Hadiah Kecil untuk Bapak dan Ibu Guru

 

Cover by Ajinatha

“Bu, ini buat bu guru..”, kata Yogi, salah satu murid di sekolahku, sambil menyerahkan dua buah permen kepadaku.

“Terimakasih, Yogi..”, kataku takjub.

Yogi memang belum hafal namaku. Karena aku memang guru baru di sekolah ini. Aku dimutasi ke sekolah ini baru beberapa minggu.

Kemudian ku lihat Yogi mengelilingi meja-meja guru. Dia melakukan hal yang sama untuk teman-teman guru lainnya.

“Ini, pak.. Buat pak Agus..”, kata Yogi sambil menyerahkan permen dalam jumlah yang sama untuk pak Agus, teman guru di sekolahku.

Pak Agus ini guru terakhir yang menerima hadiah kecil dari Yogi. Karena semua guru yang ada di ruang guru ini sudah diberi. Dan dalam jumlah yang sama untuk masing-masing guru.

Kemudian ku lihat dia keluar dari ruang guru. Sekilas ku lihat dia tampak memberikan permen juga untuk Bu Wulan yang ada di depan ruang guru.

***

“Yogi memang sering seperti itu, mbak..”, kata bu Ning kepadaku.

Ya, aku sebagai guru baru di sekolah ini tentu belum tahu sifat dan sikap murid-murid di sini. Termasuk si Yogi ini.

“Bapak dan ibunya yang menitipkan permennya, mbak.. Khusus untuk bapak dan ibu guru.. Begitu dulu Yogi bercerita..”, lanjut bu Ning.

“Kadang juga untuk teman-temannya, mbak..”, kata bu Ning lagi.

Mendengar perkataan bu Ning itu aku menjadi semakin takjub. Yogi yang seorang anak tunagrahita memiliki sikap seperti itu di bawah didikan orang tuanya.

Orang tuanya mengajarinya untuk mencintai dan berterimakasih kepada gurunya dengan sederhana. Dengan cara memberi permen untuk guru-gurunya setiap minggu sekali. Bahkan juga untuk teman-temannya.

 

Tinggalkan Balasan