Sepulang ibadah umroh adik bungsu mendapat gelar kehormatan. Gelar secara resmi diberikan oleh Bundo Kanduang Kaum Petokayo kepada Ir. Muhammad Yahya bin Haji Raden Dahlan ibnu Affan. Gelar Sutan Duri Hanyut memang sangat pantas dan layak disandang Yahya bersebab kegemaran berbicara dengan siapa saja.
Tak soal yang diajak ngomong itu di kenal atau tidak, si Bungsu ini memang mampu berdiskusi ber jam jam. Tentu saja lawan bicara Yahya harus seimbang dalam artiam punya hobby sama. Kalaupun teman bicara diam saja maka Yahya terus saja ngomong, Ada saja topik yang dibahas berkenaan wawasan Alumni Institute Pertanian ini cukup luas.
Sejak kecil dipangkuan Ibunda Hj Kamsiah binti Sutan Mahmud, Yahya memang anak kesayangan. Betapa tidak, takdir menetapkan semasa dilahirkan kaki si bungsu berada pada poisisi terbalik. Dengan cacat bawaan seperti itu dia tidak bisa berjalan seperti orang normal.
Bersyukur Mamak berkeras hati mengusahakan operasi tungkai di Rumah Sakit Pertamina Bajubang Jambi. Alhamdulillah kaki Yahya bisa dibalikkan menjadi normal. Adinda ku ini tidak perlu menderita berjalan kencot sampai di hari tua.
Dalam proses penyembuhan kaki di gift beratnya bukan main. Mamak dengan penuh kasih sayang selama berbulan bulan mengendong Yahya sembari bercerita hikayat melayu. Bisa jadi pengajaran Mamak terkait kisah kisah itu tersimpan dalam memori (ingatan). Mungkin inilah yang membuat Yahya gemar bercerita di kerumuni anak keponakan semasa masih di Tempino Jambi.
Gelar Sutan Duri Hanyut (SDH) bermakna filsafat kehidupan. Duri merupakam bagian dari pepohonan yang sangat runcing dan tajam. Tahu sendirilah ketika duri hanyut di air sederas apapun dia pasti tersangkut. Duri menyangkut di rerumputan atau benda apa saja yang di lalui sepanjang pinggiran sungai.
Begitulah tabiat Yahya ibarat duri hanyut. Bertemu atau berpapasan dengan orang lain dijalan atau dimanapun selalu saja bebincang. Kalau sedang ngobrol tak tentu waktu bisa berjam jam, Terkadang dia lupa kemana tadinya tujuan berjalan. Soal lapar dan haus tidak menjadi halangan karena seseorang itu kalau hobby maka semua terlupakan..
Awak tak paham apakah Yahya yang kini menetap di Palembang itu orangnya ramah tamah sehingga bisa bergaul dengan semua golongan. Atau memang pensiunan PT Kimia Farma ini punya misi dakwah. Mungkin pula tabiat ini sejenis penyakit sekali lagi awak sebagai sauadara sekandung tak habis pikir.
Tabiat SDA semakin menjadi jadi ketika berada ditanah suci Madinah dan Makkah. Satu ketika rombongan umrah akan ziarah. Tunggu punya tunggu Sutan Duri Hanyut belum juga tampak. Kepala Sekolah SD Ibu Guru Nuraini istri SDH tampak cemas,
Padahal sudah di wanti wanti jangan berlama lama di jalan, kita mau ziarah di tempat tempat sejarah di Madinah. Berhubung SDH belum juga tampak akhirnya diputuskan oleh ketua rombongan Yahya ditinggal. Seorang pengurus ditugaskan menunggu dan nanti bisa menyusul ke tempat wisata religi..
Kebon kurma Madinah menjadi saksi. Yahya minta maaf kepada Bundo Kanduang Hj Husna SH bin Dahlan Ibnu Affan
” Yahya tadi sedang bicara dengan jamaah dari India sehingga lupa waktu”
Kami sanak saudara termasuk sepupu Ibu Bidan Darna hanya bisa mengelus dada, dimarahi awak sudah sama sama tua, Mau di di omelin percuma karena tabiat nyangkut atau hobby ngomong itu sulit di ubah.
Selama prosesi Umroh Maret 2017 kami ber lima saudara bersama 30 jamaah Caraka Travel menikmati suguhan cukup memuaskan baik akomodasi, transportasi maupun konsumsi. Hanya saja SDA agak sulit di ajak jalan bersama menuju Masjid apalagi ketika pulang. Dia suka berjalan sendiri berkelana entah kemana dan tentu ngobrol dengan jamaah manca negara menggunakan Bahasa Inggris dan sedikit bahasa Isyarat.
Desember 2017 kami mudik ke Tempino, Bajubang Jambi beserta rombongan Uni Ana, Bundo Kanduang, Haji Thamrin Dahlan, Susi, Marlisa Notaris dan Doni beserta isteri bertemu lagi dengan Ibu Bidan Darna dan SDH berserta Ansyori. Tujuan ke Jambi selain untuk silaturahim dengan keluarga besar Petokayo juga memperbaiki nisan Almarhum Uda Erdwan Syaridin dan ziarah ke maqam sanak anak family.
Lanjut kisah kami berjumpa lagi dengan SDH di Pasar Tempino Rabu 6 Desember 2017 pkl 13.00 bersamaan kegiatan memasang Banner besar terkait sejarah Belanda mampir di Tempino. Satu hal ada juga sisi positif bukti tak terbantahkan faedah orang suka bicara seperti Sutan Duri Hanyut. Yahya sangat di senangi sanak keluarga karena suasana menjadi ramai riang gembira mendengar gelak tawanya yang khas berderai derai sambil berbicara tak putus putus.
Gelar SDH memang cocok sekali untuk Ir Yahya ketika kami terbahak bahak mendengar laporan kemenakanda Ansyori. Pasalnya Ansyori yang juga menetap di kota mpek mpek merasa bersyukur berkendara dengan Pak Etek Yahya dari Palembang ke Jambi. Jarak sejauh 270 Km ditempuh selama 7 Jam perjalanan darat dirasakan Ansyori tidak terasa lama dan capek. Soalnya dia merasa terhibur dan tidak pula mengantuk bersebab di sebelahnya ada radio ech maap tape recorder juga bukan yang terus bersuara tanpa putus,….. j
adi ada juga faedah SDH hahahahaha ya
Salam L1terasi
BHP111220
YPTD