Teknik Menulis Nonfiksi Yang Memikat Pembaca (3)

Menulis itu nikmat. Sumber: Dok. Pribadi.

Menulis itu seperti memasak makanan. Semakin sederhana bumbu dan olahannya semakin nikmat rasanya. Fakta ini benar adanya, mengingat saat ini kebanyakan orang lebih memburu jajanan olahan kampong model lesehan dibandingkan masakan restoran mahal. Kenapa demikian? Menu sederhana lebih nikmat dan memiliki sensasi mengikat. Lalu, apa kaitannya dengan menulis buku nonfiksi?

Tuliskan dengan sederhana

Pernahkah Anda menyerah pada tulisan tentang artikel atau instruksi manual karena kata-katanya membuat Anda frustrasi? Jika Anda memiliki konten yang bagus, jangan terlalu luas bahasanya. Berikan nilai lebih bagi pembaca Anda dengan memotong konten naskah Anda menjadi bagian yang mudah dicerna, mudah dipahami dan mudah dipraktekkan. Semoga tulisan ini juga sudah sederhana, ya.

Tulisan dengan kalimat kompleks biasanya membosankan. Belum lagi sulit untuk memahaminya. Maka, sebaiknya dikemas dalam kalimat pendek dan kosakata yang mudah dimengerti. Ide-ide dipecah menjadi detail. Perpendek paragraph, jadikan komponen tulisan yang ketat dan sederhana.

Misalnya tulisan saya di blog berikut ini.

Helm itu membelakangi saya dengan santainya. Pikirnya hari ini tuannya tidak keluar. Jadi ia merasa santai saja dulu. Mungkin juga ia sedang mengatakan sesuatu. Mencoba mengatakannya padaku dengan tapi malu.

Tiga bulan lalu ia sibuk menemani. Kemana saja saya pergi ia setia. Tempatnya pun selalu strategis bersama saya. Di kantor ia bertengger di meja. Jarang ia kulepas santai di motor. Nanti dia raib lagi seperti pendahulunya.

Masih saya ingat, pernah suatu waktu. Ikut ibadah syukur di satu keluarga. Sebelum doa kala itu, sempat kutengok. Helm merah di depan saya  menatap. Doa dimulai, terus, hingga kata amin. Buka mata, eh helm tak kelihatan. Belajar dari sana, helm selalu menemani.

Hmmm. Kutatap lagi, ia masih pada posisinya. Tak bergeming. Nomor 46 yang mencoba menggelitik pikiranku. The Doctor, Valentino Rossi, pembalap legendaris. Pembalap yang mulai terkenal sejak Sentul. Ia eksklusif merajai kelas 125 CC. Julukannya kala itu masih titel Norifumi. Ia mengagumi pembalap Jepang Norifumi Abe. Saya lupa pastinya The Doctor melekat.

Sudah lama tak melihatnya di lintasan. Jalanan aspal moto GP akhir pekan. Beberapa tahun terakhir ia senang diasapi. Marc Marquez lah yang terhebat sekarang. Tapi tetap Rossi, the Italian master. Walau ia tak sejago dulu lagi. Tetap ia yang terbaik di mata.

K2 samar-samar mengintip di samping. Mengingatkan teman-teman guru dan tendik. Mereka yang berstatus K2 apa kabarnya. Semoga pemerintah daerah tidak memberi angin. Angin surga yang justru mematahkan semangat. Motivasi melayani pendidikan dari mereka penting. K2 memiliki hak yang sama juga. Hak untuk hidup sejahtera dan layak.

Perjuangan K2 menuntut nasib lebih baik. Perlu diapresiasi oleh semua pemangku kepentingan. Pilkada serentak sementara ditunda karena pandemi. Pilkada berpesta, jangan sampai K2 merana. Kembali kena PHP, jodoh tak jelas.

Duh, secangkir kopi melempar senyum manis. Semanis rasa dan aromanya saat kuteguk. Dari tadi juga ia telah menunggu. Mungkin juga ia sudah bertanya-tanya. Kok tuanku belum menyentuh bibirku ini. Padahal aku mulai merasa dingin lagi.

Sruupppp ahhhh, wangi dan nikmat kopi. Terima kasih memberi setitik kecerahan pikiran. Seharian kau selalu setia menanti saya. Hingga malam beranjak menggapai tempat tidur.

Nikmati kopi, nikmati hari ini.

Mari perhatikan gaya penulisannya. Setiap kalimat maksimal berisi 6 kata. Artinya, setiap kalimat singkat dan padat yang membuatnya mudah untuk dimengerti. Inilah yang saya sebut meyampaikan tulisan dengan sederhana.

Sederhanakan

Banyak novel hebat ditulis dengan gaya yang cukup sederhana. Pembaca lebih terkesan dengan cerita daripada dengan kata-kata. Kita bisa belajar pada novel karya Charles Bukowski. Jika Anda memiliki kesempatan untuk membacanya silahkan simak gaya penulisannya.

Pertanyaannya, apakah menurut Anda prosanya akan memiliki efek yang sama jika menggunakan kalimat multi-klausa yang bertele-tele dan kumpulan istilah teknis? Bukowski mencoba menyampaikan emosi dan karakter pelaku, bukan sekedar mencoba membuat ekspresi yang canggih pada narasinya.

So, tell the readers as simple as possible. Tuliskan sesederhana mungkin, tetapi pastikan ide Anda hadir dalam benak pembaca.

Tinggalkan Balasan