Luci berdiri di depan cermin sambil memandangi tubuhnya yang terbalut kebaya cantik rancangan Vira khusus untuknya. Wajahnya berbinar, senyum mengembang menghiasi wajahnya. Luci membalikkan tubuhnya sambil melangkah modar-mandir bak peragawati yang melenggok di atas catwalk. Tak bosan dia memandangi cermin. Dielusnya kebaya merah muda yang dikenakannya. Kebaya brukat berbahan Tille 3D dengan motif bunga dan payet yang cantik dan menarik.
“Kamu sudah siap ci…?” suara seseorang mengagetkannya. Luci membalikkan tubuhnya. Terlihat Vira bibinya muncul di balik pintu. Luci mengangguk sambil tersenyum menghampiri Vira.
“Bi… apa Luci sudah cantik?” tanya Luci sambil berputar di depan Vira. Vira memandang Luci dari atas sampai bawah. Luci terdiam menunggu jawaban Vira. Lama Vira menatapnya. Dengan sabar Luci menunggu jawaban bibinya.
“Kamu cantik sekali, laki-laki manapun pasti tergila-gila sama kamu. Harris sangat beruntung bisa memiliki kamu.” Jawab Vira tersenyum sambil mencubit pipi Luci.
“Bibi membuat Luci Bahagia…..” Luci memeluk Vira.
“Ayo mereka sudah datang, kasian nanti kelamaan menunggu.” Lanjut Vira sambil menuntun Luci menuju ruang tengah.
Hari ini adalah pertunangan Luci dan Harris. Mereka memutuskan untuk bertunangan setelah hampir 5 tahun pacaran. Pertemuan mereka di awali saat kuliah di Bandung.
Waktu itu pak Indra ayahnya menginginkan Luci kuliah di sekitar Pontianak saja tapi Luci menolak. Pesona kota Bandung yang di dengar Luci membuatnya ingin kuliah di sana.
Diantar Vira, Luci mencari universitas yang sesuai dengan jurusan yang dicarinya yaitu agroteknologi. Tanpa sengaja bertemu Harris mahasiswa UNPAD yang sama-sama berasal dari Pangandaran. Harris mengantar dan membantunya untuk daftar di jurusan tersebut. Luci akhirnya berhasil masuk ke UNPAD dan kuliah di jurusan yang diinginkannya.
Selama kuliah di sana, mereka sering bertemu. Berangkat dan pulang bersama-sama menimbulkan benih cinta diantara mereka. Setelah Luci selesai kuliah, Harris yang sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan di Jakarta melamarnya. Mereka sepakat untuk bertunangan setelah Luci di wisuda.
Pak Indra dipindahtugaskan dari Pontianak ke pangandaran saat kota itu resmi menjadi kota kabupaten. Bekerja di pemerintah daerah yang mengelola bidang perikanan dan kelautan. Pak Indra memboyong semua keluarganya. Termasuk Vira adik bungsunya yang hampir 5 tahun terakhir ini ikut bersamanya. Hari ini adalah hari bersejarah bagi Luci, karena tepat di hari ini Harris melamarnya.
Harris dan keluarganya sudah duduk di tengah ruangan. Pak Indra dan istrinya Nampak berbincang dengan Pak Irsyad ayah Harris. Mereka tampak akrab maklum keduanya sama-sama bekerja di pemkab Pangandaran beda divisi.
Luci berjalan perlahan mendekati ruang keluarga. Sesaat hening saat keduanya tiba. Jantung Luci berdetak kencang saat semua mata memandang ke arah mereka. Vira tersenyum mengenggam tangan Luci dan mengajaknya duduk di samping bu Ratna istrinya pak Indra. Bu Ratna tersenyum memandang wajah putrinya. Tidak dipungkiri hatinya bangga melihat putrinya yang tampak cantik dengan kebaya pink ditubuhnya. Perlahan Luci duduk disamping ibunya. Wajahnya menunduk, rona merah terlihat di pipinya.
Diantara para tamu terlihat Harris yang duduk di samping kedua orangtuanya. Mengenakan bedahan / jas berwarna putih dan celana berwarna hitam dengan kain yang diikatkan di pinggang lengkap dengan bendo di kepalanya. Sorot matanya berbinar Bahagia.
Dibelakangnya berjajar keluarga dan kerabatnya yang sengaja dibawa untuk menyaksikan acara lamaran. Seorang pemuda duduk di samping Harris. Memakai kemeja kotak-kotak berwarna biru. Sesekali matanya melirik kea rah Vira. Vira yang merasa sedang diperhatikan terlihat gelisah. Namun berusaha tenang dan tetap duduk di samping Luci.
Pak RT duduk dengan tenang di samping pak Indra. Memakai baju batik dengan motif mega mendung dengan warna dasar hitam dan biru. Pak RT mewakili pak Indra untuk memulai acara lamaran. Dengan menggunakan Bahasa sunda yang kental pak RT memberikan sambutan dan ucapan selamat datang kepada keluarga Harris.
“Sim kuring seja ngahaturkeun wilujeng sumping ka para tatamu anu sae manah, utamina keluarga Bapak Irsyad kalih Ibu Dyah, kalayan nyanggakeun bagea ka sadaya anu sumping. Hapunten bilih panampianana kirang nyugemakeun.”
“Saya ucapkan selamat datang kepada para tamu terutama keluarga Bapak Irsyad dan Ibu Dyah. Mohon maaf bila dalam penerimaannya ada yang kurang. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada para kerabat yang sudah menyempatkan hadir.”
Acara dilanjutkan dengan menanyakan maksud dan tujuan para tamu datang. Dari pihak Harris memberikan jawaban atas pertanyaan pak RT. Seorang laki-laki setengah baya mewakili keluarga Pak Irsyad, menjelaskan maksud dan kedatangan keluarga pak Harris yang tidak lain ingin meminang Luci dan mengajak ke jenjang pernikahan.
Tuan rumah menyambut maksud kedatangan keluarga pak Irsyad dengan suka cita. Luci tertunduk malu. Hatinya Bahagia, keinginannya untuk mendampingi Harris sepertinya akan segera menjadi kenyataan. Setelah berbasa-basi pak RT berbalik ke arah Luci dan menanyakan apakah Luci menerima lamaran Harris?
Luci menganggukan kepalanya tanda menerima lamaran tersebut. Harris menarik napas lega. Begitu juga dengan keluarga Irsyad dan keluarga pak Indra. Mereka tampak mengucapkan syukur dengan Kebahagiaan yang mereka rasakan saat ini. Harris semakin yakin untuk memiliki Luci seutuhnya.
Acara pun di lanjutkan dengan menyematkan cincin di jari keduanya. Lalu menyantap hidangan yang sudah di sediakan. Keluarga Luci dan Harris terlihat semakin akrab. Fandy sahabat Harris berusaha mendekati Vira.
Tapi sepertinya Vira tidak merespon. Vira Nampak acuh saat Fandy mencoba mendekatinya. Namun Fandy tidak putus asa. Dia berharap suatu hari nanti dia bisa mengenal Vira lebih dekat. Setelah ngobrol dan basa-basi sebentar akhirnya keluarga Harris pamit. Mereka akan Kembali untuk melangsungkan pernikahan setelah Luci selesai di wisuda.
Satu bulan setelah acara lamaran, Luci di wisuda. Pernikahan siap di langsungkan. keluarga Harris sepakat acara di langsungkan dua minggu setelah wisuda. Keluarga Luci bersiap untuk menyambut kedatangan Harris dan keluarganya.
Gedung,tenda dan pelaminan sudah siap, undangan sudah di sebar. Rencananya pesta pernikahan akan di gelar dengan cukup megah. Maklum Luci dan Harris sama-sama anak pertama. Kedua orang tua mereka ingin pernikahan ini dihadiri keluarga besar yang sengaja di undang jauh-jauh hari.
Luci terlihat cantik dengan kebaya putih dan bawahan kain motif sidomukti dengan singer/mahkota dan hiasan ronce melati yang menjuntai menambah anggun penampilannya. Penghulu sudah duduk manis menunggu pengantin pria tiba.
Pak Indra dan bu Ratna menunggu dengan gelisah. Jam sudah menunjukan pukul 9.30 waktu yang dijanjikan keluarga Irsyad untuk mempersunting Luci. Sampai jam 10.30 Harris dan keluarganya belum juga tiba. Luci berkali-kali menelpon Harris namun tidak ada jawaban. Sampai akhirnya seseorang datang dan mengabarkan kalau mobil yang ditumpangi Haris jatuh ke jurang.
Luci terkulai lemas, Vira segera memapahnya ke kamar. Pak Indra dan bu Ratna pucat pasi. Mereka semakin gelisah saat orang yang memberi kabar bilang kalau mobil yang ditumpangi Haris dan keluarganya terbakar di dalam jurang.
Dikamar Luci menangis tersedu. Hatinya hancur, dia terus menangis dan meratapi nasibnya. Vira berusaha menghiburnya. Tapi Luci tetap menangis, tipis harapan kalau Harris masih hidup. Mengingat mobil yang ditumpanginya terbakar di dalam jurang.
Pak Indra dan bu Ratna meminta pak RT untuk membubarkan acara. Panggung Hiburan dan para undangan diminta untuk menghentikan aktifitasnya. Pak penghulu juga pamit untuk pulang. Seketika rumah terasa sepi. Seisi rumah seakan tenggelam dalam kesedihan.
Tiba-tiba Luci berlari keluar. Lengkap dengan pakain pengantin dia mengeluarkan motor kesayangannya dan pergi ke tempat Harris kecelakaan. Vira segera mengeluarkan motor dan menyusul Luci. Motor Luci melaju kencang. Dengan menarik gas kuat-kuat Vira menyusul Luci. Dia tidak ingin hal buruk terjadi pada keponakannya.
Dari arah depan terlihat sebuah mobil melaju kencang. Vira berteriak memanggil Luci agar berhenti. Tapi terlambat hantaman keras terdengar. Motor Luci terlempar beberapa puluh meter dari jalan raya. Semua yang melihat menjerit histeris.
Vira menghentikan motornya dan berlari ke arah Luci. Dengan gemetar Vira memburu tubuh Luci. kebaya putih yang dikenakannya kini berubah menjadi merah. Vira meletakan kepala Luci di pangkuannya sambil menangis.
“Bibi jangan menangis, Luci tidak apa-apa, Luci ikhlas Bi…. bilang sama ayah dan ibu jangan menangis, Luci pasti bahagia bersama Harris…!” suara Luci pelan.
“Ci…. kamu bertahannya, bibi akan menolongmu.” Vira berteriak meminta tolong. Orang-orang segera membantunya dan menghentikan mobil yang melintas. Sebuah mobil berhenti, pengendaranya segera turun. Dengan sukarela dia meminta agar Luci dipindahkan ke mobilnya.
Vira dan beberapa pria segera naik. Mobil melaju membawa Luci ke rumah sakit. Namun sayang tiba di Rumah sakit Luci tidak tertolong. Benturan keras di kepalanya membuatnya tidak sanggup bertahan dan Luci meninggal dalam perjalanan.
#kmab2