Kata Pengantar Buku Jejak Jemari di Masa Pandemi

Edukasi, Humaniora168 Dilihat

Kata Pengantar Guru Blogger Indonesia

Untuk Buku JEJAK JEMARI DI MASA PANDEMI Karya ibu Apriati Ningsih, S.Pd

Buku Jejak Jemari di Masa Pandemi

Malam ini saya tak bisa tidur. Ibu Kanjeng mengingatkan saya untuk membuat kata pengantar buku Jejak Jemari di Masa Pandemi. Sebuah buku karya emas yang dituliskan oleh ibu Apriyanti Ningsih, S.Pd. Seorang guru tangguh berhati cahaya.

Saat isolasi mandiri seperti sekarang ini, saya menghadapi 2 dilema. Satu sisi saya senang tidak kemana-kemana, tapi di sisi yang lain saya merasa terpenjara, karena tak bisa kemana-mana seperti biasanya. Saya tak bisa berkelana lagi dari satu kota, ke kota lainnya.

 

Virus Corona telah menyerang tubuh tambun ini dan hasil swab menunjukkan positif Covid-19. Saya tak boleh kalah dan pasrah melawan virus corona. Oleh karena itu saya akan terus berkarya untuk memotivasi para guru Indonesia. Terutama untuk para guru yang sedang belajar menulis dan menerbitkan bukunya.

 

Membaca buku karya ibu Apriyanti Ningsih ini membuat saya termotivasi untuk ikut meninggalkan jejak jemari di masa pandemi ini. Setiap hari saya menulis dari kisah nyata yang dialami, lalu membagikannya kepada mereka yang senang membaca. Buku baru saya terbitkan dengan harapan dapat membantu kawan-kawan guru dalam pembelajaran jarak jauh. Kegiatan PJJ tak lagi membosankan peserta didik. Sebab guru tahu cara mengajar secara online.

 

Orang pandai menulis karena banyak membaca dan berlatih menulis setiap hari. Tiada hari tanpa membaca dan menulis. Perbendaharaan kata akan semakin bertambah kalau kita banyak membaca. Kita tak akan kehabisan ide dalam menulis. Sebab banyak kata-kata tersembunyi di dalam alam pikiran kita. Dengan menulis saya melupakan penyakit dan berusaha untuk sembuh. Virus corona harus dilawan dengan menyebarkan virus menulis di kalangan guru Indonesia. Mereka harus menjadi orang yang sukses dalam dunia tulis menulis.

 

Kesuksesan itu butuh proses. Ibarat bertani di ladang subur. Kita akan menghasilkan padi yang bagus kalau prosesnya bagus. Luruskanlah  niat menerbitkan buku. Bukan sekedar menambah poin untuk kenaikan pangkat saja. Melainkan berbagi ilmu dan pengalaman. Ingat, berbagi itu tidak pernah membuat kita rugi. Justru semakin dibagi semakin luas ilmu yang dimiliki.

 

Saya menjadi ingat pesan pak Hakim, salah satu narsum belajar menulis PGRI. “Dengan kata kita bisa memberikan cinta”, “Dengan kata kita juga bisa memberikan luka”. Dua kalimat itu  langsung membuat saya terpukau sesaat setelah  mendengar Pak Hakim, nara sumber  Belajar Menulis malam itu memulai materinya lewat voice note WAG kelas Belajar Menulis  online kami.

 

Dengan kata kita bisa berkreasi dengan banyak hal. Kita bisa menulis puisi, menulis cerita, menulis buku, dan menulis semuanya. Sekali lagi kita mulai dari kata. Oleh karena itu kata adalah senjata kita para guru Indonesia yang ingin bangsanya maju.Tinggalkan jejak jemari anda di era pandemi covid-19 ini dengan banyak menulis dari apa yang anda sukai dan kuasai.

 

Kata adalah senjata menulis para guru, yang akan semakin tajam bila diasah dengan membaca. Kita dapat mengolah kata lebih beragam dengan berlatih menulis dan dengan banyak membaca agar kita dapat memperkaya perbendaharaan kata. Karena semua tulisan akan berawal dari kata. Menguasainya dengan baik adalah kunci untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya. Begitulah pesan Pak Hakim yang masih saya ingat.

 

Namun demikian, bagi anda para penulis pemula janganlah takut untuk menulis, karena kemampuan menulis dan membaca akan meningkat bila dilatih terus-menerus. Seperti kalimat bijak  yang diungkapkan nara sumber belajar menulis PGRI diawal perkuliahan bahwa :

 

“Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh oleh ketakutan, siapa yang tidak berani mencoba sesuatu, maka dia tidak akan menjadi siapa-siapa.”

 

 

Salam Blogger Persahabatan

OMJAY

Guru Blogger Indonesia

Blog http://wijayalabs.com

Tinggalkan Balasan