 75 Pengurus dan warga BHP berhasil membangun 3 Gapura. Anggota pengurus sedikit ngotot agar didalam prasasti itu ada tanda tangan Ketua RW. Dengan penuh sikap kesabaran Pak Adit menjelaskan bahwa prestasi membangun Gapura itu adalah keberhasilan bersama.

Oleh karena itu cukup di cantumkan pada Prasasti Gapura “Di resmikan oleh Pengurus RW 06 Periode 2019 -2023”.  Pembaca tentu paham bahwa dimana pun prasasti selalu ada tanda tangan sosok pemuka atau pejabat yang menjadi penaggung jawab atau memiliki kewenangan terkait bagunan di resmikan.

Akhirnya Pengurus RW dan Ketua RT paham dan sepakat Prasasti Gapura tanpa Tanda Tangan.  Hal ini menunjukkan kebesaran dan kerendahan hati.  Apalah artinya tanda tangan Kata Pak Adit, toh benda itu hanya sebagai tanda pengingat dan catatan sejarah.  Bukti nyata karya bersama yang akan dibaca semua orang tanpa siapa si  penanda tangan.

Kedua pelajaran kehidupan tentang pengalaman menjadi pemangku jabatan di Jasa Marga. Manajemen  pada intinya adalah kemampuan pimpinan mengajak karyawan  untuk men goal kan tujuan organisasi. “saya pikir 60 % saja staf mendukung pekerjaan akan tetap rampung.”

Tidak mungkin semua orang suka sama kita, atau mau bekerja sama. Satu hal yang penting wajib bekerja keras, transparan, akuntabel dan fokus pada goal.   Hal inilah yang kemudian diterapkan Pak Adit dalam kapasitas Ketua RW.  Tentu saja segmen sasaran dan kepentingan warga berbeda dengan organisasi yang berlaku posisi kedudukan atasan dan bawahan.

Melayani  warga pekerjaan unik.  Sekali lagi tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang, tidak ada pula perintah memerintah.  Paling tidak Pengurus RW wajib menunjukkan keseriusan membangun lingkungan dan ada hasilnya.  Lambat laun akan meningkatkan dukungan dan peran serta warga.

Yes ketika trust sudah terbangun  maka seketika itu pulalah potensi yang selama ini terselubung bermunculan. Pak Adit berkisah bagaimana RW membangun taman indah disepanjang Bouleverd. Pusat Jajanan Serba Ada (pujasera) kini tertata baik.

Sekarang tidak ada lagi pedagang asongan berjualan di pinggir jalan boulevard.  RW 06 menyediakan tempat berdagang dilokasi khusus sehingga pembeli dan pedagang bisa menikmati transaksi jual beli dalam suasana nyaman dan aman.

Apalagi didepan Pujasera kini suda ada taman yang cantiq dan indah serta tersedia pula tempat parkir kendaraan.  Dengan demikian tomatis lingkungan menjadi lebih rapi dan bersih. Ketika malam hari lampu taman menambah keindahan BHP.  Patutlah kini kawasan ini menjadi salah satu pilihan destinasi wisata warga kampong sebelah.

Pengurus RW dan RT memberi dukungan sepenuhnya pada Prosesi Shalat Idul Adha di Masjid Baitur Rahman. Pandemi covid 19 mensyaratkan DKM Masjid melaksanakan protokol kesehatan. Itulah sebabnya RW mengerahkan kaum muda untuk memberikan  bantuan  mempersiapkan tempat shalat sampai di jalan raya.

Untuk Kaum Ibu dan remaja putri disiapkan tempat shalat di halaman Sekolah Dasar (SD) samping Masjid Baitur Rahman.  Tujuannya adalah agar kapasitas tempat ibadah tersedia cukup banyak  mengingat ketika menegakkan  Shalat wajib menjaga jarak disamping tentunya memakai masker dan membawa sajadah sendiri.

“Tahun ini memang kita kerja berat dibanding tahun tahun lalu karena ada penularan corona”.   Dukungan RW berlanjut ketika prosesi pemyembelihan qurban.  Potensi anak anak muda RW yang bertenaga sangat membantu.

Bukan sekedar tenaga dan pikiran namun ide kreatif pemuda BHP menggunakan  drone dan life steraming guna meliput dan mendokumentasi seluruh rangakain kegiatan.  Karya genmerasi muda merupakan nilai tambah luar biasa yang membedakan suasana kebersamaan dengan tahun tahun sebelumnya.

Awakpun melaoprkan ke Pak RW dan sekalian mengucapkan terima aksih atas pemeriksaan Rapid Test. Selepas main tennis, Ahad, 23 Agustus 2020 Mas Narto menyapa awak bersama Om Victor ketika lewat didepan rumahnya.  Jadilah kami menerima budi baik Pengurus RW yang menfasilitasi Rapid Test.  Alhamdulillah hasilnya negatif.

” Kito  masih harus terus belajar Mang Cek”, demikian cara Pak Adit menyapa awak.  Melayani warga sepenuh hati dan ikhlas sebagai ladang ibadah. Awak terkejut juga ketika Pak RW jauh jauh hari sudah menegaskan hanya bersedia menjabat Ketua RW 06 Kelurahan Dukuh Jakarta Timur satu periode saja.

Waduh, tentu warga protes nih Pak  Adit.  Upaya Bapak membangun dan melestarikan lingkungan BHP sudah terbukti berhasil. “Saya sudah menyiapkan Kader”  lebih lanjut “Saya dan mang Cek kan idak kemano mano, kito inshaAllah panjang umur masihlah tinggal di BHP”.

Kita dukung sepenuhnya Pak RW periode berikutnya untuk meneruskan pengabdian kepada masyarakat. Awak tercenung mendengar pernyataan Pak Adityawarman.  Tidak ada ambisi sedikitpun, namun pengabdian tetap didawamkan selama hayat masih dikandung badan.  Luar biasa.

Sebelum pamit setelah menghirup kopi hangat khas wong kito galo,  awak mohon izin di rumah Blok A 23 memasang Papan Nama Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). ” Silahkan Mang Cek, apo kegiatan Yayasan. ? InshaAllah YPTD mewakafkan diri membantu menerbitkan buku ber ISBN para penulis tanpa biaya alias gratis.

Salamsalaman

BHP, 26 Agustus 2020

YPTD

 

.

 

Tinggalkan Balasan