Nama : Vernanda Octavia
Nim : 21054
T.K : 1A
Pembelajaran Jarak Jauh
Pada masa Pandemi Covid – 19 ini pembelajaran di Indonesia atau bahkan hampir diseluruh dunia pasti mengalami gangguan. Mulai dari gangguan teknis pembelajaran sampai gangguan pada psikologis guru dan peserta didik.Nah, gangguan-gangguan ini tentu saja menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan.
Tak terkecuali dengan dunia pembelajaran di sekolah, semua kalang kabut sehingga terkesan tak siap menerima perubahan mendadak ini. Virus corona datang tiba-tiba saja tak diundang menyeruak menjangkiti manusia. Termasuk menjangkiti dunia pendidikan di Indonesia.
Selama wabah corona menjangkit hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai instansi pendidikan telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di masyarakat. Bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan. Mereka menganggap untuk membuat siswa memahami materi, cara daring dinilai sulit.
Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemah, alat penunjang yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik atau guru yang mengemban tugas negara.
Meskipun begitu pembelajaran harus terus berlanjut, setiap sekolah termasuk para stafnya tak kehilangan akal untuk mencari solusi segala kekurangan di tengah mewabahnya pandemi. Para guru memiliki cara masing-masing dalam menyikapi kekurangan ini.
Contohnya seperti mengakali pembelajaran di tengah pandemi ini kebijakan merombak jadwal mata pelajaran diberlakukan demi menunjang kenyamanan dan kemampuan para siswa setiap harinya. Mata pelajaran yang diberikan dalam satu hari hanya ada beberapa jenis saja.
Hal ini diharapkan dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar, selain itu juga dapat menjadi solusi efektif agar peserta didik memiliki waktu lebih lama dengan gurunya. Harapannya adalah agar para siswa bisa memahami materi lebih baik lagi, meskipun dalam kasus ini dapat menyita banyak kuota internet bagi siswa maupun guru.Meskipun begitu bukan hal baru namanya jika tidak menemui banyak masalah.
Menurut saya kegiatan pembelajaran daring ini tidak efektif seperti kegiatan belajar mengajar secara luar jaringan (luring). Sedangkan di dalam kelas dengan proses belajar secara tatap muka saja masih banyak yang bingung dan bertanya berulang-ulang apalagi jika harus melalui daring.
Pada kenyataannya internet sering lemah dan smartphone para siswa yang kadang tidak mumpuni dan memang beberapa materi harus dijelaskan secara langsung.
Seperti itu pula yang saya rasakan dalam proses pembelajaran daring khususnya kali ini dengan materi diskusi. Pada materi ini idealnya para siswa saling bersemuka dan berkomunikasi dengan suara untuk melaksanakan proses diskusi. Hal ini tentu membutuhkan kuota internet yang lumayan banyak, sementara tidak semua orang tua siswa adalah orang yang mampu. Seperti yang kita tahu bahwa kuota internet begitu mahal, apalagi melihat faktor ekonomi di tengah pandemi ini sungguh dapat membuat krisis tiap rumah tangga bahkan perusahaan besar.
Nah berdasarkan beberapa pengalaman mengajar secara daring selama ini, sistem pembelajaran memang efektif tapi menurut pendapat saya hanya efektif untuk memberi penugasan saja. Melihat banyaknya faktor yang dialami oleh para guru maupun siswa. Selain itu tugas yang diberikan kepada siswa seringkali menumpuk dan membuat para siswa dapat menjadi stres.
Pembelajaran Secara Daring tidak ada kebutuhan fisik seperti ruang kelas. Guru dan murid dipermudah karena bisa belajar dan mengajar di mana saja dan kapan saja meskipun dalam jarak yang jauh. Bagi murid lebih luwes dan dinamis mengatur waktu. Murid dapat belajar kapan saja. Tentu saja hal tersebut bisa menguntungkan bagi murid yang tidak tidak memungkinkan dan tidak punya banyak waktu untuk datang ke kelas secara fisik.
Sebenarnya masih banyak kelebihan dam kekurangan diantara pembelajaran daring, online dan pembelajaran tradisional, tatap muka. Hal yang paling penting adalah kesadaran bersama mulai dari guru, peserta didik, orang tua dan masyarakat untuk terus semangat belajar dan memotivasi diri untuk berubah menjadi lebih baik dan untuk pemerintah pusat, Provinsi dan kabupaten terima kasih atas semua yang diberikan kepada kita sebagai masukan untuk semuanya kita harus bersinergi, menghadapi pandemi ini bersama – sama, sesuai dengan identitas Negara Indonesia “Gotong royong”.Usaha dan do’a wajib kita lakukan demi pendidikan Indonesia yang maju dan beradab.
Pada gilirannya dengan kondisi kesehatan yang baik maka pembelajaran tatap muka secara bertahap bisa dilakukan dan duka dalam proses pendidikan bisa diminimalisasi dan terwujud adalah suka yang di inginkan peserta didik.