Pada-Nya Kutitipkan Namamu dan Namaku
Tak ada kata cinta terucap. Hanya bahasa cinta yang menjawab pertanyaan Pras. Kukira itu sudah cukup bagiku dan Pras untuk memaknainya. Kami sama-sama telah dewasa.
Dan sesuai ucapan ayah ketika Pras melamarku, dia bersama keluarga dan tetangga ke rumah. Melamarku. Hanya kembarannya yang tak bisa datang. Isterinya mau melahirkan. Aku sama sekali belum diberitahu fotonya sekalipun.
Hari-hari berikutnya, Pras lebih banyak di Jogja. Komunikasi hanya melalui pesan singkat WhatsApp atau video call.
Bohong bila aku tak merindukan sosok Pras. Pikiran negatif yang menjurus pada rasa cemburu kutekan sebisaku. Kutitipkan nama Pras kepada Illahi. Untuk menjaga hatinya hingga kami berumah tangga.
Iseng-iseng kutuliskan bait puisi dan kukirimkan kepada pujaan hatiku itu.
Pada-Nya Kutitipkan Namamu dan Namaku
Dua hati kita, terpisah jarak dan waktu. Rasakan sepi sunyi, berteman kenangan saat bersama
Kini bagaimana kulalui hari tanpamu?Bagaimana melepas rindu ini?
Gundah, resah… ingin kutanyakan padamu. Namun kumalu jika setiap saat kutanya hal yang sama
Di sana, rindukah kau padaku? Tak inginkah kau pulang, melepas kerinduan?
PadaNya kutitipkan namamu dan namaku. Kutitipkan tuk saling jaga hati agar mengabadi. Biar selamanya kau rajaku, aku permaisurimu
##
Puisi telah tayang di Kompasiana.