Hancur
Aku termangu di atas ranjang. Tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Air mataku berlinang.
Mas Pras membuka pintu kamar, terlihat panik dan langsung bersimpuh di depanku. Diusapnya air mataku.
“Ajeng sayang, kamu harus percaya padaku…”
Aku merasa bingung. Kepalaku tak bisa berpikir dengan jernih.
“Mas Pras sudah dapatkan impian mas. Sudah puas kan?” Tanyaku pelan sambil kutahan sesak di dadaku. Suaraku bergetar.
“Impianku hanya hidup bahagia denganmu. Sampai di akhirat nanti, Ajeng.”
Aku sesenggukan.
“Please, Ajeng. Kamu percaya ketulusanku. Oke?”
Mas Pras memelukku erat. Biasanya bahagia kurasa saat aku dipeluknya. Tetapi entah untuk saat ini.
“Aku akan buktikan janji suci kita, Ajeng.”
Mas Pras mencium keningku perlahan.