Aku menatap sebuah buku besar di atas meja kelasku. Bukunya tebal. Gambar depan ada tangan-tangan membentuk huruf-huruf tertentu.
Kemudian aku membaca sebuah kertas yang diberikan oleh bu Rani. Tulisannya sangat banyak. Menurutku.
Menurut bu Rani, itu sebuah lagu. Lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu yang dinyanyikan setiap hari Senin, saat upacara bendera.
“Taufik, ini tugas dari bu Rani. Kamu belajar mengisyaratkan lagu ini, ya..”, kata bu Rani kepadaku.
Ku perhatikan gerak mulut guruku ini dengan seksama. Sekaligus ku perhatikan isyarat bu Rani.
Ya, aku paham. Aku memang sering mempelajari isyarat ini. Meski sekarang juga dikembangkan isyarat selain dari kamus SIBI.
“Biar kamu tahu isi lagu Indonesia Raya, Fik.. Dan kamu bisa lebih mencintai negaramu ini..”.
Bu Rani melanjutkan penjelasannya. Tentu saja tetap memakai isyarat agar aku mengerti.
Ku pelajari kata demi kata dalam catatan bu guru. Lalu ku cari isyaratnya di dalam kamus SIBI di depanku.
Ku praktikkan berkali-kali. Tetapi karena keterbatasanku dalam kebahasaan, maka menyebabkan aku kesulitan untuk mengingatnya.
“Indonesia itu merdeka karena perjuangan para pahlawan kita. Tidak diberikan secara gratis oleh penjajah. Nah, lagu Indonesia Raya ini sebagai bukti bahwa Indonesia itu ada..”.
Lanjut bu Rani tadi sebelum meninggalkan kelas. Karena memang sekarang jam istirahat. Tapi tetap ku pergunakan untuk mempelajari lagu kebangsaan ini.
***
Karena banyak kata-kata yang ada dalam lagu itu belum ku kuasai bahasa isyaratnya, maka ini menjadi tugas rumah.
“Hari Kamis minggu depan ada tamu datang dari Pengadilan Negeri. Mau minta tolong untuk kita menyanyikan lagu Indonesia Raya di acara mereka..”.
Sekilas itu yang disampaikan bu Rani. Dan aku ditunjuk untuk menterjemahkan Indonesia Raya ini dalam bahasa Isyarat.
“Jadi masih ada satu minggu untuk belajar lagu ini, Fik..”, lanjut bu Rani.
“Baik, bu. Saya belajar di asrama lagi..”, kataku.
Kemudian ku pinjam buku besar ini. Tentu saja untuk mempelajari Indonesia Raya lagi. Agar aku hafal.
Malam harinya aku mempelajarinya lagi. Bersama teman tunarunguku yang juga tinggal di asrama.