Pada awalnya impian saya meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia bisa dikerjakan sendiri. Ya demikianlah saya pikir bisa sendiri mengerjakan upaya besar ini semampunya. Tidak berani pula awak mengajak teman teman, apalah awak ini seorang penulis gaek, pensiunan pula.
Namun tidak. Ternyata setelah gaung menerbitkan buku gratis ber ISBN tanpa biaya di siarkan ke khalayak saya mendapat begitu banyak teman.
Ibarat satu lidi, kini dia telah bersatu dengan lidi lidi lain nan terserak. Maka jadilah sapu. Kekuatan luar biasa bagaimana niat tulus ikhlas mencerdaskan hidupan anak bangsa bisa kami lakukan bersama. Kita lakukan dengan cara sendiri sesuai kemampuan komunitas juru kabar. Kita lakukan dengan modal semangat, itu saja.
Kembali teringat kisah 10 tahun lalu. Dijerumuskan kedunia jurnalis. Terjerumus kelembah hijau nan nyaman. Bersua orang orang hebat yang memiliki hati. Bersua dengan profesi beragam namun dalam kesatuan komunitas nan tak lagi bicara siapa anda. Kebersamaan ada di dunia ini.
Pada saat itu berpikir, Buku adalah domain nya orang orang hebat, Pujangga, Intelektual, Penulis Kondang, Orang Ternama. Pendapat ini wajar saja. Tak berani awak bermimpi memiliki satu saja buku. Mana pula ada penerbit berkenan menerbitkan kumpulan artikel penulis amatir.
Selalu ada jalan, Ternyata ada jasa penerbit berbayar yang men fasilitasi semua penulis siapa saja. Syaratnya asal ada uang sejuta dua ratus limapuluh ribu rupiah maka jadilah buku. Semanat memiliki satu kitab nan tertera nama Thamrin Dahlan di sampul (cover) buku muncul kembali.
Ini negara merdeka. Tidak ada larangan menerbitkan buku. Silahkan saja asalkan buku itu karya sendiri dan tidak berupa tulisan provokasi melanggar Pancasila dan UUD 45. Jadilah terbit buku Bukan Orang terkenal tahun 2012. Betapa bahagianya keluarga besar Petokayo ketika ada anak keturunan 5 generasi memecahkan rekor menjadi penulis yang memiliki Mahkota.
Waktu berjalan begitu cepat. tahun 2018 tanpa terasa sudah 20 buah buku diterbitkan. Bundo Kanduang beramanah, jangan memajukan diri sendiri. Ajaklah teman teman menerbitkan buku. Itulah sebab bersebab berdirinya Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) 29 Juli 2019.
YPTD memikili kewenangan mengusulkan International Standard Book Number (ISBN) ke Perpustakaan Nasional. Buku wajib ber ISBN agar resmi tercatat abadi di tingkat Internasional dan Nasional. Sejak saat itu menerbitkan buku menjadi lebih mudah. Tidak ada lagi ketergantungan kepada Penerbit luar.
10 buku dengan derasnya terbit dalam setahun sehingga genaplah TD mengkoleksi 30 buku Luar biasa kata Uni Husna, SH Pensiunan Notaris sembari ber ucap, ; .
“Ingat adekku Thamrin, jangan maju sendiri, sekali lagi Uni berpesan ajak teman teman Adinda menerbitkan buku, bantu mereka dengan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan”
Innalillahi wainnailahi rojiun. Uni Wafat. Astaqfirullah. Amanah itu wajib dirunaikan. Alhamdulillah YPTD kini telah bergerak keluar. Membantu teman teman menerbitkan buku ber ISBN tanpa Biaya. Bang Ajinatha menyebut YPTD Membuka Kran Literasi.
Warisan harta benda Uni sebagian besar diwakafkan untuk modal awal mendanai penerbitan Buku Tanpa Biaya. Inilah amalan jariah Almarhumah Hj Husna Darwis binti Haji Dahlan nan tidak akan terputus. aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Subhanallah, semoga upaya kita bersama membesarkan YPTD ikut serta memberi sumbangan meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia terwujud atas izin dan redha Aalah SWT. Aamiin.
Salamsalaman
YPTD
Aamin, semoga menjadi amal sholeh dan amal jariah yg terus mengalir deras, aamiin