Bahasa Cinta
“Terimakasih, mas Pras sudah mengawalku, meskipun sebenarnya tak perlu,” ucapku saat sampai rumah. Sepulang dari walimahan atau resepsi pernikahan Rindu dan Antok.
“Iya, mbak. Nggak apa-apa. Aku malah senang kok. Aku pamit dulu ya, mbak.”
Sebenarnya aku mau mencegah kepulangan Pras. Namun kuurungkan. Aku capek dan ngantuk. Semalam insomnia di rumah Rindu.
Akhirnya kuanggukkan kepala.
“Hati-hati di jalan ya, mas Pras.”
“Iya, mbak Ajeng.”
“Bukan mbak, mas Pras. Cukup Ajeng saja.”
Pras yang menstarter motornya, mengerutkan dahinya.
“Maksud, mbak?”
“Ajeng saja manggilnya.” Ucapku sambil tersenyum simpul.
“Jadi mbak …eh Ajeng. Artinya kita…”
Aku mengangguk.
“Mas Pras pulang dulu saja. Aku ngantuk ini.”
***
“Ajeng sayang, met istirahat ya. Mimpi indah,” WA Pras yang baru saja kubuka, setelah aku bangun tidur.
Dalam sekejap hatiku terasa lega dan bahagia.