Keajaiban Menulis Membawa Guru Pinggir Hutan Go Internasional

Humaniora0 Dilihat

Keajaiban Menulis Membawa Guru Pinggir Hutan  Go Internasional

Tri Agustin Kusumaningrum, S.Pd

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lazim dipanggil bu Tri Agustin K, berprofesi sebagai seorang guru SD. Keseharian saya mengajar di SDN 002 Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Tinggal di seberang kawasan hutan Taman Nasional Kutai seolah membuat persepsi orang lain sedikit merendahkan guru pinggir hutan  yang jauh dari kemajuan teknologi. Namun hal tersebut tidak selamanya benar.

Berkecimpung di dunia Pendidikan sudah sejak tahun 2000 namun mulai serius menulis buku di tahun 2015, sebuah buku pendamping pembelajaran muatan lokal SD di Kutai Timur. Berlanjut dengan menulis artikel tentang metode Edutaiment untuk Guru Pembelajar dalam Simposium Nasional 2016. Pada tahun 2017 saya memberanikan diri untuk mengikuti lomba Guru Prestasi dan sukses menjadi juara 1 Guru berprestasi Tingkat Provinsi Kalimantan Timur selanjutnya mewakili Kalimantan Timur ke Nasional. Tak berhenti sampai disitu saya tetap menulis sebuah buku berjudul “Jelajah Arsitektur Lamin Suku Dayak Kenyah.” Buku ini pun memenangkan lomba penulisan, khusus buku bahan bacaan anak  GLN 2018  yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini menunjukan tidak semua guru dari pinggiran hutan tidak mumpuni kompetensinya.

 

Dalam setiap seleksi yang saya ikuti, merupakan ujian yang sangat berat. Tetapi dia percaya bukan hanya kompetensi dan kemampuan yang menjadi penentu. Melainkan harus diiringi oleh doa restu dari orang tua.

 

Berkat prestasi tersebut sebuah apresiasi yang membanggakan dan tidak disangka-sangka saya mendapatkan kesempatan kunjungan belajar  ke Tiongkok. Kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan Latihan di Science, Technology, Engeneering, and Math (STEM) dan HOTS di Jiangsu Vocational Institute of Architectural  Technology merupakan pencapaian yang membanggakan sekaligus mengharukan. Hanya berbekal kemampuan literasi dapat mengantarkan saya ke suatu negara yang kuat dalam tradisi literasi. Kuatnya tradisi membaca tersebut membuat saya semakin penasaran dan ingin membuktikan kebenaran tersebut.

 

Generasi muda Tiongkok sangat memahami perkembangan teknologi, kecanggihan robotic, produsen gawai dan komputerisasi di segala aspek banyak dijumpai di setiap sudut sekolah, musium samai pasar. Seharusnya berdampak pada  rendahnya minat baca.

Tiongkok merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Data terbaru pada tahun 2019 menunjukkan jumlah penduduk Tiongkok lebih dari 1,4 miliar jiwa. Namun demikian, Tiongkok menjadi salah satu negara maju dengan jumlah pendapatan per kapita tinggi. Ternyata Tiongkok tercatat menerbitkan 28% dari total seluruh buku yang diterbitkan di seluruh dunia, tingginya jumlah buku yang diterbitkan oleh setiap negara menunjukkan budaya membaca, literasi negara tersebut.

 

Kemajuan teknologi di negeri tirai bambu tersebut tidak menggerus tradisi lama yang ada. Salah satunya adalah budaya membaca dan menulis . Terbukti Tiongkok menjadi negara yang paling banyak mencetak buku di dunia. Tercatat pada tahun 2015, Tiongkok menerbitkan 1,6 juta judul buku baru, termasuk edisi revisi.  Data tersebut dikeluarkan oleh International Publishers Association (IPA), sebuat organisasi non-profit yang berbasis di Jenewa, Swiss.

 

Empat provinsi di Tiongkok, Beijing, Shanghai, Jiangsu dan Zhejiang, menduduki peringkat teratas dalam survei kemampuan pelajar PISA (Programme for International Student Assessment) versi OECD yang hasilnya dirilis di Paris.

 

Survei PISA dilakukan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan OECD setiap tiga tahun di antara 37 negara anggotanya ditambah 42 negara mitra dagang dan ekonomi. Survei terbaru memuat data-data dari tahun 2018.

 

Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT  karena akhirnya penasaran saya terjawab. Pada hari ke -7 saya berkesempatan  Belajar Seni Kaligrafi Tiongkok (Hanyu Pinyin) langsung di bawah bimbingan Prof. Xueli Chen . Diawali dengan memberikan materi tehnik dan cara menulis kaligrafi Tiongkok.

Kaligrafi Tiongkok adalah seni menulis tanda-tanda bahasa yang ditulis mengunakan kuas. Sejak 3000 tahun yang lalu telah ada dan terus berkembang. Nilai seni kaligrafi ini dapat ditemukan dalam ritmedan garis pembentuk karakter yang sangat unik. Berawal dari semacam simbol-simbol yang menyerupai benda yang dimaksud, kemudian diubah dan berkembang terus berubah menjadi huruf (hanze) yang sifatnya diperindah.

 

Dalam kaligrafi Tiongkok sangat mengedepankan aspek-aspek utama, antara lain : Rasa estetika, kekuatan garis, struktur karakter, dan harmoni dalam tulisan. Tatacara penulisan kaligrafi Tiongkok yang benar adalah ditulis dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah. Cara membaca dari atas kebawah dari kanan ke kiri.

 

Uniknya penulisan kaligrafi ini memerlukan jiwa karena hasil tulisan akan menggambarkan karakteristik penulisnya dan mengekspresikan diri. Dalam penulisannya secara otomatis mengatur pernafasan, keluwesan pergelangan tangan, hampir sama dengan proses meditasi dalam yoga. Sehingga sangat baik untuk kesehatan.

 

Saat ini tulisan Tiongkok menjelma menjadi sebuah seni menulis. Demi pelestarian budaya penulisan kaligrafi Tiongkok wajib diperkenalkan sejak TK sampai Universitas. Kesulitan dalam kaligrafi dianggap lebih tinggi dari belajar musik, lukisan, patung atau puisi. Terkadang banyak dijumpai seni ini memadukan antar gambar dan tulisan  yang berisi peribahasa, pepatah dan puisi.

 

Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan contoh dengan cara beraktraksi langsung menulis kaligrafi di atas sebuah gulungan kain grib air reusable menggunakan kuas dan tinta yang sudah di sediakan. Masing-masing peserta secara bergilir diberi kesempatan untuk melihat secara langsung cara menulis kata dalam tulisan kaligrafi Tiongkok. Selesai kegiatan tersebut semua peserta di wajibkan untuk mencoba menulis sendiri kata / kalimat yang diinginkan seperti kata: Indonesia, nama sendiri, atau kalimat lain yang diinginkan.

 

Sebagai wujud terimakasih saya mempersembahkan buku (tulisan saya sendiri) untuk sang professor yang telah berbagi ilmu. Saya berharap beliau sudi membaca tulisan saya dan bisa memperkenalkan budaya Kalimantan Timur ke manca negara.

Terakhir, sebuah angan terpatri, rencana kedepan jika Allah berikan kesehatan dan kesempatan, Saya berkeinginan menulis banyak buku dan memotivasi orang lain untuk mau menulis.

 

Membacalah untuk mengenal dunia, menulislah agar dikenal dunia, karena menulis telah membawa saya sampai ke Luar negeri. Nashat indah penuh makna dari Bapak Pramoedya Ananta Toer  “Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

 

Salam Literasi dari guru pinggir hutan TNK

 

Tinggalkan Balasan