Perusuh Tersesat di Malioboro

Perusuh Tersesat di Malioboro

 Catatan Thamrin Dahlan

Perhelatan Perusuh 2 hari 1 malam usai sudah. Ahad 16 Desember 2023. di lobby Hotel Colombo Prambanan kami erat berjabat tangan,  kompak terucap Sampai Ketemu 2024.

Fiona Handoko berbaik hati mengantarkan kami ke stasiun Kereta Api Tugu Jogyakarta. KA Taksaka Jogya – Jatinegara berangkat pukul 20.45. Masih banyak kesempatan wisata di kota Pelajar ini. Pilihan utama jalan jalan di Malioboro.

Mbak Dhiepha rekomendasi ada warung makan super maknyus dekat dekat Malioboro. Titik tanda ATM dan Masjid. Mobil Toyota kijang bergerak perlahan  ketika memasuki kawasan wisata.

“Nah itu titik tandanya”

Icap Pak Arif  sembari menunjuk bangunan Masjid sebelah kiri jalan. Bersegera Saya, Papa Mario dan Mas Arif turun dari mobil.  Fiona dan Mas Kuswandi beringsut dikemacetan mencari area parkir.

Lihat sana tengok sini,  bertanyapun sudah namun  warung makan disekitar 2 titik tanda belum  diketemukan. Sementara lambung tengah mulai protes. Via WA ber komunikasi ke Mbak Dhiepha sambil saling mengirim foto titik tanda.

Waduh, ternyata titik tanda sudah benar hanya  kurang 1 keterangan lagi , : Pasar Beringharjo.

“Maaf ya Pak Thamrin dkk silahkan berjalan sedikit lurus kedepan”

Perkiraan menuju warung lezat hanya sepelemparan batu anak kecil. Tidak jauh perkiraan. Tetapi setelah berjalan ditengah keramaian Wisman sepanjang Malioboro belum tampak juga warung makan itu.

Mas Kuswandi dan Arif serta Fiona berjalan didepan.  Saya bersama Ayahanda Fiona 80 tahun agak pelan beringsut.  Maklum usia tidak bisa dibohongi. Apalagi tadi pagi sudah senam dansa diiringi 24 lagu sangat menyita tenaga.

Untunglah perjalanan ini terhibur oleh pemandangan pelancong manca negara.  Sembari ngobrol tepatnya   mendengarkan kisah hidup Papa Mario.  Kisah haru biru ketika masa muda bekerja di hutan Provinsi Riau.  Menebang kayu besar di rimba raya mengikuti Boss Hak Penguasa Hutan (HPH).

Malioboro kini banyak berubah. Tempat pejalan kaki sangat lapang, Dahulu kala tortoar ini penuh dengan pedagang makanan lesehan dan pengamen serta penjual oleh oleh. Pemda Jogya berhasil memuliakan tempat wissata terkenal sesudah Bali.  Nyaman, bisa duduk duduk diantara rayuan tukang becak dan delman mengajak keliling ngayogyakarta.

Wah sudah berjalan 25 menit. Entah berapa langkah belum juga tampak tanda tanda tempat dituju.

“Sabar Pak, Sebentar lagi sampai”

Papa Mario menghibur, saya jadi malu sendiri.  Beliau diusia super Lansia masih kuat. Ceria dan ternyata pembaca setia disway.id dan majalah tempo.  Obat pikun sangat mujarab itu Beliau banyak membaca dan aktif berkomunikasi.

Akhirnya sampai juga.  Mbak Dhiepha minta maaf sekali lagi.  Memang ada Gerai ATM dan Masjid di Pasar Beringharjo. Lansung saja pesan makanan.  Semua ada,  khas kudapan Jogya .  Sate kere, pecel, soto sate ayam dan apa lagi saya tidak bisa dirinci saking laparnya

Warung Mbok Sum ramai sekali siang itu. Agak berdesak desak duduk.  Benar sekali rekomendasi Mbak Dhiepa yang nanti se KA dengan kami. menikmati makanan disini hanya dua rasa. Enak dan enak sekali.

Kami agak berselisih paham perihal jarak tempuh antara 2 titik tanda.  Menurut Bang Kuswandi kita tadi berjalan hampir 3 Km.  Pak Mario alias Fiona Handoko bilang cuma 2 km koq. Untunglah Papa Mario  menengahi.

“ Saya tadi hitung langkah dan benar kita berjalan 2.5 km”

Inilah salah satu kisah nyata Perusuh tersesat memberikan banyak kenangan. Pertama ketika berjanji akan bertemu disatu tempat alamat harus jelas. Paling tidak wajib ada 3 titik tanda.  2 Titik Tanda tidak cukup karena ATM dan Masjid ada dimana – mana.  Ketika ditambah satu titik tanda pasti alamat ketemu.  Pasar Beringhardjo.

Terima kasih Pak Mario dan Papa.  Beliau berdua langsung ke Semarang. Kami warga Ibu kota  menunggu di Stasiun Tugu,  5 jam lagi.  Ke Jakarta Aku Kan kembali terngiang lagu di ponsel tetangga

  • Salamsalaman
  • BHP, 21 Desember 2023
  • TD

 

 

Tinggalkan Balasan