Ending Novel Novelis (3)

Cover buku oleh Ajinatha

Bahagia yang Relatif

“Aku ingin novelmu happy ending, Jeng…” pinta mas Pras. Aku tersenyum kecut mendengar permintaan suamiku itu.

“Menurut mas akhir yang indah itu seperti apa? Relatif kan?”

“Maksudmu?”

“Mas Pras menikahiku dengan tujuan mengambil perusahaan itu. Sudah tercapai kan? Dan pasti mas sudah senang.”

Mas Pras terdiam. 

“Itu ending yang membahagiakan dari kacamata mas Pras.”

“Itu dulu, Jeng. Aku sadar, setelah kamu pergi dari rumah, rasanya aku kesepian…”

Mas Pras mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Kukira handphone. Ternyata sebungkus rokok dan korek.

Ah…sejak kapan mas Pras merokok?, batinku. Selama aku mengenalnya, dia tak pernah menyentuh rokok. Tubuhnya pun —yang diam-diam kuciumi saat dia tidur— tak bau rokok.

“Mas bisa kembali sama mbak Rindu…”

“Apaan kamu ini?” suara mas Pras sedikit meninggi. Raut mukanya kecut.

Mas Pras berdiri dan menjauhiku. 

“Mas Pras kan mau menikahinya kalau sukses kan?”

Mas Pras menghirup rokoknya dan menghembuskan dengan paksa. 

“Aku ke sini mau membawamu kembali, Ajeng. Bukan membahas Rindu…”

“Tapi hati mas hanya untuk dia. Bukan untukku…”

“Sudahlah. Lupakan hal gila itu, Ajeng. Aku dan Rindu sudah punya kehidupan sendiri- sendiri.”

Mas Pras kembali mendekat. Dia duduk di bawah kursiku. Dia menatapku.

“Kau adalah masa kini dan masa depanku, Jeng. Tolong percaya padaku.”

Kuangkat bahuku, tanda tak peduli ucapannya.

“Aku memang bukan bagian dari rukun iman, Ajeng. Tapi biar sisa umurku kugunakan untuk membuktikan perasaanku…”

Aku tertawa. Mas Pras telah kembali seperti dulu, selalu ada joke yang membuatku tersenyum.

“Lalu…??”

“Endingnya bagaimana?”

“Nggak tahu. Aku sudah mati rasa, mas…”

“Aduh… jangan, sayang. Please…”

Kuambil HPku. Kubuka aplikasi dokumen dan lanjutan novelku. 

“Mas baca dulu ceritanya. Lalu sempurnakan sendiri novelnya. Aku akan mengikuti alurnya.”

“Tapi aku bukan penulis.”

“Ya sudah kalau tak mau.”

Buru- buru mas Pras meraih Hpku. Dibacanya draft novelku. Aku tersenyum melihatnya terpaksa membaca roman yang mengisahkan aku dan dirinya ada di sana. 

Tinggalkan Balasan