MENEMUKAN BENTUK UNIK DARI PUISI SAPARDI

 

Judul buku                            : MASIH INGATKAH KAU JALAN PULANG 

Karangan                                 : Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sedu

Penerbit                                   : PT Gramedia Pustaka Utama

Jalan gedung Kompas Gramedia Blok 1 lantai 5 Jalan Palmerah Barat 29-33 Jakarta 10270

Editor                                      :  Mirna Yulistianti

Desain sampul dan ilustrasi     : Rintik Sedu

Penerbit                                   :  PT Gramedia Pustaka utama anggota ikapi Jakarta tahun 2020

 

Kali ini meresensi buku berjudul Masih Ingatkah Jalan Pulang karya Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sendu. Buku dengan tebal 104 halaman.

Kolaborasi dua  penulis antara  Sapardi Djoko Damono  dan Rintik  Sedu. Proses penulisan,   Sapardi Djoko Damono  mendengarkan Rintik Sedu bercerita. Cerita antara  perempuan dan laki-laki. Sedangkan Rintik Sedu menulis cerita Rintik Sedu.  Menulis semua yang didengarkan, menjadi sebuah karya yang dibukukan ini.

Awalan atau  pengantar bila dalam buku biasa.  Selanjutnya menyampaikan judul Ketukan Pintu memaknakan ketukan pintu ini merupakan pembukaan. Menyampaikan  tentang Nadhifa Alya Tsana yang berpesan. Pesan lewat email saja karena Nadhifa AliyaTsana berpendapat,  cinta itu akan tetap menguasai segalanya walaupun tidak secara jelas diungkapkan.

Bagian  ketiga mempunyai judul Sila Masuk.  Menyampaikan  puisi yang tersusun dari kata yang pendek.  Terdiri dari tiga sampai empat kata saja. Larik demi larik puisi   yang seakan merupakan dialog .  Pada baris pertama ditandai dengan tulisan yang dicetak miring  pada kata pertama dan tegak  bagi kata selanjutnya. Kalimat yang berada paling atas merupakan sebuah tema. Tema yang akan disampaikan pada baris puisi yang berada di bawahnya. Contohnya pada baris  berikut:

 

Malam ini kita mencari-cari (malam ini dicetak tebal)

Ingatan yang menjadikan kita ada

 

Malam ini ingatan menatap kita

“Kalian ada di mana?”

 

Malam ini kita bertanya

Apakah tempat makan kita bisa ada?

 

Malam ini di depan dan kita

Saling mencari sampai pada tiba.

 

Puisi yang ditampilkan pada halaman 49 baris 3, 4,  5, 6, dan 7 mempunyai tema tentang malam seperti yang tertulis baris pertama. Mari kita bandingkan dengan  puisi berikut:

 

Jujur ajalah kau masih

Sayang padaku

Apa nggak, sih?

 

Bagaimana menjawabnya, coba

Kau bilang aku ada

Di bawah kulitmu. Aku suka

merayap di situ

Kok gak malah tanya aneh-aneh gitu…

 

…………………..

 

Pada puisi kesatu bertema tentang malam. Pada puisi kedua bercerita tentang kejujuran. Disimpulkan bila baris pertama merupakan tema daka puisi.

Uniknya lagi pada halaman 27 ada  bentuk puisi yang  ditulis terus sepanjang 13 bari dengan dua kalimat seperti paranggraf. Bentuk seperti ini perlu pemahan tinggi. Tidak semua orang mampu langsung memahami sekali membaca. Harus beberapa kali. Itu saja kalau mampu.

Padahal halaman 95. Sebagai penutup menyampaikan berjudul Sampailah Sudah Sekiranya.Merupakan suatu penutupnya masih menyampaikan ucapannya.

Kelebihan dari buku ini mempunyai bentuk puisi yang lain. Bila dibandingkan Mempunyai daya tarik tersendiri.  Disampaikan seperti monolog dengan rangkaian kata-kata yang indah.

Buku berjudul Masih Ingatkah Jalan Pulang ini sangat mini. Ukuran yang tergolong kecil,  sehingga orang yang membacanya merasa kurang. Terlalu sedikit puisi yang disampaikan.

Biodata penulis menggunakan judul  Tentang Sapardi. Sapardi Djoko Damono  Lahir tahun 1945. Menyampaikan  Trilogi Sukranti  dan Trilogi Hujan Bulan Juni yang sangat terkenal itu. Berkolaborasi dengan Rintik Sedu. Dari dua  tulisan ini mendapatkan 7 penghargaan dari dalam dan luar negeri. Beliau menjadi Hakim di Solo.  Mengajar di beberapa universitas di Jawa Timur Jawa Tengah,  dan menetap di Jakarta sebagai Dekan  Fakultas sastra UI.

Pada halaman 104 terdapat biografi Rintik Sedu yang merupakan nama pena seorang perempuan. Nama asli Nadhifa Aulia akrab dipanggil paus.

Tinggalkan Balasan