Guru penggerak itu adalah guru yang terbaik. Mereka peka terhadap kondisi lingkungannya. Tidak sibuk dengan urusan pribadinya. Mampu menggerakkan orang lain untuk dapat tergerak dan bergerak bersama dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Begitulah yang Omjay pelajari dari kawan-kawan yang sudah menjadi guru penggerak Indonesia. Mereka bukan sekedar aktif secara kognitif di LMS, tapi juga aktif bergerak di masyarakat. Keberadaannya sangat dibutuhkan dalam masyarakat berpengetahuan. Guru bukan sekedar pemimpin pembelajaran di kelas, tetapi juga di masyarakat.
Pagi ini, hari Minggu, 19 Februari 2023 Omjay dan saudara lainnya sudah berada di desa Lebak anyar, kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Omjay diminta oleh pengurus yayasan untuk hadir menyaksikan secara langsung pengecoran gedung madrasah Raudatul Jannah tahap kedua. Alhamdulillah duet maut dua orang pensiunan pertamina dan PLN, membuat pembangunan madrasah raudatul jannah dapat berjalan sesuai dengan rencana. Mereka adalah guru penggerak yang sebenarnya. Omjay belajar dari semangat mereka membangun dan mengelola madrasah dengan baik.
Alhamdulillah berkat bantuan dari para donatur, sedikit demi sedikit pembangunan madrasah Raudatul Jannah dapat terwujud. Kita berencana membangun aula di lantai dua sehingga ada tempat anak-anak berkumpul dan bisa dijadikan aula serbaguna.
Pagi hari, Om Oi (adik almarhum ayah Omjay) yang merupakan pensiunan PLN sudah tiba di rumah Omjay di Jatibening Bekasi. Beliau bercerita dan berbagi kisah menjadi seorang pemimpin. Om Oi cerita pernah menjadi ketua RT selama 4 periode dan dipercaya oleh pimpinan PLN uantuk mendapatkan tugas-tugas negara yang tidak biasa. Berkat jasanya itu, beliau dipanggil Mr. Hans oleh para petinggi PLN.
Pembangunan madrasah Raudatul Jannah di Purwakarta dapat terwujud berkat adanya guru penggerak. Di sekolah kami ada seorang kepala sekolah dan 4 orang guru yang terus bergerak mencerdaskan generasi emas Indonesia. Bagi bapak ibu saudara yang siap membantu memberikan donasi dapat menghubungi Omjay di wa 08159155515. Atau transfer donasi ke rekening BNI Wijaya Kusumah 0144707072. Sekecil apapun donasi yang diberikan, akan sangat membantu kami dalam pembangunan madrasah ini.
Alhamdulillah, hari ini Omjay mendapatkan banyak donasi dari kawan-kawan di PGRI. Semoga bisa dimanfaatkan untuk membangun dua ruangan tempat belajar anak-anak yang semakin banyak muridnya.
Sekolah kami menerima anak-anak yatim piatu dan kurang mampu untuk menjadikan mereka generasi qurani dan berkarakter. Sekolah peninggalan almarhum Kakek ini sekarang dikelola oleh anak-anaknya. Sebagai cucu dari MA Dimjati, Omjay diminta untuk ikut membantu mengelola madrasah ini. Mohon doanya terus berkembang sesuai dengan cita-cita almarhum kakek.
Alhamdulillah respon dari masyarakat sekitar begitu kuat sehingga madrasah raudhadul jannah terus berkembang dan sudah dimulai pembangunan madrasah tahap kedua. Berkat kerja keras para guru penggerak, alhamdulillah madrasah ini dapat terkelola dengan baik dan banyak mendapatkan pujian dari masyarakat sekitar.
Namun, dalam kebahagian ada kesedihan. Om Cecep (pensiunan Pertamina) yang ditunjuk sebagai ketua Yayasan MA Dimjati mendapatkan ujian. Beliau terkena stroke dan sedang menjalani pengobatan. Beliau yang biasanya bicara lancar, kini menjadi cadel dan terkadang kurang bisa dipahami bicaranya. Tangan kirinya masih belum bisa digerakkan. Mirip seperti yang Omjay alami ketika terkena serangan store yang pertama.
Pembangunan madrasah Raudatul Jannnah tetap dilaksanakan, walaupun Om Cecep sakit. Mohon doanya, Om Cecep (ADIK almarhum AYAH OMJAY) kembali sehat dan bisa memimpin yayasan MA Dimjati dengan baik bersama para guru penggerak di sekolahnya.
Usai menengok Om Cecep dan melihat langsung pengecoran madrasah, kami mampir ke makam nenek dan kakek di pemakaman keluarga. Kakek Omjay adalah seorang guru dan bersama-sama Buya Hamka mendirikan AL AZHAR Kebayoran Baru. Selama Buya Hamka ditahan pemerintahan Bung Karno, kakek dan kawan-kawan guru penggerak lainnya yang memimpin sekolah sehingga menjadi besar seperti sekarang ini.
Cerita itu Omjay dapatkan langsung dari Om Oi adik ayah Omjay. Beliau bercerita, banyak murid dari kakek yang sudah sukses dan memimpin negeri ini. Omjay bersama kakak Omjay (Ata dan Wiwik) serta adik Omjay (Nunung), ikut bersama Omjay ke Purwakarta dan mengunjungi makam kakek dan nenek. Adik Omjay terpilih menjadi guru pengejar praktik guru Penggerak Kemdikbudristek.
Guru penggerak itu tidak lahir secara instan. Dia melalui proses yang panjang. Tidak cukup hanya menjalani 6 bulan pendidikan. Sebab belajarnya setiap hari dan berbagi ilmunya setiap saat. Hidupnya hanya memberi dan tak harap kembali. Guru penggerak memiliki falsafah hidup yang sangat bagus sekali. Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyak. Setiap hari melakukan kebaikan dan mengajak muridnya untuk melakukan kebaikan sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Pulang dari Purwakarta, kami menengok ibu Ijah di Karawang. Beliau istri kedua ayah. Setelah ibunda Omjay meninggal, ayah menikah lagi 7 tahun kemudian. Kami tetap menyayangi ibu beliau meskipun ayah telah tiada. Kami tidak pernah menganggap ibu Ijah sebagai ibu tiri, tapi sudah seperti ibu Kandung kami sendiri.
Demikianlah sedikit kisah Omjay hari ini. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana. Guru penggerak adalah guru terbaik. Kebaikannnya akan dirasakan banyak orang walaupun telah tiada. Lihat saja para tokoh bangsa di bidang pendidikan. Seperti Ki Hajar Dewantoro yang sellau menginspirasi kita sepanjang masa. Tak terasa hari ini sudah mengunjungi dua kota di Jawa Barat. Kota Purwakarta dan Karawang. Hujan deras menemani kami sepanjang perjalanan pulang.
Salam blogger persahabatan
Omjay